Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Segeralah Berwirausaha

2 November 2017   00:50 Diperbarui: 2 November 2017   22:05 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar tragisnya nasib calon PNS di Kemenkumham dan juga nasib 8500 guru non PNS yang akan disaring atau diseleksi lagi tersebut, para mahasiswa terlihat tercenuh da nada yang menggeleng-gelengkan kepala. Apalagi setelah aku menyampaikan lagi data BPS berikut ini. Menurut data BPS, angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 131,55 juta orang, naik sebanyak 6,11 juta orang dibanding Agustus 2016 dan naik 3,88 juta orang dibanding Februari 2016. 

Sementara, penduduk bekerja di Indonesia pada Februari 2017 sebanyak 124,54 juta orang, naik sebanyak 6,13 juta orang dibanding keadaan Agustus 2016 dan naik sebanyak 3,89 juta orang dibanding Februari 2016. Lalu, apa yang akan terjadi, kalau nanti mereka tamat dan menjadi sarjana ekonomi? Mereka akan berhadapan dengan banyak saingan yang bukan saja lahir dari lembaga pendidikan, tempat mereka dididik, tetapi juga sarjana-sarjana dari Universitas lain yang jumlahnya juga sangat besar. Jadi, tantangan bagi mereka akan terus berat, sejalan dengan semakin banyaknya sarjana baru yang diwisuda sepanjang tahun di Indonesia.

Tantangan  serius lain yang dihadapi oleh mereka ( mahasiswa) yang akan menjadi sarjana kelak adalah tantangan perubahan zaman. Ketika sekarang kita sudah berada di zaman kemajuan teknologi dan informasi, banyak lembaga keuangan atau bank yang mengurangi tenaga kerja mereka dan menggantikannya dengan fungsi teknologi. Misalkan saja, apa yang sudah dilakukan oleh bank-bank selama ini dengan penggunaan ATM yang bisa diakses oleh nasabah dengan mudah itu, maka berapa banyak jumlah tenaga kerja yang berkurang? Pasti sangat banyak bukan? Lain lagi pada jenis-jenis pekerjaan lain yang nantinya akan diganti oleh robot atau segala sesuatu yang self help, layani sendiri yang tidak membutuhkan ada tenaga khusus. Tantangannya semakin berat bukan?

Ya, tentu sangat berat. Oleh sebab itu, agar mereka kelak tidak menjadi penganggur intelektual, maka selagi masih mahasiswa, mereka harus diingatkan. Bukan hanya diingatkan, tetapi harus dengan cepat membagun kesadaran mereka untuk sejak dini, sejak masih duduk di bangku kuliah, harus menyiapkan alternatif lain. Alternatif, pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang lebih antisipatif, melihat ke masa depan. 

Para mahasiswa harus diberikan alternative dengan kemampuan entrepreneurship, agar ketika tidak terserap di Bank, mereka bisa mengerjakan pekerjaan sebagai wirausahawan (entrepreneurs).Demgan pendekatan atau cara ini, mahasiswa kelak bukan saja mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang-orang lain yang dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi orang lain.

Nah, sebagaimana kita ketahui bahwa "Wirausaha", selama ini menjadi narasi dunia kerja atau usaha yang semakin sering terdengar di dalam masyarakat kita. Seringnya orang berbicara soal wirausaha tersebut, seiring dengan semakin banyaknya jumlah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Setiap tahun, lembaga pendidikan baik tingkat SMA dan sederajat, maupun lulusan sarjana (S1) terus melahirkan lulusan-lulusan yang memburu dunia kerja.

 Akan banyak sekali keuntungan bila para mahasiswa  yang sedang belajar di perguruan tinggi tersebut dibekali dengan pengertahuan, ketrampilan dan kemauan untuk berwirausaha. Ya, sejak mahasiswa masih menjalankan tugas dan kegiatan belajar di bangku kuliah, para mahasiwa ini perlu didorong untuk menggeluti dunia wirausaha sejak dini. 

Alangkah bagus bila sejak masih di bangku sekolah sudah banyak mahasiswa yang mau mengerjakan atau mempraktikan wira usaha tersebut. Dengan cara begini, ketika seseorang lebih cepat atau lebih awal membuka usaha, maka pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan serta rasa percaya diri akan bisa lebih cepat diperoleh. Artinya ini lebih baik, sebagai langkah antisipasi terhadap perkembangan kehidupan di masa yang akan datang. Jadi segeralah berwirausaha. semakin cepat, semakin baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun