Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Virus Literasi Itu Menyebar ke Bungcala

11 November 2018   17:22 Diperbarui: 11 November 2018   17:33 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini, dengan bertukar-tukarnya mata pelajaran dan perbedaan dikotomi antara pelajaran IPS dan IPA yang membuat para peserta didik kehilangan banyak hal. Dalam pelajaran ilmu social, mata pelajaran yang berkaitan dengan sejarah, ilmu bumi dan lainnya, seperti menjadi mata pelajaran yang kehilangan peminat, karena belajar sejarah dianggap dan dirasakan semakin tidak menarik. Maka, pengetahuan tentang pahlawan itu ikut tergerus ketika minat baca, budaya membaca layu sebelum tumbuhnya minat baca.

bungcala2-5be8036caeebe13b91299503.jpg
bungcala2-5be8036caeebe13b91299503.jpg
Walau kita ketahui bahwa bangsa Indonesia  setiap tahun, secara rutin memperingati hari pahlawan. Setiap tahun pada tanggal 10 November kita mengenang perjuangan mereka. Namun, sayang bisa jadi hanya sekadar dikenang, tanpa memahami bagaimana sejarah perjuangan itu sendiri. Wajar saja banyak peserta didik yang tidak tahu dan bahkan tidak ikut merayakan hari Pahlawan itu. Padahal, kita sudah sama-sama mengakui bahwa para pahlawan itu menyumbang banyak jasa untuk anak bangsa hingga generasi Z ini. Kita pun sudsh sama-sama mengenang jasa pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Peringatan hari pahlawan sebenarnya adalah wujud nyata atau manifestasi dari rasa syukur atau ungkapan terima kasih atas jasa-jasa para pahlawan yang telah mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari kekuasaan para penjajah. Selain itu juga, ketika kita memperingati hari pahlawan hari ini, berarti kita bangsa yang memiliki momentum bagi kita bangsa penerus generasi bangsa yang mewarisi bangsa merdeka ini untuk melakukan refleksi atas hasil perjuangan para pahlawan masa lalu. Harus kita camkan bahwa hanya bangsa yang tidak melupakan sejarah yang memiliki kesadaran untuk memperingati hari pahlawan, karena pahlawan adalah orang-orang yang melahirkan sejarah itu. Sejarah pahlawan adalah warisan para pahlawan bagi kita, generasi sekarang. Oleh sebab itu, selayaknya hari ini menjadi hari yang istimewa bagi bangsa ini, hari yang tidak seharusnya terlupakan. Bila dulu para pahlawan itu berjuang untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari cengkraman para penjajah, maka kini lewat kegiatan membangun gerakan literasi generasi bangsa ini berjuang mengeluarkan bangsa Indonesia dari kemiskinan dan kebodohan, agar tidak terlindas oleh kemajuan bangsa lain di dunia.

Nah, misi menebar virus literasi di SD negeri Bungcala pun ternyata menjadi sangat kontekstual. Dikatakan kontekstual, karena ketika memulai acara, aku mencoba mencoba menggali kebiasaan anak-anak SD itu membaca. Aku banyak bertanya sekitar kegiatan membaca. Paling tidak, ada sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada anak untuk mengetahui apakah mereka ada membaca dalam sehari?  Tanpa malu-malu mereka berkata, tidak membaca. Alasannya macam-macam, namun secara dominan mereka mengatakan malas. Maka, setelah mengetahui tentang kebiasaan dan budaya baca mereka yang rendah, aku meras perlu menabur virus lietarsi yang mendorong mereka untuk berubah atau hijrah dari kebiasaan buruk, malas membaca menjadi rajin membaca. Mengajak mereka berubah dengan memahami alasan mengapa harus berubah.  Ini sangat penting, agar dalam menebarkan virus literasi tersebut kita tidak mengigau-ngigau. Hanya mengajak atau secara persuasive mengajak anak-anak membaca dan berkarya, sementara kita tidak tahu latar belakang kebiasaan membaca mereka.  Mengajak tanpa menyediakan media atau bahan bacaan bagi mereka. Padahal, untuk membaca, mereka perlu banyak tersedia buku atau bacaan, agar ketika ingin membaca, selalu tersedian bacaan. Begitu pula kalau mereka kita rangsang untuk bisa menulis, kita harusnya menyediakan media yang cukup untuk memuat atau publikasi tulisan-tulisan mereka.

Lalu, apa yang aku suka dengan kegiatan di sekolah SD Negeri Bungcala ini adalah sambutan pihak sekolah, baik kepala sekolah maupun guru yang menyiapkan kegiatan ini. Ketika kami masuk ruang kegiatan, anak-anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan itu sudah dengan tertib duduk di bangku yang sudah disediakan. Beberapa guru juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyebaran virus literasi ini. Hebatnya lagi, bukan hanya karena ada sejumlah sajian makanan dan minum di meja, tetapi juga peralatan infokus dan bahkan sudah terpasang spanduk kegiatan di bagian depan. Sang kepala sekolah beserta guru dengan serius mengikuti proses. Di antara lebih kurang 60 orang anak SD negeri Bangcala, ada juga perwakilan dari SD negeri berdekatan. Jadi cukup siap.

Anak-anak yang ikut pun begitu antusias. Mereka hanya punya waktu istirahat selama 10 menit untuk jajan, lalu masuk lagi untuk melanjutkan kegiatan. Ada yang menarik lain adalah ketika mereka ingin dilatih dengan kemampuan menulis, ada persoalan yang harus diselesaikan dahulu, yakni upaya mendorong mereka untuk membaca setiap hari. Caranya, pihak sekolah harus melakukan hal ini, dengan cara membaca 15 menit setiap hari, serta selalu membuka pustaka sekolah agar anak mudah akses buku bacaan.

Agar kegiatan literasi, paling tidak membaca dan menulis bisa menjadi kebiasaan, pihak sekolah akan melakukan kegiatan penebaran virus literasi secara berkelanjutan. Kegiatan seperti ini akan dilakukan lebih sering. Sementara pihak sekolah akan semakin sering mememberikan tugas mengarang atau menulis, setelah anak-anak mendapat kesempatan membaca buku lebih intensif. Niat ini bukan hanya menjadi keinginan kepala sekolah dan guru, tetapi juga anak-anak yang ikut kegiatan berharap kegiatan ini akan terus bisa dilakukan ke depan. Kepala sekolah SD ini yakin kegiatan itu bisa berjalan kelak, karena kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Aceh Besar, Dr. Silahuddin sangat mendukung kegiatan menebar virus literasi di Aceh Besar ini. Hanya, saja untuk ke depan, harus dibuat indicator-indokator perkebangan anak dalam bidang literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun