28. pukul 07.45 : *pukul 07.45 WIB*
Hasil identifikasi tersebut bukan hanya seperti yang diutarakan di atas, ternyata ada anggota forum menulis yang lebih gesit menemukan kesalahan itu, hingga ia, Cut Intan Arifa (CIA) Â Ketua Kohati Badko Aceh. Ia berhak mendapat hadiah majalah POTRET dan majalah Anak Cerdas, namun tadi siang aku tidak sempat mengantarkan hadiahnya.
Banyaknya tanggapan yang aku terima terhadap tulisan reportase yang berjudul " Merayu si Mata Biru, asal Aceh untuk bercinta dengan Kata" itu menjadi sebuah indicator bahwa tulisan itu memang menarik untuk dibaca dan diulas atau dicermati. Aku sendiri tidak menyangkal kalau dalam tulisan tersebut kemungkinan memang banyak kesalahan dalam hal pengetikan, ejaan dan mungkin juga mengenai tanda baca yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Bagiku, merasa tidak perlu memberikan alasan. Yang penting aku karena tulisan itu, bisa mendapat perhatian dari banyak orang, juga mendapat masukan dari banyak pembaca. Aku merasa tidak perlu memberikan alasan bahwa tulian itu memang tidak mendapat sentuhan editing .
Aku sangat berbesar hati menerima hasil identifikasi mereka. Aku pun menjadikan semua itu sebagai pelajaran penting. Karena pentingnya pelajaran yang aku peroleh hari ini, maka aku merasa sangat perlu berbagi hal ini kepada para pembaca. Â Pesan moral yang pertama aku terima adalah sebagai seorang penulis dna pegiat literasi, jangan pernah mengabaikan kesalahan yang mungkin ada di dalam setiap tulisan yang dipublikasikan di media. Artinya, sunting atau editlah tulisan itu, agar tidak ada kesalahan dalam penggunaan ejaan, tanda baca dan huruf capital dan sebagainya.
Pesan kedua, kendatipun di Kompasiana.com, selama ini soal hal ini tidak menjadi perhatian, namun sebagai seorang penulis dan pegiat literasi, hal ini tidak boleh diabaikan, karena bila diabaikan akan mengurangi kredibilitas seorang penulis atau pegiat literasi. Pesan ketiga, itu memang kesalahan umum, namun sekali lagi kendatipun di Kompasiana.com, hal itu tidak menjadi masalah, tetapi bagi seorang penulis dan pegiat literasi sejati, harus konsisten untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apalagi, saat ini kita sedang berada di bulan Oktober, yang dalam konteks Sumpah Pemuda, ini adalah bulan Bahasa. Oleh sebab itu, sebagai warga bangsa yang mencintai Bahasa Indonesia, selayaknya kita menjaga dan merawat Bahasa Indonesia dengan menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Terima kasih banyak Bung Yarmen Dinamika, terima kasih banyak anggota FAMe yang sudah membedah tulisanku di Kompasiana.com hari ini. Selamat merayakan bulan Bahasa Indonesia. Semoga menjadi Bahasa pemersatu dan perdamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H