Dari kegiatan yang dilakukan oleh Pak Liasar dan kepala sekolahnya, Darmius, A.Ma Pd itu menunjukan dan menjadi bukti bahwa sebenarnya anak-anak kita, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu, bukan malas atau tidak mau membaca, bukan pula mereka tidak berminat membaca, tetapi apa yang sebenarnya terjadi adalah mereka tidak mempunyai bahan bacaan yang menarik untuk dibaca. Kalau pun ada buku-buku di perpustakaan kebanyakan adalah buku-buku yang sama sekali tidak menarik minat membaca bagi anak-anak. Jangankan anak-anak, guru dan kepala sekolah saja tidak mau membacanya. Jadi, sangat keliru mengatakan bahwa anak-anak tidak mau membaca, apabila pihak sekolah atau pemerintah tidak menyediakan bacaan yang menarik bagi anak-anak.
Kiranya, inisiatif yang dilakukan oleh Pak Liasar dan kepala sekolah untuk mengajak dan menyediakan  bacaan yang menarik bagi anak-anak tersebut adalah sebuah inisiatif yang sangat positif dan perlu mendapat dukungan, terutama dari pihak pemerintahan kabupaten. Pemerintah tidak boleh lagi melihat kebutuhan akan buku dan bacaan menarik bagi anak  di sekolah dengan hanya sebelah mata. Seriuslah.
Pemkab, dalam hal ini Kabupaten Aceh Selatan wajiblah kiranya menyediakan bacaan-bacaan yang menarik seperti halnya bacaan yang ada di majalah Anak Cerdas tersebut. Sehingga, anak-anak yang bersekolah di daerah terpencil seperti SD Negeri Jambo Keupok ini, bisa menikmati kegiatan membaca yang membuat anak-anak memiliki kebiasaan dan kemampuan membaca yang tinggi, akan dapat mengangkat kualitas  anak dan sekolah serta bisa membanggakan daerah. Bila anak rajin membaca, Pemerintah tidak perlu lagi pusing dengan tuntutan menghapus UN dan sebagainya.
Tentu tidak bisa dijadikan alasan lagi karena tergolong sekolah terpencil. Apalagi setelah Trumon, kecamatan asal dari Kecamatan Kota Bahagia ini sudah membuat jarak sekolah dengan Ibu Kota Kecamatan.  Ya, semenjak diresmikan sebagai kecamatan baru, maka  jarak tempuh  dari Jambo Keupok ke kota Kecamatan,  Kota Bahagia, berkurang menjadi lebih kurang 8 kolometer. Begitu pula  jarak dari jalan  Nasional Tapaktuan-Subussalam, lebih kurang 13 kilo meter. Â
Sementara jarak dari desa Jambo Keupok  ke Kota  Kabupaten, yakni Tapak tuan, lebih kurang 76 kilometer. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak membangun literasi sekolah, karena landasan hukumnya sudah ada dan bahkan bukan hanya satu. Oleh sebab itu pihak pemerintah kabupaten dan kota, Pemerintah Provinsi dan juga pemerintah Pusat harus meletakkan prioritas pada pembangun literasi agar kualitas kemampuan membaca generasi muda di sekolah-sekolah, bukan hanya di SD Negeri Jambo Keupok, tetapi juga semua sekolah wajib difasilitasi dengan sarana literasi secara mencukupi.
Di samping penyediaan bahan bacaan yang menarik dan mencukupi, pemerintah daerah juga seharusnya bisa mendorong hadirnya guru-guru yang memiliki inisiatif dan semangat  membangun kegiatan literasi sekolah, sebagai bagian dari upaya mencerdasakan bangsa. Semoga saja semua pihak secara bahu membahu membantu dan bersinergis membangun literasi di sekolah dan didukung dengan literasi di rumah tangga.  Banyak cara yang bisa dilakukan. Namun dengan cara yang dilakukan oleh Pak Liasar  ini,  bisa mengantarkan sekolah-sekolah kita menjadi yang terbaik. Ya, sekolah-sekolah kita akan menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas. Salam hormat buat Pak Liasar S.Pd. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H