Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Virus Literasi Itu Menyebar ke Bungcala

11 November 2018   17:22 Diperbarui: 11 November 2018   17:33 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu, tanggal 10 November 2018 merupakan hari kedua bagiku untuk menjalankan misi menebar virus literasi di Aceh Besar.  Ya, melanjutkan misi yang pertama kemarin Jumat, 9 November 2018 yang dilakukan di SMP Negeri 3 Ingin Jaya Aceh Besar. 

Bedanya, bila kemarin dilakukan pada jenjang pendidikan lanjutan tingkat pertama, di hari kedua ini  yang menjadi target penyebaran virus literasi adalah pada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Sekolah yang sudah siap untuk menjadi target penyebaran virus literasi itu adalah SD Negeri Bungcala. Bungcala itu adalah sebuah kampung atau desa yang letaknya sangat dekat dengan bandara  internasional Sultan Iskandar Muda (SIM). Jaraknya dengan bandara, hanya sekitar satu kilometer. Begitu dekat bukan?

Memang sangat dekat. Wajar saja, kalau anak-anak di sini sangat familiar dengan semua pesawat yang landing dan take off di Bandara SIM. Kalau anak-anak ingin melihat pesawat mendarat dan take off, mereka bisa berjalan kaki saja. Namun, kalau dari kota Banda Aceh, bila ditempuh dengan kenderaan roda dua atau roda empat, hanya sekitar 25 menit, bila tidak macet.

Nah, bagi orang Banda Aceh atau luar Aceh yang sering ke bandara lewat Ule kareng,  Sekolah Dasar (SD) Negeri Bungcala ini letaknya berada di sebelah kiri jalan, ketika hampir masuk ke wilayah bandara. Yang jelas, kalu kita menoleh ke kiri, akan terlihat sebuah bangunan sekolah yang kelihatannya baru dibangun dengan baik pasca bencana tsunami. Dilihat dari model kontruksinya, sekolah itu dibangun oleh pihak donator yang berdonasi pasca tsunami. 

Seperti hari sebelumnya, ketika ke SMP Negeri 3 Ingin Jaya, pagi Sabtu ini juga  aku harus bergegas datang ke sekolah SD yang sudah siap menunggu kedatanganku dengan Pak Rusydi.

Namun, karena ada kewajiban terhadap anak yang wajib aku laksanakan, maka aku harus mengantarkan anakku Ananda Nayla ke sekolahnya

 Ia bersekolah di MIN 5 Ule Kareng, yang tidak jauh dari Simpang tujuh itu. Benar bukan? Aku harus tunaikan kewajiban untuk anakku. Lalu, usai mengantarkan Nayla ke sekolah, maka saatnya bagiku untuk menuju SD Negeri Bungcala. Sayangnya, Aku tidak bisa mempercepat laju kenderaan, karena agak ramai di jalan. untungnya, aku bisa tiba di halaman sekolah itu pada pukul 07.45 WIB.

Terpaut dalam dua atau tiga menit, Pak Rusydi pun tiba bersama anak perempuannya masih duduk di kelas 5 SD. Ia turun dari mobilnya langsung memotret anak-anak yang sedang bermain gembira di halaman sekolah.

Aku sendiri memarkir mobilku di depan sekolah, lalu kepala SD Negeri Bungcala, Bu Maidarisah datang menghampiri dengan sangat ramah meminta kami masuk ke raung kantor kepala sekolah. Bu maidarisah bertanya padaku apakah aku masih kenal dengan beliau. Aku pun berkata, ah masa iya aku tidak ingat bu? Ya Pak, kita pernah bertemu ketika Bapak memfasilitasi training kala itu.

dok Pribadi
dok Pribadi
Alhamdulillah itulah salah satu untung dikenal.  Aku beruntung, karena ada yang mengenalku. Ini membuat mood unuk masuk dalam acara menjadi semakin enak.  Karena kegiatan hari ini berbeda dengan target group sehari sebelumnya. Tentu perbedaan target group ini akan memberikan warna dan nuansa yang berbeda. Dikatakan berbeda, paling tidak pada materi dan proses pembelajaran. Artinya, soal cara penyampaian memang harus disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan anak-anak. Di sinilah, dituntut kelihaian  dan kejelian seorang motivator atau fasilitator dalam melakukan kegiatan -- kegiatan presentasi. Kekuatan metodologi menjadi andalan dalam melakukan presentasi.

Kegiatan menerbar virus literasi di SD Negeri Bungcala ini menjadi sangat istimewa karena bertepatan dengan momentum peringatan hari pahlawan. Artinya, kegiatan literasi yang dilakukan di sekolah dasar ini, bisa dikaitkan dengan peringatan hari pahlawan. Bisa melihat sisi perjuangan para pahlawan yang berjuang jiwa dan raga untuk kemerdekaan bangsa ini, yang kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk mencerdaskan bangsa Indonesia. Bukan hanya itu, bisa pula sekaligus untuk melihat atau bisa mengetahui sejauhmana anak-anak generasi milenial bahkan generasi Z ini mengetahui tentang pahlawan, mengetahui kapan dilakukannya hari pahlawan di negeri ini. Jadi menjadi momentum bagus untuk mengukur pengetahuan anak tantang pahlawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun