Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Membawa Potret ke Penjuru Dunia

30 Oktober 2017   00:21 Diperbarui: 30 Oktober 2017   00:36 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
POTRET di Helsinki. Doc. Probadi

Kemiskinan perempuan bukan saja, dalam bentuk kemiskinan harta benda, tetapi kemiskinan dasar yakni kemiskinan intelektual. Akibat rendahnya akses perempuan terhadap pendidikan dan juga sumber belajar dan informasi seperti media cetak dan lain-lain.
Kenyataan yang ada pada saat itu, ketika perempuan banyak yang hidup dalam kemiskinan, tidak punya banyak akses dan kontrol terhadap media, maka kala itu kita sulit mencari tulisan para perempuan di media massa seperti majalah dan surat kabar. Kalau tulisan tentang perempuan yang ditulis oleh laki-laki ya banyak, tetapi yang ditulis oleh perempuan sangat sulit ditemukan. 

Oleh sebab itu, berangkat dari persoalan itu, kemudian Centre for Community Development and Education (CCDE) sebagai sebuah LSM yang concern dan bekerja untuk memberdayakan dan penguatan perempuan, mengambil langkah kongkrit untuk membangun literasi di kalangan perempuan Aceh. 

Langkah pertama yang dilakukan adalah memotivasi perempuan untuk belajar lewat kegiatan pendidikan alternatif, berupa pelatihan penyadaran, pelatihan ketrampilan seperti pelatihan manajemen usaha, pelatihan komunikasi, pelatihan kepemimpinan, pelatihan gender dan pelatihan menulis. Dengan bekal pengetahuan tersebut, perempuan diajak menuangkan idea atau gagasan, masalah dan bahkan segala perihal mengenai masalah perempuan dalam tulisan- tulisan yang ringan dan sederhana, hingga yang berat dan padat.

Dalam perjalanannya sejak penerbitan edisi perdana, sebagai majalah yang bukan untuk bisnis, maka gerak langkah majalah ini tidaklah mulus benar se[erti media atau majalah mainstream yang terbit di Ibu kota Jakarta yang didukung oleh banyak iklan. Majalah POTRET terbit tanpa iklan. Sebuah media terbit tanpa iklan, adalah sebuah hal yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Ya,  bagaimana majalah bisa terbit tana ada dukungan sumber dana dari iklan. Itulah yang terhadi pada majalah ini. POTRET hidup dan bermetamorfosis menjaga  independensi dengan terus mengawal berjalannya visi pada track yang tepat dan benar. Alhamdulillah majalah POTRET bisa terus terbit hingga kini, walau tidak tepat waktu dan seperti sedang bernafas dalam lumpur atau hidup enggan, mati tak mau.

Lalu, apa yang membuatku dan lembaga Center for Community Development and Education (CCDE)Banda Aceh hingga kini masih belum mau berhenti atau menutup penerbitan ini, padahal saat ini sudah sangat banyak media cetak yang karena tidak menguntungkan secara finansial, lalu collapse dan bubar?  Salah satu jawabnya adalah, karena impian untuk membangun gerakan menulis di kalangan perempuan itu masih belum selesai. 

Selain itu, menerbitkan majalan ini bagi aku dan lembagaku adalah sebuah bentuk belajar pada garis konsistensi dan atau istiqamah. Walau, sebenarnya majalah ini memang harus menjadi bagian dari gerakan perempuan di Aceh dan Indonesia, dalam kenyataannya tidak dianggap sebagai bagian dari gerakan perempuan, karena gerakan perempuan di Aceh dan bahkan di Indonesia tidak melihat majalah ini sebagai alat untuk memperkuat gerakan perempuan. Ya, sudahlah.

Namun, bagiku dan bagi lembaga yang menerbitkan majalah ini, hal semacam itu tidak membuat aku dan CCDE surut dan langsung menghentikan penerbitan majalah ini. Majalah ini harus tetap terbit, walau tidak bisa tepat waktu seperti idealnya sebulan sekali. Bahkan kini edisi 81 yang seharusnya sudah terbit, namun hingga kini masih hanya sebagai file yang sedang menanti datangnya keberuntungan.

Tak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya menerbitkan majalah semacam POTRET ini banyak dikatakan sebagai pekerjaannya orang "gila". Agar majalah POTRET dikenal oleh banyak khalayak, di Aceh, luas Aceh dan bahkan luar negeri, berbagai macam upaya sudah dilakukan sejalan dengan perkembangan zaman, perkembangan trend teknologi informasi dan komunikasi, POTRET tetap setiap waktu menampakan diri di media social dan lainnya. 

Bahkan, dalam setiap kalai perjalanan, di daerah, nasional, bahkan luar negeri, majalah POTRET selalu dibawa serta. Aku selalu membawa majalah POTRET untuk diperkenalkan kepada banyak orang dalam seminar-seminar di tingkat local dan nasional. Lebih dari itu, di setiap aku mendapat kesempatan ke luar negeri, aku juga membawa serta majalah POTRET. Aku merasa bangga dan bahagia karena bisa menerbitkan majalah POTRET dan hingga kini masih belum berniat berhenti.

Pendek kata, selama ini kemana pun aku pergi, majalah POTRET selalu ikut bersamaku. Mengapa demikian, karena aku merasa sudah sangat menyatu. Aku ingat pada tahun 2007, ketika aku menjadi nara sumber dalam sebuah seminar tentang Aceh di Helsinki University dan di Abo Academy di Turku, Finlandia, aku membawa majalah ini dan aku masukan sebagai salah satu isi presentasiku. 

Pada tahun yang sama, di akhir Juni hingga Juli 2007 majalah POTRET juga kubawa serta ke Miami, Floruda. Begitu juga kala aku hadir di Negara-negara lain, baik di Negara-negara Asia dan bahkan ke Canada dan Timor Leste di tahun 2012, POTRET elalu kubawa. Pokoknya, kemana pun ke penjuru dunia, POTRET tetap kubawa. Begitu cintanya aku terhadap majalah ini. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun