Namun, kedua anak bisa diajak bercerita dengan lancar dalam bahasa Inggris. Selain itu, kedua anak tersebut juga tidak pernah belajar bahasa Inggrus di sekolag, maupun di kursus bahasa Inggris. Lalu, apa rahasianya?
Inilah yang ingin saya bagikan. Saya tahu dan yakin bahwa banyak orang tua yang ingin anak-anak mereka bisa berbahasa Inggris, hingga harus mengeluarkan biaya esktra untuk mengantarkan anak-anak ke kursus bahasa Inggris, atau mengudang guru bahasa Inggris ke rumah, demi memenuhi harapan anak bisa dan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Sayangnya, banyak sekali anak  yang sudah sekian lama belajar bahasa Inggris di kursus dan sekolah, namun kemampuan bahasa Inggris mereka masih rendah dan terbata-bata.
Padahal, uang, tenaga dan pikiran sudah ditumpahkan kepada kepeluan anak, tetapi mereka tetap tidak bisa berbahasa Inggris.
Selayaknya saya berbagi pengalaman saya membuat kedua anak saya bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik. bagi saya, menjarkan anak-anak saya berbahasa Inggris merupakan manifestasi dari sikap konsisten saya.
Ya, saya memang harus konsisten, karena saya adalah guru bahasa Inggris. Saya punya kewajiban untuk mengakarkan peserta didik mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Saya punya tanggung jawab mengbah kemampuan anak-anak dari tidak tahu, menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa, serta dari tidak mau menjadi mau berbahasa Inggris. maka, saya harus mentranssfer ilmu dan ketrampilan serta sikap buaya berbahasa Inggris kepada peserta didik.
Jadi, sebelum anak-anak orang lain bisa saya ajarkan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris, maka saya harus membat kedua anak saya mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Ini adalah bentuk konsistensi saya yang pertama.
Yang kedua, Â mengajarkan anak berbahasa Inggris, saya sebagai orang tua kedua anak tersebut harus selalu konsisten terhadap kedua anak saya tersebut. Saya tidak pernah mau merespon kedua anak saya, apabila mereka berbicara dalam bahasa Indonesia kepada saya. Saya hanya akan menjawab dan bertanya dalam bahasa Inggris. Jadi, saya tetapkan secara konsisten, hingga mereka tidak pernah berbicara dalam bahasa Indonesia dengan saya. Saya tahu pula, banyak yang menganggap saya sombong, tapi ya peduli amat.
Apa yang mereka lakukan adalah mereka berdua dan saya, setiap saat akan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, saya berlangganan TV kabel untuk memberikan sajian cerita atau program untuk anak yang dikemas dalam bahasa Inggris.
Dengan demikian, kedua anak yang masih kelas empat dan kelas satu SD Â saya latih secara konsisten untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Penyediaan acara televisi yang berbahasa Inggris tersebut untuk melatih semua ketrampilan berbahasa anak-
Selanjutnya, anak-anak akan selalu berkomunikasi dalam bahasa Inggris  sambil belajar di televisi dari acara yang tersedia. Jadi, sangat sederhana dan mudah, bukan?