Ketiga, perjalanan ini dimaksudkan sebagai sebuah pembelajaran bagi anak-anakku, karena ini adalah traveling literacy bagi mereka. Ya, selama ini, mereka sering mendengar nama Negara Malaysia dan Singapore, tetapi tidak tahu bagaimana wujud kedua Negara itu. Paling tidak, lewat perjalanan yang hanya berdurasi 4 hari ini, bisa menjadi pengalaman berharga bagi anak dan isteri. T
ernyata, Ananda nayla yang kini sudah kelas empat Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Ule Kareng, Banda Aceh itu, menemukan banyak pelajaran penting di sana. Ia memperhatikan bagaimana  budaya orang-orang di jalan raya, budaya antri, serta budaya hidup bersih yang katanya jauh berbeda dengan yang ia lihat di daerah sendiri. Itulah sedikit pelajaran pada tulisan pertama ini.Â
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk show off, karena tidak ada yang ingin dipamerkan. Namun, menjadi sangat penting sebagai catatan, bahwa seharusnya apa yang kita tulis, akan selalu menjadi dokumentasi penting.Â
Paling tidak, nanti ketika anak-anak sudah besar, mereka akan ada catatan perjalanan. Walau bukan hasil karya mereka. Apalagi dalam tulisan ini nanti akan banyak memaparkan tentang hal-ahal yang edukatif yang didapat selama melakukan perjalanan lintas dua Negara. Masing-masing tempat memberikan pelajaran yang berbeda.Â
Sehingga wajar bila ini dikatakan sebagai traveling literacy.Karena Ananda Nayla dan Aqila, yang sejak dari bayi berbahasa Inggris, dalam perjalanan ini, memberikan mereka ruang untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris, ketika mereka berada di perjalanan atau di tempat-tempat yang mereka kunjungi.
Nah, untuk sementara, perjalanan ini telah membuat mereka tidak melakukan protes lagi, ketika aku suatu saat melakukan perjalanan ke daerah atau Negara lain. Semoga masih ada waktu dan rezeki untuk bisa menikmati perjalanan bersama keluarga nanti. Amin
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H