Tadi pagi, ketika mengajar bahasa Inggris Perbankan kepada mahasiswa jurusan Perbankan Syariah di UIN Ar-Raniry, saya tiba -tiba mendapat ide atau gagasan untuk menuliskan cerita pengalaman sukses mengajarkan anak-anak saya berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Namun ide itu saya pendamkan karena ada perasaan tidak enak atau sungkan. Ya biasalah kita, kalau ingin menceritakan sesuatu tentang diri sendiri atau keluarga sendiri, selalu saja dihadapkan pada perasan tidak enak. Tidak enak nanti apa kata orang. Selalu saja begitu.
Padahal, apa yang akan saya tulis sebenarnya bukan tujuan untuk show off, bukan untuk membanggakan diri, tetapi sebenarnya menulis dan menceritakan pengalaman sukses mengajarkan bahasa Inggris kepada anak sendiri adalah wujud dari semangat berbagi. Bukankah kita sering mendengar ungkapan " berbagi itu indah?"
Tentu sangar sering kita mendengar dan membaca ungkapan seperti itu. Biasanya, ungkapan semacam itu merupakan ungkapan motivasi, ungkapan untuk mendorong orang mau berbagi sesuatu yang ia miliki kepada orang lain yang membutuhkan. Apalagi berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan hidup kepada orang lain, dimana orang lain mendapatkan manfaat dari apa yang kita bagi.
Kegiatan berbagi itu dalam islam adalah kegiatan bersedekah. Bersedekan, itu sangat sederhana, tetapi memiliki dampak yang cukup besar. Misalnya, senyum. Senyum itu sederhana bukan? Tidak percaya? Silakan senyum dan berikan senyuman itu kepafda orang lain. Lalu, orang lain tersebut merasa bahagia dengan senyuman kita. Jadi, senyum kita itu sudah menjadi sedekah yang menyenangkan orang lain. Begitu sederhana dan mudahnya bersedekah bukan?
Nah, begitulah indahnya berbagi ilmu dan pengalaman serta ketrampilan kita kepada orang lain tersebut. Selain kita mendapatkan pahala dari Allah, ternyata, semakin sering kita berbagi ilmu, pengalaman dan ketrampilan kepada orang lain, semakin kaya pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan kita. Tidak ada satu pun yang hilang, setelah kita berbagi.
Anda tidak percaya? Ya todak masalah. Â Anda bisa buktikan sendiri. Lakukananlah. pasti anda akan merasakan seperti apa yang saya katakan di atas.
Maka, malam ini, walau waktu sudah pukul 00.28 WIB, saatnya kita merebahkan badan di peraduan, mata saya  yang sebenarnya sudah merasa mengantuk, terus diganggu oleh kemauan dan keinginan untuk menulis, menceritakan pengalaman sukses mengajarkan bahasa Inggris kepada anak, hingga anak-anak berbahasa Inggris dengan lancar dan tanpa malu-malu, serta membuka kamus bahasa Inggris, seperti layaknya kita berbahasa Inggris.
Kita seringkali tersendak dan berhenti berbicara bahasa Inggris, karena kehilangan kosa kata dan harus dalam pikiran menerjemahkan  apa yang ada dalam pikiran kita, dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
Cobalah menonton video di atas. Ada dua anak -anak perempuan kecil, Ananda Nayla (10 Tahun) dan Aqila Azalea Tabrani Yunis (7 tahun) yang sedang menjelaskan atau menceritakan tentang sebuah mainan yang baru mereka miliki dalam bahasa Inggris. Dengarlah bagaimana mereka berkomunikad dalam bahasa Inggris. Mungkin banyak yang bertanya, apakah mereka sudah pernah tinggal di luar negeri, atau apakah mereka lahir di luar negeri? Juga bisa banyak yang bertanya, apakah mereka ikut kursus bahasa Inggris?Â
Kedua anak tersebut tidak pernah tinggal, juga tidak lahir di luar negeri yang membuat mereka mampu berbahasa atau berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kedua anak tersebut lahir dan besar di Banda Aceh serta hidup di tengah masyarakat yang berbahasa Indonesia dan bahasa daerah ( Aceh).
Namun, kedua anak bisa diajak bercerita dengan lancar dalam bahasa Inggris. Selain itu, kedua anak tersebut juga tidak pernah belajar bahasa Inggrus di sekolag, maupun di kursus bahasa Inggris. Lalu, apa rahasianya?
Inilah yang ingin saya bagikan. Saya tahu dan yakin bahwa banyak orang tua yang ingin anak-anak mereka bisa berbahasa Inggris, hingga harus mengeluarkan biaya esktra untuk mengantarkan anak-anak ke kursus bahasa Inggris, atau mengudang guru bahasa Inggris ke rumah, demi memenuhi harapan anak bisa dan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Sayangnya, banyak sekali anak  yang sudah sekian lama belajar bahasa Inggris di kursus dan sekolah, namun kemampuan bahasa Inggris mereka masih rendah dan terbata-bata.
Padahal, uang, tenaga dan pikiran sudah ditumpahkan kepada kepeluan anak, tetapi mereka tetap tidak bisa berbahasa Inggris.
Selayaknya saya berbagi pengalaman saya membuat kedua anak saya bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik. bagi saya, menjarkan anak-anak saya berbahasa Inggris merupakan manifestasi dari sikap konsisten saya.
Ya, saya memang harus konsisten, karena saya adalah guru bahasa Inggris. Saya punya kewajiban untuk mengakarkan peserta didik mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Saya punya tanggung jawab mengbah kemampuan anak-anak dari tidak tahu, menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa, serta dari tidak mau menjadi mau berbahasa Inggris. maka, saya harus mentranssfer ilmu dan ketrampilan serta sikap buaya berbahasa Inggris kepada peserta didik.
Jadi, sebelum anak-anak orang lain bisa saya ajarkan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris, maka saya harus membat kedua anak saya mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Ini adalah bentuk konsistensi saya yang pertama.
Yang kedua, Â mengajarkan anak berbahasa Inggris, saya sebagai orang tua kedua anak tersebut harus selalu konsisten terhadap kedua anak saya tersebut. Saya tidak pernah mau merespon kedua anak saya, apabila mereka berbicara dalam bahasa Indonesia kepada saya. Saya hanya akan menjawab dan bertanya dalam bahasa Inggris. Jadi, saya tetapkan secara konsisten, hingga mereka tidak pernah berbicara dalam bahasa Indonesia dengan saya. Saya tahu pula, banyak yang menganggap saya sombong, tapi ya peduli amat.
Apa yang mereka lakukan adalah mereka berdua dan saya, setiap saat akan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, saya berlangganan TV kabel untuk memberikan sajian cerita atau program untuk anak yang dikemas dalam bahasa Inggris.
Dengan demikian, kedua anak yang masih kelas empat dan kelas satu SD Â saya latih secara konsisten untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Penyediaan acara televisi yang berbahasa Inggris tersebut untuk melatih semua ketrampilan berbahasa anak-
Selanjutnya, anak-anak akan selalu berkomunikasi dalam bahasa Inggris  sambil belajar di televisi dari acara yang tersedia. Jadi, sangat sederhana dan mudah, bukan?
Tentu saja semua yang saya tulis dalam tulisan ini adalah pengalaman nyata yang sangat membantu saya untuk meringankan beban atas kewajiban memberikan kemampuan berbahasa yang nasih sangat dibutuhkan untuk masa sekarang dan akan datang. Pokoknya, banyak untungnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H