Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Guru Daerah Terpencil yang Giat Membangun Literasi

10 November 2017   00:17 Diperbarui: 11 November 2017   01:52 3730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Liasar S.Pd, itulah nama  lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai guru Sekolah Dasar  (SD) Negeri Jambo Keupok, yang berada dalam wilayah Kecamatan Kuta Bahagia, Aceh Selatan.  Dia adalah guru yang pantas berbangga dan berbahagia serta perlu kita berikan apresiasi atas prestasinya, karena  Pak Liasar terpilih sebagai " Guru berdedikasi" di Aceh. 

Sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah Aceh, ia pada Sabtu 30 September 2017 yang lalu, ikut menerima penghargaan dari Gubernur Aceh, sebagai Guru berdedikasi yang berlangsung di Amel Convention Center. Ia layak menerima  sejumlah uang  sebagai hadiah atas dedikasinya berprestasi di daerah terpencil. Selain mendapat hadiah uang, ia juga diberikan kesempatan untuk mewakili Aceh ke tingkat nasional yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Pak Laisar S.Pd. Pegiat literasi
Pak Laisar S.Pd. Pegiat literasi
Usai acara penerimaan anugerah tersebut, Pak Liasar tidak langsung pulang pada hari itu. Ia masih menyempatkan diri untuk mencari buku-buku bacaan, sebagai oleh-oleh buat anak-anak muridnya di SD Negeri Jambo Keupok, yang merupakan sekolah yang berada di bagian timur Kec.Kota Bahagia , Aceh Selatan itu.  

Ya, ia sempat datang ke POTRET Gallery untuk membeli satu paket majalah Anak Cerdas dengan menyisihkan sebanyak Rp 500.000,-  dari hadiah yang ia terima.  Ia mau dan rela mengeluarkan uang probadinya untuk membeli  paket majalah Anak Cerdas yang biasa dijual seharag Rp 14.000 per eksemplar.  

Itulah yang mendorong pemilik majalah Anak Cerdas memberikan harga khusus untuk beliau. Ya, karena melihat niat baiknya untuk menyenangkan anak-anak di sekolahnya di daerah terpencil, kepadanya diberikan sebuah paket majalah yang berisi lebih dari 100  majalah Anak Cerdas dan ditambah dengan sejumlah majalah POTRET dengan hanya membayar setengah harga.

Doc. pribadi. Kepala sekolah SD N jambo Keupok
Doc. pribadi. Kepala sekolah SD N jambo Keupok
Ketika membeli sebanyak lebih kurang 100 majalah tersebut, ia sempat menceritakan bagaimana kondisi minat baca di sekolahnya yang berada di daerah terpencil. Daerah  yang  berbatas langsung dengan kawasan gunung Leuser itu. Katanya,   sekolah tempat ia mengajar tersebut  dikategorikan  sebagai sekolah daerah terpencil yang dihuni oleh   penduduk  yang  semuanya bekerja atau berprofesi sebagai  petani. 

Penduduknya pun umumnya  tergolong miskin. Jadi, bisa dibayangkan kondisi desa terpencil itu. Pasti yang namanya majalah, apalagi majalah anak-anak seperti majalah Anak Cerdas adalah bacaan yang bisa dikatakan tidak pernah hadir, tidak pernah sampai kesekolah mereka, seperti di sekolah-sekolah yang di kota. Itulah sebabnya, ketika ia hendak pulang ke kampung, kembali ke sekolahnya, ia terpanggil jiwanya untuk mencari souvenir yang membuat hati anak-anaknya senang.  Sebuah souvenir edukatif.

Untunglah ia membeli sejumlah majalah Anak Cerdas, yang dengan hanya Rp 500.000, bisa mendapatkan lebih dari 100 majalah. Ini adalah sebuah inisiatif yang sangat inspiratif dari seorang guru yang tinggal dan bekerja  di daerah terpencil ini. Apalagi ia membeli bacaan yang menarik itu dengan  niat untuk membuat kejutan. Kejutan yang edukatif buat anak-anak di daerah yang jauh dari kota dan tidak memiliki bacaan menarik seperti yang ia bawa pulang.

Sekitar 100 majalah, sebenarnya bukanlah jumlah yang cukup dan ideal untuk membangun gerakan membaca dan berkarya di kalangan anak-anak di SD negeri Jambo Peupok. Namun jumlah itu, sangat membantu anak-anak di sekolah itu. 100 majalah yang dibawa Pak Liasar, yang dibeli atas kesadaran sendiri itu, jauh lebih baik dibandingkan ia membeli barang tertentu untuk sekolah, misalnya berupa oleh-oleh makanan untuk kepala sekolah dan dewan guru. Membawa hadiah berupa bacaan yang menarik jauh lebih berharga dan bernilai serta berdampak besar dibandingkan dalam bentuk lain.

Apalagi, setibanya Pak Liasar ke SD Jambo Keupok, Pak Laisar benar-benar membuat kejutan kepada anak-anak sekolahnya. Dengan mengajak Kepala Sekolah, ia mengumpulkan anak-anak beserta guru-guru di halaman sekolah. Diambilnya sebuah meja dan kemudian diletakkan semua majalah yang ia bawa pulang itu di atas meja di depan sekolah. Anak-anak pun dengan penuh semangat berebut majalah untuk dibaca bersama-sama yang ikut dikawal oleh guru-guru yang juga bertugas di sekolah itu.

Anak-anak SD Negeri Jambo Keupok yang terdiri dari 6 rombongan belajar itu seakan berlomba membaca di halaman sekolah. Mereka sangat antusias membaca majalah yang mereka terima. Melihat antusiasnya anak-anak membaca, maka Kepala Sekolah SD Negeri Jambo Keupok,  Darmius, A.Ma Pd juga ikut bersama di tengah anak-anak ikut membaca bersama.  Beliau pun bertekat untuk bisa terus mengembangkan gerakan literasi di sekolahnya yang tergolong terpencil itu. Ia bahkan berencana untuk memesan lebih banyak lagi, agar anak-anak di sekolahnya semakin gemar membaca.

Dari kegiatan yang dilakukan oleh Pak Liasar dan kepala sekolahnya, Darmius, A.Ma Pd itu menunjukan dan menjadi bukti bahwa sebenarnya anak-anak kita, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu, bukan malas atau tidak mau membaca, bukan pula mereka tidak berminat membaca, tetapi apa yang sebenarnya terjadi adalah mereka tidak mempunyai bahan bacaan yang menarik untuk dibaca. Kalau pun ada buku-buku di perpustakaan kebanyakan adalah buku-buku yang sama sekali tidak menarik minat membaca bagi anak-anak. Jangankan anak-anak, guru dan kepala sekolah saja tidak mau membacanya. Jadi, sangat keliru mengatakan bahwa anak-anak tidak mau membaca, apabila pihak sekolah atau pemerintah tidak menyediakan bacaan yang menarik bagi anak-anak.

Kiranya, inisiatif yang dilakukan oleh Pak Liasar dan kepala sekolah untuk mengajak dan menyediakan  bacaan yang menarik bagi anak-anak tersebut adalah sebuah inisiatif yang sangat positif dan perlu mendapat dukungan, terutama dari pihak pemerintahan kabupaten. Pemerintah tidak boleh lagi melihat kebutuhan akan buku dan bacaan menarik bagi anak  di sekolah dengan hanya sebelah mata. Seriuslah.

Pemkab, dalam hal ini Kabupaten Aceh Selatan wajiblah kiranya menyediakan bacaan-bacaan yang menarik seperti halnya bacaan yang ada di majalah Anak Cerdas tersebut. Sehingga, anak-anak yang bersekolah di daerah terpencil seperti SD Negeri Jambo Keupok ini, bisa menikmati kegiatan membaca yang membuat anak-anak memiliki kebiasaan dan kemampuan membaca yang tinggi, akan dapat mengangkat kualitas  anak dan sekolah serta bisa membanggakan daerah. Bila anak rajin membaca, Pemerintah tidak perlu lagi pusing dengan tuntutan menghapus UN dan sebagainya.

Tentu tidak bisa dijadikan alasan lagi karena tergolong sekolah terpencil. Apalagi setelah Trumon, kecamatan asal dari Kecamatan Kota Bahagia ini sudah membuat jarak sekolah dengan Ibu Kota Kecamatan.  Ya, semenjak diresmikan sebagai kecamatan baru, maka  jarak tempuh  dari Jambo Keupok ke kota Kecamatan,  Kota Bahagia, berkurang menjadi lebih kurang 8 kolometer. Begitu pula  jarak dari jalan  Nasional Tapaktuan-Subussalam, lebih kurang 13 kilo meter.  

Sementara jarak dari desa Jambo Keupok  ke Kota  Kabupaten, yakni Tapak tuan, lebih kurang 76 kilometer. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak membangun literasi sekolah, karena landasan hukumnya sudah ada dan bahkan bukan hanya satu. Oleh sebab itu pihak pemerintah kabupaten dan kota, Pemerintah Provinsi dan juga pemerintah Pusat harus meletakkan prioritas pada pembangun literasi agar kualitas kemampuan membaca generasi muda di sekolah-sekolah, bukan hanya di SD Negeri Jambo Keupok, tetapi juga semua sekolah wajib difasilitasi dengan sarana literasi secara mencukupi.

Di samping penyediaan bahan bacaan yang menarik dan mencukupi, pemerintah daerah juga seharusnya bisa mendorong hadirnya guru-guru yang memiliki inisiatif dan semangat  membangun kegiatan literasi sekolah, sebagai bagian dari upaya mencerdasakan bangsa. Semoga saja semua pihak secara bahu membahu membantu dan bersinergis membangun literasi di sekolah dan didukung dengan literasi di rumah tangga.  Banyak cara yang bisa dilakukan. Namun dengan cara yang dilakukan oleh Pak Liasar  ini,  bisa mengantarkan sekolah-sekolah kita menjadi yang terbaik. Ya, sekolah-sekolah kita akan menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas. Salam hormat buat Pak Liasar S.Pd. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun