Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mahasiswa Generasi Milenial dan Z Malas Membaca?

11 September 2018   00:08 Diperbarui: 11 September 2018   00:19 1840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, ketika mereka hanya membaca pesan whatsapps secara parsial, wajar saja mereka mudah tersengat dengan berita-berita bohong atau hoax yang selama ini banyak menjamur. 

Bukan hanya itu, sebelum pesan itu tuntas dibaca, mereka bisa langsung menyebarkan berita tersebut tanpa ada saringan karena membaca sempurna. Kalau begini kejadiannya, kehebatan apa yang kita harapkan dari para mahasiswa generasi milenial, Y atau Z?  Kondisi seperti ini membuat kita galau melihat masa depan generasi ini yang akan berhadapan dengan persoalan literasi.

Kiranya, tak dapat dipungkiri pula bahwa selama ini, bahwa hingga saat ini, kemampuan literasi anak negeri ini sebenar  masih bermasalah. Minat membaca yang selayaknya harus terus meningkat dan meningkatkan kemampuan membaca, menganalisis serta memberikan solusi terhadap persoalan bangsa, secara nyata kini masih sangat rendah. 

Wajar saja, kalau selama ini hasil-hasil ujian, hasil karya mahasiswa, terutama dalam hal menulis, banyak mahasiswa yang tidak mampu menulis skripsi yang menjadi kewajiban mahasiswa yang akan meraih gelar sarjana. Di level di bawahnya SD hingga SMA, menunjukan fenomena yang memprihatinkan ketika musim ujian tiba, semisal Ujian Nasional dan bahkan di Perguruang tinggi ketika ujian masuk perguruan tinggi yang masih diwarnai budaya nyontek, sebagai akibat dari kurang membaca tersebut. Berbagai kecurangan itu ada;ah bukti nyata rendahnya minat, daya dan budaya baca peserta didik kita di semua level pendidikan tersebut.

Melihat fakta seperti ini, semua tingkat lembaga pendidikan, mulai dari SD hingga ke Perguruan Tinggi, wajib membangun minat baca, meningkatkan kemampuan membaca serta membudayakan membaca sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa ini. 

Semua lembaga pendidikan di negeri ini harus meletakkan prioritas pada upaya membangun kemampuan literasi anak bangsa, termasuk mahasiswa di perguruan tinggi yang masih malas membaca tersebut. 

Tentu saja, pemerintah tidak boleh lalai dengan kondisi ini, apalagi terlena karena perasaan hebatnya kemampuan generasi milenial, Y dan Z dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini semua orang memiliki gawai di tangan. Karena kepemilikan gawai canggih di tangan hanya tipuan yang merupakan kemampuan semu. 

Kemampuan yang hanya bertumpu pada media komunikasi canggih, tetapi memiliki kemampuan literasi yang rendah. Ini akan sangat membahayakan generasi mendatang. Tidak percaya? Kita akan saksikan nanti. Berbenahlah sejak dini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun