Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Banjir Datang Lagi, Sekolah Libur Lagi

11 November 2017   00:48 Diperbarui: 11 November 2017   06:00 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau uang yang mereka dapatkan dari tindakan perusakan lingkungan, termasuk hutan tersebut tidak akan bisa atau mampu memperbaiki kerusakan alam. Yang mampu dilakukan hanyalah menyedian nasi bungkus, mie instant dan alat-alat memasak di masa panic.

Tak dapat dipungkiri bahwa dampak yang dirasakan akibat banjir tersebut sangatlah besar, bukan hanya kerugian materi, tetapi juga kerugian jiwa, yakni kematian manusia, hewan dan berbagai makhluk lain yang ada di bumi. Selain kehilangan harta benda, dan nyawa, dampak akibat dari bencana banjir adalah merusak masa depan pendidikan anak-anak kita. Semakin seringnya terjadi bencana banjir, maka semakin sering mengganggu proses pendidikan. 

Karena ketika banjir melanda, maka aktivitas pembelajaran di sekolah akan tergangguu. Anak-anak kita yang seharusnya bisa belajar di sekolah dengan baik, namun terpaksa libur karena banjir. Sebagai contoh saja adalah ketika bencana banjir melanda Pidie pada 27 Januari 2017 lalu, puluhan sekolah dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA di lokasi banjir di tujuh kecamatan di Pidie, diliburkan karena ketinggian air di sekolah itu mencapai satu meter. 

Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Murthalamuddin SPd MSP kepada Serambinews di sela - sela memantau banjir Rabu (27/1) menyebutkan, sekolah diliburkan antara lain di Kecamatan Mila, Delima, Batee, Padang Tiji, Muara Tiga, Grong-grong dan Indra Jaya. Malah, beberapa sekolah di wilayah Kota Sigli juga libur karena terendam seperti SD 1 Kota Sigli, SD 4 Peukan Pidie dan SDU Iqro terletak di Blang Paseh. (Serambi Indonesia 27Januari 2017)

Bukan hanya itu seperti diberitakan Serambi Indonesia, dari Aceh Barat dilaporkan, banjir kembali terjadi dalam dua hari terakhir setelah wilayah itu diguyur hujan lebat. Sebuah sekolah di Kecamatan Woyla Barat, yakni SD Napai, terpaksa menghentikan proses belajar-mengajar (PBM) sejak Senin hingga Selasa (24/1) kemarin karena air masih merendam tiga desa di kecamatan itu. Termasuk sejumlah sekolah. Kepala SDN Napai, M Jamin SPd kepada Serambi kemarin mengatakan, dalam bulan Januari ini saja sudah beberapa hari sekolah diliburkan. Pekan lalu pun sekolah diliburkan karena banjir. 25/jan/2017.

Jadi, sebenarnya ketika banjir melanda sebuah daerah yang kondisinya buruk, akan selalu menyebabkan gangguan terhadap proses pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan di Aceh dan di Indonesia umumnya. Proses belajar dan mengajar di sekolah akan terhenti dalam waktu yang berbeda-beda, tergantung pada berapa lama banjir merendam atau menggenangi lingungan sekolah dan jalan menuju sekolah. Gangguan terhadap sekolah, bukan saja pada penutupan sekolah, tetapi juga pada kerusakan sarana pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu, setiap kali banjir melanda, anak-anak kita, para peserta pendidikan akan banyak yang rugi karena sekolah akan terpaksa ditutup, karena terendam banjir.

Agaknya, bila tidak ada upaya yang serius dan tidak munafik dalam menyelamatkan hutan, dan lingkungan hidup yang aman, maka kerusakan lingkungan dan kehancuran ekologi akan semakin cepat berlangsung. Sementara kita sebagai masyarakat awam, akan selalu menjadi korban dari kerusakan lingkungan yang salah satunya menyebabkan bencana alam, termasuk hutan dan penambangan secara membabi buta itu.

Agar kerusakan hutan tidak terus dilakukan oleh pihak-pihak yang hanya mengejar keuntungan  dengan aksi perambahan hutan, penambangan dan lain-lain itu, kita juga harus tetap optimis. Masyarakat harus tetap bisa diedukasi dengan baik dan benar untuk mendukung upaya penyelamatan hutan, lingkungan dan sebagainya, sebagai bagian untuk mengurangi terjadinya bencana banjir dan juga mengurangi risiko bencana. Ketika semua itu bisa dilakukan, maka tidak aka nada lagi perkataan, eh banjir datang lagi, kita libur lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun