Oleh Tabrani Yunis
TKIT Insan Madani yang terletak di desa Pango Deah, Kecamatan Ule Kareng, Banda Aceh, tadi pagi pada pukul 8.30 diramaikan oleh para orang tua murid yang terdiri dari ayah serta ibu yang masing-masing hadir untuk mendampingi anak. Â Pagi tadi, tidak seperti biasanya.Â
Sebagaimana lazimnya, para orang tua murid mengantarkan anak-anak mereka sebelum pukul 08.00 WIB,  langsung meninggalkan anak-anak mereka di PAUD/TK tersebut, karena  mereka harus ke kantor atau untuk kepentingan kerja lainnya.
Maka terasa aneh, karena  di sekitar TKIT Insan Madani tersebut, diramaikan dengan sejumlah kenderaan bermotor, sepeda motor dan mobil milik orang tua murid. Ternyata,  hari ini, orang tua murid memang diundang oleh pihak TKIT Insan Madani untuk melakukan acara launching Gerakan Nasional Orangtua membacakan buku kepada anak atau disingkat dengan Gernas Baku itu.
Acara yang dibuka oleh salah satu guru yang mewakili Kepala TKIT tersebut yang tidak bisa hadir, menjelaskan bahwa kegiatan launching Gernas Baku ini merupakan gerakan nasional yang didorong oleh kondisi budaya literasi anak negeri yang masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Sebagaimana  yang kita baca di banyak media, banyak sekali berita yang miris mengenai rendahnya minat baca bangsa Indonesia yang  masih rendah. Kedua, gerakan nasional orangtua membacakan buku kepada anak-anak di usia dini tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan membangun minat baca, daya baca dan budaya baca di kalangan anak-anak  sejak usia dini dengan melibatkan para orang tua anak-anak.
Keterlibatan orang tua dalam gerakan ini menjadi sangat penting dan dibutuhkan karena kehadiran orang tersebut untuk ikut secara bersama-sama membangun budaya literasi di sekolah dan di lingkungan rumah masing-masing. Dengan demikian, orang tua murid bisa mengambil peran sebagai guru yang pertama di rumah yang bisa memotivasi dan membining anak-anak membaca, sekali gus menjadikan orang tua sebagai contoh teladan bagi anak dalam budaya membaca.
Walau sebenarnya, anak-anak usia PAUD belum dibolehkan untuk diajar membaca, namun kepada mereka sejak usia dini harus ditanamkan kecintaan membaca dengan cara yang berbeda, yakni anak diajak dan dibiasakan membaca bersama orang tua, dimana orang tua yang membacakannya dengan menggunakan buku atau bacaan yang menarik.
Ketika orang tua selalu mendampingi anak usia dini membaca secara teratur, maka orang tua sudah sejak anak usia dini menanamkan rasa cinta anak untuk membaca. Jadi ini sangat positif, apalagi karena konsep yang dilakukan adalah dalam bentuk gerakan.
Nah, mengikuti apa yang dijelaskan Bu Asmawati kala membuka acara tersebut, sebenarnya  selama ini memang sangat banyak berita dan ulasan para pemerhati pendidikan, para praktisi pendidikan dan masyarakat umum yang ikut prihatin dengan rendahnya minat baca masyarakat kita, termasuk anak dan guru yang menjadi bagian dari masyarakat sekolah. sebagaimana kita sudah ketahui bersama bahwa  posisi minat baca bangsa Indonesia berada pada posisi 60 di dunia.
Kondisi minat baca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. (KOMPAS.com)
Begitu memprihatinnya budaya dan daya literasi anak negeri ini. Tidak sepantasnya kita berada di urutan terendah itu. Namun fakta memperlihatkan wajah buruk budaya baca kita.
Hal ini akan semakin parah dengan semakin dilalaikannya bangsa ini dengan gadget yang menjurus kepada melemahnya kemamuan membaca sesuatu secara tuntas dan utuh. Karena selama ini, kebanyakan masyarakat kita hanya membaca secara parsial, yang pendek-pendek serta tidak mendalam. Sehingga, yang terjadi ketika membaca sebuah informasi, banyak masyarakat yang cendrung lebih percaya pada berita bohong atau hoax dibandingkan kepada berita yang sebenarnya.
Oleh sebab itu, launching gerakan nasional orang tua membacakan buku/bacaan kepada anak-anak sejak usia dini tersebut merupakan salah cara atau strategi untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat dengan menjadi anak sebagai pelaku dan objek kegiatan membaca tersebut.
Hal ini dianggap baik dan positif, karena selain menumbuhkan minat, rasa suka, cinta, daya baca, kegiatan seperti ini juga sebagai bentuk penyadaran terhadap orang tua akan pentingnya membaca dan membiasakan anak membaca sehingga akan terbangun budaya membaca tersebut sejak anak masih berusia  dini. Diharapkan kelak, anak-anak sebagai generasi mendatang akan menjadi generasi yang memiliki budaya literasi yang tinggi.
Agar gerakan nasional orangtua membacakan buku kepada anak-anak usia dini ini tidak hanya panas-panas tahi ayam, pemerintah harus dengan serius pula melakukan langkah-langkah dan strategi yang lebih banyak dan bervariasi, serta perlunya payung hukum yang digunakan oleh pihak sekolah dan orang tua dalam melakukan kegiatan-kegiatan dari gerakan membacakan buku tersebut.Â
Pemerintah harus mau membangun partisipasi masyarakat agar mereka bisa terlibat lebih banyak. Tentu masih banyak hal dan cara yang bisa dilakukan untuk menyukseskan pencapaian visi yang diembam fdari gerakan tersebut. Hingga bisa terbangun budaya literasi yang lebih tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H