Nah, bila guru banyak menulis, maka sang guru akan sangat termotivasi bahwa akan mendapat nilai tambah (added value) karena bisa digolongkan ke dalam kelompok intelektual. Ini salah satu nilai positifnya. Kedua, kegiatan menulis bisa membuat guru menjadi manusia pembelajar (istilah yang dipakai penulis Harefa). Karena kalau guru mau atau akan menulis, ia pasti harus melakukan aktivitas membaca. Membaca dalam arti ril seperti membaca berbagai referensi atau literature dan juga membaca realitas sosial. Pada proses ini sang guru yang suka menulis akan terbiasa dengan aktivitas belajar mengidentifikasi masalah, belajar menganalisisnya serta mengasah kemampuan mencari solusi. Pembelajaran yang demikian bisa membuat guru menjadi sosok pendidik yang kritis.Â
Kalau ini dilakukan, kesan guru malas belajar akan pupus. Â Ketiga, Â percaya atau tidak, menulis bisa memberikan keuntungan popularitas. Para penulis yang sering menulis di media massa dan penulis buku, biasanya akan dikenal oleh banyak orang. Apalagi kalau ia mampu menyajikan hal-hal yang menarik, pasti para pembaca akan selalu teringat dengan si penulisnya. Guru juga akan bisa memiliki banyak penggemar di bidang ini. Sekali lagi, kalau guru mau menulis. Â Keempat, Â tak dapat dipungkiri bahwa menulis sebenarnya bisa menambah income. Â Tidak percaya ?Â
Coba saja kirim tulisan atau karya tulis ke media, atau coba rasakan nanti ketika buku anda sudah beredar di pasar, pasti akan banyak mendatangkan keuntungan finansial. Banyak fakta yang membuktikan, bagi guru menulis bisa mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi para guru yang selama ini.  Oleh sebab itu, andai guru mau aktif menulis di media atau menulis buku, performance guru pasti berubah. Hasil menulis di media dan di buku  bisa lebih besar dibandingkan gaji guru yang diterima setiap bulannya. Tidak percaya ? Silakan coba. Kelima, ada nilai tambah dari menulis yang bisa dipetik sang guru.Â
Dengan menulis, guru bisa menambah angka kredit. Kredit ini lebih bergengsi dan jumlahnya lebih besar dari mengajar selama satu semester. Bayangkan saja, satu artikel yang dimuat di media massa, nilai kreditnya 2 point. Kalau buku? Ya, lebih besar lagi. Â Konsekwensinya, kalau guru bisa menulis dengan baik, guru tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membayar ongkos menulis sebuah karya tulis untuk kenaikan pangkat. Â Banyak sekali keuntungan menulis bagi guru,kalau guru mau menulis. Betapa sayangnya, kalau guru malas, atau tidak bisaa menulis.Â
Padahal, kata Dylan Thomas "Menulislah, karena hanya itu cara untuk membuat dunia tahu apa yang engkau pikirkan". Semoga, workshop penulisan buku, satu guru satu buku yang sedang berlangsung, akan benar-benar dapat membangun kapasitas dan produktivitas guru dalam menulis segala macam karya tulis, termasuk buku. Semoga saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H