Negeri seribu bukit itu tadi malam tenggelamÂ
Diterjang banjir bandang di malam kelam
Rumah dan semua yang dimiliki bahkan nyawa tenggelam Air bah menjulurkan lidah amarah mennghujam
Menghantam  batu, tanah, cadas nan tajamÂ
Menghanyut kayu-kayu gelondongan yang ditebang manusia zalimÂ
Negeri seribu bukit itu menuai dukaÂ
Bencana banjir bandang membawa lara Orang-orang di Aceh TenggaraÂ
kucar-kacir menghindari bencana Banjir bandang memporakporanda desa dan kotaÂ
Orang-orang desa yang tak berdosa harus menerima bencana
 Mereka meronta -- ronta menyelamatkan nyawa
 Sementara pembalak hutan bersuka riaÂ
Di negeri seribu bukit itu kini semakin parah Air bah,
 deras mengalir dari puncak hingga ke lembahÂ
Rumah-rumah, tempat berteduh,rumah ibadah lenyap diterjang air bahÂ
Semua kehilangan arah Kecuali tangis  menjadi catatan sejarah banjir bandang diÂ
Aceh Tenggara tadi malamÂ
Memecah sunyi sepi malam yang temaramÂ
Desah-desah suara susah pecah menghujam kelamÂ
Karena banjir bandang itu datang lagi tadi malamÂ
Padahal beberapa hari lalu banyak kampung tenggelamÂ
Negeri seribu bukit itu diselimuti kelam malam
 Isak tangis orang-orang tak berdosa menembus kelam
 Meratapi negeri yang kembali tenggelamÂ
Banjir bandang itu menghadang lagi dalam kelam
 Negeri seribu bukit itu terus diterjang air bah
 menghanyutkan tubuh-tubuh lemah kian resah dan lelah
 Harta benda dan rumah pun punahÂ
Yang kaya dan miskin bisa kehilangan rumahÂ
Diterjang bah hingga ke lembah
 Mengapa negeri seribu bukit kini terus dilanda musibah
Apakah Allah tengah marah
 Atau ulah orang-orang serakah?Â
Karena semua hutan sudah dirambah?Â
Pantaskah kami menerima musibah?Â
Negeri seribu bukit terus menuai musibahÂ
Lebih Seribu hektar hutan telah dirambahÂ
Binatang-binatang buas terusir ke lembahÂ
Satwa yang yang dilindungi pun hampir punah
 Semua berubah menjadi musibah Karena ulah manusia serakahÂ
Yang menari-nari melihat musibahÂ
Sementara rakyat menjadi korban semakin lelah,
 bahkan mereka yang selalu salah Hidup hanya bisa pasrah Bukankah ini yang dikatakan musibah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H