Untung ada temanku, Sayuti Cut Adek yang juga baru menampati rumah RSS seperti yang aku tempati. Aku meminjam uang padanya dan ia memeberikan pinjaman kepadaku sebanyak Rp 30.000,- saat itu. Aku membawa anakku ke rumah dr.Nurjanah, dokter spesialis anak dan aku saat itu membayar Rp 20.000,- berarti uang yang tersisa hanya Rp 10.000,-. Anakku Albar harus masuk rumah sakit pagi itu. Aku benar-benar linglung. Padahal statusku sudah PNS, sebagai guru SMA Negeri 3 Banda Aceh. Artinya aku sudah punya jaminan Askes.Â
Namun, entah mengapa, aku seperti orang yang sudah kehilangan akal. Apalagi kata dokter, Albar harus dioperasi hari itu. Ya Allah. Aku benar-benar merasa sangat berat menghadapi cobaan itu. Alhamdulillah, dalam musibah itu, Allah menunjukkan kebesarannya. Aku mendapat banyak rahmat Allah. Banyak orang yang datang membantuku, memberikan aku kemudahan. Bahkan selama sebulan di rumah sakit, dokter menyatakan sudah boleh pulang. Aku bersyukur pada saat itu punya kartu Askes dan akhirnya semuanya ditanggung Askes, kecuali biaya hidup sehari-hari. Ini adalah hikmah di balik musibah yang aku alami saat itu. Untunglah aku punya jaminan kesehatan ASKES saat itu yang membantu semua biaya dan obat-obatan di rumah sakit. Bayangkan apa yang akan terjadi padaku bila tidak memiliki ASKES saat itu? Â Semakin buruk bukan?
Pengalaman sakit itu yang mengharuskan untuk mendapat perawatan dan menginap di rumah sakit, bukan saja dialami oleh anakku. Pada tahun 2015, aku sendiri yang sakit dan harus menjalani operasi. Dokter mengatakan aku menderita sakit usus buntu dan juga disarankan segera untuk dioperasi. Padahal, saat itu, aku akan berangkat ke Bangkok untuk ikut rapat. Namun, kata dokter, sebaiknya operasi dulu. Takut di jalan kambuh dan akan menjadi masalah besar.Â
Akhirnya, aku ke praktek dokter bedah dan diputuskan untuk operasi esok harinya. Untung, saat itu kondisi keuanganku tidak seperti ketika anakku Albar mengalami invaginasi. Kondisi keuanganku jauh lebih baik. Apalagi aku sudah mengantongi jaminan kesehatan yang bukan saja BPJS, tetapi juga ada asuransi kesehatan yang aku ikuti pasca bencana tsunami. Dengan fasilitas BPJS, sesuai dengan pangkat golongan IV, aku diberikan ruang yang sesuai. Namun, aku mengambil ruang VIP karena aku bisa membayar kekurangan dengan asuransi tersebut.
Pengalaman --pengalaman ini, semakin membuatku sadar, bahwa sakit itu datang, tanpa disangka dan selalu akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, aku dengan sadar harus menyiapkan diri, kesiapan jaminan atau asuransi kesehatan agar kelak tidak menyusahkan anak dan isteri atau menyusahkan diri sendiri, ketika anak dan istri sakit. Aku bersyukur kepada Allah, karena pasca bencana tsunami, aku diberikan rezeki lebih dibandingkan dulu sebelum tsunami yang membuat aku punya asuransi kesehatan, BPJS. Namun demikian, yang paling penting adalah tetap menjaga kesehatan, mengatur pola makan yang sesuai serta berolah raga yang proporsinal. Jaga sehat, sebelum sakit.
Maka, berangkat dari semua pengalaman di atas, selain kita wajib menjaga dan merawat diri untuk hidup sehat, agar tidak mengalami kesulitan besar untuk biaya mengobatan, kita memang harus membuat program jaminan kesehatan, berupa asuransi kesehatan sepertihalnya BPJS yang kini konon semakin mudah diakses oleh siapa saja dan kapan saja, karena saat ini sudah tersedia aplikasi JKN dari BPJS kesehatan yang bahkan bisa diunduh di Google Play atau Apple store. Bila kita tidak bisa melakukannya, tentu kita punya orang yang tahu mengunduh dan mendapatkan aplikasi tersebut. Pokoknya, jangan abaikan persiapan untuk menghadapi kondisi yang buruk. Bila saat ini ada uang yang banyak, sebaiknya untuk merencanakan jaminan kesehatan. Percayalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H