Oleh Tabrani Yunis
"Ayah enak. Selalu pergi dan jalan-jalan ke mana-mana, sampai ke luar negeri. Kami tidak pernah diajak dan hanya tinggal di rumah". Itulah kalimat yang masih selalu tergiang-ngiang di telingaku. Ungkapan almarhum anak-anakku, Albar Maulana Yunisa dan Amalina Khairunisa, kala itu sebelum bencana gempa dan tsunami menghancurkan sebagian Aceh.Â
Terus terang, ungkapan itu tidak bisa terlupakan. Semakin menjadi ingatan, karena aku memang tidak pernah mampu membawa mereka menikmati perjalanan ke kota-kota yang mungkin kala itu ada di pikiran mereka. Aku hanya mampu dan sempat membawa Albar Maulana Yunisa dan ibunya Salminar ke Sumatera Utara. Ya, hanya itu.
Hanya itu, karena pada saat itu kondisi ekonomiku masih belum bisa mengajak mereka ikut traveling ke suatu tempat yang mereka sukai. Kalau pun aku sering berpergian, perjalanan itu bukan perjalanan yang disengaja pergi, untuk berlibur atau traveling karena  keinginan untuk itu, tetapi semua perjalananku baik di dalam negeri, maupun ke luar negeri merupakan perjalanan yang ditanggung oleh pihak lain. Ya, aku pada saat itu sering mendapat undangan untuk mengikuti pelatihan, workshop dan sejenisnya.Â
Sebagai contoh, aku pada Juni 2003 sempat ke Melbourne, Australia kala itu untuk memenuhi undangan seminar International on Peace and reconciliation di Melbourne Uni. Aku diundang, karena melakukan kegiatan social dan kerja-kerja kemanusiaan. Maka, salah satu nikmat dan rahmat itu adalah sering mendapat undangan. Jadi, memang bukan menggunakan uang sendiri. Alhamdulilah, aku bersyukur kepada Allah. Tentu hal ini tidak bisa difahami oleh kedua anakku yang masih kecil saat itu. Aku pun tidak perlu menyesali hal itu, karena memang tidak mampu membawa mereka jalan-jalan, apalagi ke luar negeri. Ya, sudah. Mereka kini sudah tenang di sisi Allah.
Pasca tsunami, perjalananku semakin sering dan semakin panjang atau jauh. Aku bisa pergi ke negeri-negeri yang sesungguhnya hanya ada dalam ilusi atau mimpi. Namun, ternyata Allah memperlihatkan kepadaku akan kebesaran-Nya. Ya, ketika bencana tsunami aku harus kehilangan orang-orang yang aku cintai, kehilangan harta benda. Namun, Allah memberikan aku kesempatan lewat tangan-tangan manusia di muka bumi ini. Salah satunya adalah nikmat perjalanan menjelajah sejumlah Negara.Â
Aku ingat, ketika itu bulan Februari 2005, baru saja satu bulan bencana tsunami berlalu. Aku pun masih dalam kondisi sangat trauma, tiba-tiba Plan Internasional mengundangku untuk ikut bersama ke India, untuk belajar tentang Child helpline, bersama beberapa teman dari Jakarta, Medan dan Surabaya. Bukan hanya itu, lebih 20 negara sempat dikunjungi, baik di Asia, Eropa, Canada dan Amerika. Alhamdulilah. Begitu besarnya anugerah Allah.
Kendatipun aku sudah berlanglang buana ke sejumlah Negara, perjalanan itu tetap aku lewati sendiri, tanpa ikut keluarga. Padahal, setelah aku menikah lagi pada 21 April 2008 dengan Mursyidah Ibrahim dan aku sudah dikaruniai lagi oleh Allah sebanyak 2 orang anak perempuan, yakni Ananda Nayla dan Aqila Azalea Tabrani Yunis.Â
Ananda Nayla kini sudah berusia hampir 10 tahun dan Aqila sudah genap 7 tahun, namun mereka juga belum pernah mendapat kesempatan ikut bersamaku untuk melakukan perjalanan yang sifatnya liburan. Kecuali ke Medan dan Jakarta. Padahal, kedua anak ini juga sudah sering protes, seperti yang pernah diucapkan oleh almarhum abang Albar Maulana Yunis dan almarhumah kakaknya Amalina Khairunisa.
Protes ini, menyadarkanku bahwa anak-anakku yang sedang tumbuh dan berkembang, juga punya keinginan. Ya, keinginan yang mungkin bisa aku realisasikan ketika mereka masih kecil dan ketika aku dan isteri masih kuat untuk bisa mengadakan perjalanan. Maka, dengan niat untuk memberikan pembelajaran tentang sebuah perjalanan kepada anak-anakku, aku mencoba menyimpan uang.Â
Tentu saja, uang-uang dari penghasilanku, seperti honor memfasilitasi pelatihan, honor menulis serta dari penghasilan lain. Alhamdulilah, aku bisa mengambil paket tour ke luar negeri untuk 4 orang. Karena uang untuk bisa menikmati perjalanan sudah terkumpul. Maka, ketika Alsa travel menawarkan paket ke Malaysia dan Singapura, aku dan keluarga merasa sangat tertarik dan setuju untuk membayar. Akhirnya, my children's dream comes true.Aku pun menyiapkan dokumen seperti passport untuk kedua anak dan isteriku. Tiket pun sudah ada. Hanya menunggu saat keberangkatan.
Ketiga, perjalanan ini dimaksudkan sebagai sebuah pembelajaran bagi anak-anakku, karena ini adalah traveling literacy bagi mereka. Ya, selama ini, mereka sering mendengar nama Negara Malaysia dan Singapore, tetapi tidak tahu bagaimana wujud kedua Negara itu. Paling tidak, lewat perjalanan yang hanya berdurasi 4 hari ini, bisa menjadi pengalaman berharga bagi anak dan isteri. T
ernyata, Ananda nayla yang kini sudah kelas empat Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Ule Kareng, Banda Aceh itu, menemukan banyak pelajaran penting di sana. Ia memperhatikan bagaimana  budaya orang-orang di jalan raya, budaya antri, serta budaya hidup bersih yang katanya jauh berbeda dengan yang ia lihat di daerah sendiri. Itulah sedikit pelajaran pada tulisan pertama ini.Â
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk show off, karena tidak ada yang ingin dipamerkan. Namun, menjadi sangat penting sebagai catatan, bahwa seharusnya apa yang kita tulis, akan selalu menjadi dokumentasi penting.Â
Paling tidak, nanti ketika anak-anak sudah besar, mereka akan ada catatan perjalanan. Walau bukan hasil karya mereka. Apalagi dalam tulisan ini nanti akan banyak memaparkan tentang hal-ahal yang edukatif yang didapat selama melakukan perjalanan lintas dua Negara. Masing-masing tempat memberikan pelajaran yang berbeda.Â
Sehingga wajar bila ini dikatakan sebagai traveling literacy.Karena Ananda Nayla dan Aqila, yang sejak dari bayi berbahasa Inggris, dalam perjalanan ini, memberikan mereka ruang untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris, ketika mereka berada di perjalanan atau di tempat-tempat yang mereka kunjungi.
Nah, untuk sementara, perjalanan ini telah membuat mereka tidak melakukan protes lagi, ketika aku suatu saat melakukan perjalanan ke daerah atau Negara lain. Semoga masih ada waktu dan rezeki untuk bisa menikmati perjalanan bersama keluarga nanti. Amin
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H