Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Abaikan Kesalahan pada Tulisan Anda

12 Oktober 2017   00:44 Diperbarui: 12 Oktober 2017   00:58 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Mantap reportase Pak Tab. Mengalir lancar, bernas, dan inspiratif. Tetapi maaf, sekali lagi maaf ya, saya menemukan sedikitnya 40 kesalahan ejaan dan tanda baca di dalam risalah itu. Ingatlah bahwa Kompasiana tak mengedit karya kita. Jadi, kesalahan semantik harus kita urus sendiri. Paling tidak, kalau tulisan kita tanpa cacat kebahasaan, orang semakin mengapresiasi karya tersebut dan semakin yakin bahwa penulisnya adalah orang yang layak mengajarkan literasi melalui latihan menulis. Demikian, sekadar saran dari saya.

Itulah pesan singkat yang aku terima tadi pagi, Rabu 11 Oktober 2017  saat siap-siap menuju kampus UIN Ar- Raniry, Darussalam, Banda Aceh. Kebetulan hari Rabu aku ada tugas mengajar atau memberi kuliah kewirausahaan di Prodi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Pesan yang aku terima di grup Krue Seumangat Aceh (KSA), sebuah grup  berbasis whatsapp (WA) yang beranggotakan para akademisi, praktisi, jurnalis atau orang media dan bahkan juga ada politisi dan lain-lain yang sangat aktif  dan intens berinteraksi dan diskusi dan interaksi setiap hari. Ya, dari grup inilah aku menerima sebuah pesan berharga dan membahagiakan itu. Pesan dari seorang sahabat yang  aku kenal sebagai Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia, sebuah surat kabar ternama di Aceh.

Bagiku, ini pesan istimewa dan sangat berharga dan aku layak menyampaikan ucapan terima kasih. Betapa tidak, tanpa kusangka, bung Yarmen Dinamika, sudah menyempatkan waktunya untuk membaca tulisanku di Kompasiana.com yang berjudul " Merayu Si Mata Biru, asal Aceh untuk Bercinta dengan Kata" Lalu, apa yang membuat aku gembira dan berterima kasih kepada bung Yarmen Dinamika pagi ini adalah apresiasi beliau terhadap tulisan berupa reportase tentang pelatihan menulis bagi anak-anak SD di Lamno, tanggal 10 Oktober 2017 itu.  Pokoknya, ada pesan yang mengandung apresiasi, kritik dan saran yang membangun dan memotivasiku. Hebatnya lagi, bukan hanya sekedar membaca, tetapi juga langsung bisa menemukan 40 kesalahan ejaan dan tanda baca di dalam risalah itu.

Mendapat pesan yang istimewa itu, kemudian aku membalas pesan itu dengan menyampaikan ucapan terima kasih, dengan alasan dan pertimbangan seperti di atas. Dalam hatiku terbetik keinginan agar bung Yarmen menyebutkan ke 40 kesalahan tersebut. Namun, aku merasa tidak etis kalau memerintahkan beliau menyebutkan semua kesalahan itu. Alhamdulilah pula, beliau meminta izin kepadaku untuk membagikan tulisan itu kepada angggota Forum Aceh Menulis (FAMe). Konon, ini adalah forum kelas menulis yang awalnya hanya diperuntukkan bagi orang dari Barat Selatan, dulu kita buat kelas menulis di Meuligo Rafli Kande pada tahun 2016. Lalu kemudian dikarenakan para pesertanya sudah beragam, namanya pun diubah menjadi Forum Aceh Menulis.

Setelah mendapatkan persetujuanku untuk melakukan share kepada peserta FAMe itu, bung Yarmen langsung mengirimkan pesan singkat itu ke grup FAMe di WA dengan pesan sebegai berikut: "11/10 07:16] Yarmen Dinamika: Teman-teman FAMe yth. Ini ada tulisan Pak Tabrani Yunis, Pemred Majalah POTRET di Kompasiana. Mungkin karena terburu-buru menulisnya sehingga terdapat sekitar 40 kesalahan ejaan dan tanda baca dalam tulisan ini. Dia sudah ikhlas tulisannya diedit. Yang berhasil menemukan kesalahan paling cepat dan paling banyak akan dapat majalah POTRET dan Anak Anak Cerdas. Ayo, saya tunggu."

Hmm, dahsyat bukan?  Ini benar-benar sebuah respon yang sangat dahsyat. Betapa tidak, dalam waktu yang relative singkat, langsung ada salah satu anggota FAMe itu yang mengidentifikasi kesalahan ejaan, kesalahan ketik dan kesalahan tanda baca, termasuk penggunakan huruf capital dalam tulisan itu. Berikut adalah temuan dari salah satu anggota yang sedang buru-buru mau kuliah. Ada 28 kesalahan yang ia temukan sebagai berikut:

1.Melwati : *Melewati*

2.Canti: *Cantik*

3.Pesina: *Pesona*

4. anda: *Anda*

5.Menemani ku : *Menemaniku*

6. kota Banda Aceh : *Kota Banda Aceh*

7. Social edukasi: *Sosial edukasi*

8.TIENG GADENG : *Trienggadeng*

9.SD negeri : *SD Negeri*

10.Kampong : Kampung atau _*gampong*_

11. Beramah tamah : *Beramah-tamah*

12. Masyk : *masuk*

13. Ku miliki : *kumiliki*

14.dongeng an : *dongengan*

15.memiliku : *memiliki*

16.indicator: *indikator*

17. kecamatan Lamno : *Kecamatan Jaya*

18.icebreaker: _*icebreaker*_

19.maju ke depan : maju (sudah pasti ke depan)

20. Praktekkan : *praktikkan*

22. Aceh jaya : *Aceh Jaya*

23. " Mencari si Mata Biru" : *"Mencari si Mata Biru* (Tanda kutip pembukanya tak ada spasi)

24. Si Mata Biru : *si Mata Biru* (kata sandang si dan sang harus ditulis kecil, kecuali untuk Tuhan, misalnya Sang Khalik).

25. harian Kompas : *Harian Kompas*

26. salat subuh : *salat Subuh*

27. 80 kilo meter : *80 kilometer*

28. pukul 07.45 : *pukul 07.45 WIB*

Hasil identifikasi tersebut bukan hanya seperti yang diutarakan di atas, ternyata ada anggota forum menulis yang lebih gesit menemukan kesalahan itu, hingga ia, Cut Intan Arifa (CIA)  Ketua Kohati Badko Aceh. Ia berhak mendapat hadiah majalah POTRET dan majalah Anak Cerdas, namun tadi siang aku tidak sempat mengantarkan hadiahnya.

Banyaknya tanggapan yang aku terima terhadap tulisan reportase yang berjudul " Merayu si Mata Biru, asal Aceh untuk bercinta dengan Kata" itu menjadi sebuah indicator bahwa tulisan itu memang menarik untuk dibaca dan diulas atau dicermati. Aku sendiri tidak menyangkal kalau dalam tulisan tersebut kemungkinan memang banyak kesalahan dalam hal pengetikan, ejaan dan mungkin juga mengenai tanda baca yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Bagiku, merasa tidak perlu memberikan alasan. Yang penting aku karena tulisan itu, bisa mendapat perhatian dari banyak orang, juga mendapat masukan dari banyak pembaca. Aku merasa tidak perlu memberikan alasan bahwa tulian itu memang tidak mendapat sentuhan editing .

Aku sangat berbesar hati menerima hasil identifikasi mereka. Aku pun menjadikan semua itu sebagai pelajaran penting. Karena pentingnya pelajaran yang aku peroleh hari ini, maka aku merasa sangat perlu berbagi hal ini kepada para pembaca.  Pesan moral yang pertama aku terima adalah sebagai seorang penulis dna pegiat literasi, jangan pernah mengabaikan kesalahan yang mungkin ada di dalam setiap tulisan yang dipublikasikan di media. Artinya, sunting atau editlah tulisan itu, agar tidak ada kesalahan dalam penggunaan ejaan, tanda baca dan huruf capital dan sebagainya.

Pesan kedua, kendatipun di Kompasiana.com, selama ini soal hal ini tidak menjadi perhatian, namun sebagai seorang penulis dan pegiat literasi, hal ini tidak boleh diabaikan, karena bila diabaikan akan mengurangi kredibilitas seorang penulis atau pegiat literasi. Pesan ketiga, itu memang kesalahan umum, namun sekali lagi kendatipun di Kompasiana.com, hal itu tidak menjadi masalah, tetapi bagi seorang penulis dan pegiat literasi sejati, harus konsisten untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apalagi, saat ini kita sedang berada di bulan Oktober, yang dalam konteks Sumpah Pemuda, ini adalah bulan Bahasa. Oleh sebab itu, sebagai warga bangsa yang mencintai Bahasa Indonesia, selayaknya kita menjaga dan merawat Bahasa Indonesia dengan menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Terima kasih banyak Bung Yarmen Dinamika, terima kasih banyak anggota FAMe yang sudah membedah tulisanku di Kompasiana.com hari ini. Selamat merayakan bulan Bahasa Indonesia. Semoga menjadi Bahasa pemersatu dan perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun