Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perjalanan Menebar Cinta ke Pidie Jaya

27 September 2017   22:07 Diperbarui: 28 September 2017   08:19 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat dengan Pidie Jaya? Bisa jadi Anda tidak ingat atau bahkan tidak mengetahui nama kabupaten yang berada di wilayah pemerintahan Aceh ini. Namun, bagi yang pernah datang atau pernah tahu, Pidie jaya adalah kabupaten yang pada tanggal 7 Desember 2016 luluh lantah  dilanda bencana gempa dahsyat yang menyebabkan 103 orang meninggal dan ratusan orang mengalami luka berat dan ringan serta ribuan mengungsi. 

Jadi Pidie jaya adalah daerah yang tak terlupakan bagi orang-orang yang pernah datang menyaksikan dan meringankan penderitaan masyarakat korban gempa saat itu.

Tulisan ini, bukan ingin mebuka luka dan derita masyarakat Pidie jaya yang diluluhlantak oleh gempa bumi, tetapi merupakan sebuah kisah perjalananku bersama dua orang teman yang mengesankan ke daerah ini pada tanggal 26 September 2016 kemarin. Perjalanan kedua dari misi pertama yang juga berlangsung pada tanggal yang sama, namun di bulan yang berbeda. Ya, pada tanggal 26 Agustus 2017 yang lalu, kami datang ke SD Negeri Kuta Bate, Pidie jaya untuk menebar cinta kepada anak-anak SD. Ya, cinta untuk berkarya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Maka, pada hari Selasa 26 September 2017  perjalanan  kedua itu ke daerah ini menambah panjang catatan perjalan kami membangun gerakan literasi di Aceh. Tidak seperti biasanya,  pagi itu tepat pukul 04.30  aku harus bangun dan langsung mandi. Mata masih terlalu berat, karena malamnya aku tidur terlambat, karena menyelesaikan tulisanku yang ingin aku posting di Kompasiana.

Alhamdulilah, sebelum pukul 0.0 tulisanku yang berjudul "Sebut saja Mengemudi Sambil Pangku Anak itu Kolot" berhasil aku posting dan aku pun baru bisa tidur. Bila tidak, pikiranku pasti masih bergelayut dengan ide cerita yang harus aku ekspresikan dalam tulisan. Selain rasa kantuk yang masih menggantung, hal yang paling malas aku lakukan adalah mandi di waktu yang terlalu pagi itu. Apalagi pukul 04.30 itu saat-saat enak menarik selimut. 

Ya, untuk wilayah Aceh pukul 04.30 itu masih sangat pagi dan belum subuh. Namun, karena panggilan jiwa untuk menebar virus literasi buat anak negeri, Alhamdulilah rasa kantuk dan malas mandi terlalu pagi itu aku bisa dilakahkan oleh semangat untuk bisa bertemu para pelajar SMP di Kabupaten Pidie Jaya pagi itu.

Usai mandi dan mengenakan pakaian, aku menghidupkan mobil Ford Everest yang ku parkirkan di depan POTRET Gallery untuk memanaskan mesinnya agar perjalanan bisa berjalan aman. Namun tak lama kemudian, azan subuh pun berkumandang Aku pun melaksanakan salat subuh dahulu. Iqbal, yang ikut menemani aku, pun datang dan melaksanakan salat subuh yang hanya 2 rakaat itu. Setelah salat subuh selesai, pikiran lega dan siap untuk tancap gas dan memulai perjalanan itu.

Aku dan Iqbal Perdana, staff di majalah POTRET naik ke mobil dan mulai berangkat serta menjemput seorang teman, Baihaqi yang menginap sekitar 100 meter dari kantor majalah POTRET. Aku sendiri yang  menyopiri mobil yang  menempuh perjalanan sekitar 3 jam yang melewati daerah berbukit di gunung Seulawah. Jarak tempuh ke kota Meureudu, ibu kota Pidie jaya itu sekitar 150 kilometer dari kota Banda Aceh. Tentu saja dengan kecepatan rata-rata antara 80-120 kilometer per jam. Alhamdulilah, pada pukul 08.20 kami sudah tiba di kota Mereudu.

Kami pun mencari warung tepat di depan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya untuk mengisi perut yang mulai terasa bernyanyi, karena lapar. Di depan kantor Dinas Pendidikan itu kami melihat pak Syaiful, M.Pd, kepala Dinas Pendidikan Pijay melintas jalan menuju ke suatu tempat. Sementara kami, terus menikmati sajian sarapan pagi dengan lauk gulai bebek dengan nasi gurih.

Selesai sarapan, kami masuk ke kantor Dinas pendidikan yang mengundang kami untuk membing anak-anak SMP dari 25 sekolah di daerah itu. Tanpa menunggu lama, kami pamit untuk segera menuju ke SMP Negeri 1 Meureudu yang tak jauh dari kantor Dina situ. Kami disambut oleh kepala sekolah itu dan mempersilakan masuk ke ruang lab IPA yang disediakan sebagai tempat untuk menggelar acara. Tidak lama kemudian, pak Syaiful, M.Pd datang untuk membuka acara pagi itu tepat pukul 09.00 WIB. 

Dalam pembukaan acara tersebut, Pak Syaiful sebagai kepala Dinas pendidikan meminta aku agar memotivasi anak-anak SMP di daerah ini untuk giat berkarya, salah satunya adalah lewat kegiatan menulis. 

Sementara kepada anak-anak dan guru pembimbing beliau meminta agar bisa belajar dari apa yang akan aku sampaikan kepada mereka. Bahkan beliau mengatakan bahwa untuk menampung karya yang dihasilkan dari pelatihan dan lanjutan dari pelatihan, Dinas Pendidikan bersedia menyediakan media untuk menampung karya anak-anak. Hmm, sungguh luar biasa.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Menebar Cinta

Bagi aku dan tim, ini adalah perjalanan menebar cinta. Sebenarnya, yang namanya cinta itu tidak perlu ditebarkan, karena biasanya cinta adalah perasan yang tumbuh pada hati setiap orang yang akan tumbuh dan menebar sendiri. Apalagi cinta terhadap seseorang. Tapi perjalanan menebar cinta di pagi Selasa, 26 September 2017 itu berbeda dengan cinta biasa. Ini malah menajdi cinta istimewa dan harus ditebarkan. Cinta menulis, tidak akan bisa tumbuh dengan sendirinya, cinta ini terkadang harus dipaksa atau dibangun kesadaran anak untuk mencintai. 

Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan rasa cinta, para pelajar SMP yang berasal dari 25 SMP Negeri se kabupaten Pidie Jaya itu, aku harus menyampaikan alasan mengapa harus jatuh cinta pada menulis. Mengapa mereka perlu mencintai dan menjadikan hubungan istimewa dengan kegiatan menulis. Maka, kala mengawali sesi itu, pertanyaan pertama adalah mengapa aku jatuh cinta pada menulis. Tentu, bagi kita yang sudah lama, sering menulis di media atau menulis buku dan sebagainya, sudah merasakan banyak hikmah dan nikmat dari kegiatan menulis tersebut.

Sementara bagi yang belum pernah, mereka belum merasakan nikmat dan hikmah itu. Jadi bukanlah sebuah kesalahan bila hari Selasa itu, aku menebarkan cinta kepada mereka. Nah, Menjawab pertanyaan mengapa akau jatuh cinta pada menulis, berikuat adalah beberapa alasan saja yang menjadi pesona untuk menulis. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

Menulis itu membuatku senang, gembira dan bahagia

Setiap orang tentu ingin senang, ingin gembira dan bahkan ingin bahagia. Berbagai macam cara orang untuk menyenangkan diri, menggembirakan diri dan juga untuk membahagiakan diri. Bahkan untuk mencapai puncak kesenangan, punvak kegembiraan dan puncak kebahagiaan, banyak orang menghabiskan dan mengeluarkan uang yang sangat besar jumlahnya. Padahal, untuk membuat hati senang, gembira dan bahagia itu sangat sederhana dan murah.

 Caranya, ya menulislah. Lalu, apa yang ditulis yang membuat senang dan gembira atau bahagia? Jawabannya, semua bisa ditulis. Semua bisa menulis. Tentu saja kita menambakan rasa senang ketika merasa sakit hati atau rasa nayaman kita terganggu oleh hal-hal yang tidak kita ingin. Oleh sebab itu, semua hal yang selama ini mengganggu pikiran kita, sangat bagus ditulis dan bila mungkin dipublikasikan di media. Sebab, setelah semua itu kita tumpahkan dalam tulisan, maka hati pu  terasa puas. Ketika hati puas, pasti kita merasa senang, gembira dan bahagia.

Menulis itu membuat aku bisa berbangga

Rasa bangga juga perasaan yang dimiliki oleh setiap orang. Begitu pula dengan kita dan juga anda sekalian. Sangat manusiawi setiap orang bisa merasakan bangga atas prestasi atau hasil kerja atau karya yang dibuat. Menulis bisa membuat kita merasa bangga. Bagi seorang penulis yang merasa senang tulisannya dimuat di media, atau tulisannya menang lomba, apalagi mendapatkan hadiah, pasti akan sangat mebuat ia bangga. Kebanggaan itu bukan saja dirasakan sendiri, tetapi juga ikut dirasakan oleh orangtua, guru bahkan teman-teman. Jadi kalau ingin bisa menikmati rasa bangga yang bergengsi, menulislah.

Menulis itu membuat aku jadi orang yang suka membaca

Tanpa dinyana, kegiatan menulis itu adalah kegiatan yang sinergis. Maksudnya, bagi orang-orang yang sudah suka, sudah cinta menulis yang mebiasakan aktivitas menulis sebagai sebuah kebiasaan atau membudaya, bisanya aktivitas menulis itu menyatu dengan aktivitas membaca. Seorang penulis, pasti akan selalu membutuhkan bacaan. 

Seorang penulis perlu membaca banyak, karena dengan ia banyak membaca, ia akan banyak mendapatkan inspirasi dari apa yang ia baca. seorang penulis yang hebat juga akan membutuhkan bacaan rujukan atau referensi, maka sekali lagi ketika seseorang sudah cinta pada aktivitas menulis, ia akan juga cinta dan suka membaca. Kegiatan membaca itu akan membuat kualitas tulisannya semakin bagus dan enak dibaca oleh banyak orang.

Menulis itu membuat aku dikenal banyak orang dan banyak teman

Tak dapat dipungkiri, bahwa ketika kita memilih menjadi penulis, ketika kita  banyak menulis dan tulisan kita dipublikasikan di media atau diajadikan buku yang dibacakan oleh banyak orang, maka  ketika tulisan --tulisan itu dipublikasikan, maka banyak orang yang akan membacanya. Dengan demikian, seorang penulis terus dikenal oleh banyak orang dan tulisannya itu akan terus membuat ia semakin terkenal dan dikenan orang. 

Apalagi kalau kualitas tulisannya terus meningkat dan disukai banyak orang yang pada akhirnya semakin banyak orang yang terus menunggu tulisan-tulisan baru dari penulis itu. Jadi ketika, banyak orang mengenal kita, pada saat itu pula kita sudah memiliki banyak teman. Oleh sebab itu, kalau ingin bisa dikenal oleh banyak orang, menulislah.

Menulis itu membuat aku selalu peka dan peduli pada masalah yang ada di sekitar

Seorang penulis itu membutuhkan rasa peduli, peka terhadap persoalan yang sedang terjadi di sekelilingnya, bahkan peka terhadap persoalan social, politik, budaya dan sebagainya yang terjadi di negerinya dan bahkan global. Kepekaan dan kepudulian itu adalah sumber ide atau gagasan yang akan menjadi bahan tulisannya. 

Kepekaan itu adalah sumber inspirasi bagi setiap penulis yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.Oleh sebab itu, salah satu manfaat dari kegiatan menulis itu, kita terus memupuk rasa peduli, kepekaaan dan bahkan empati terhadap suatu keadaan atau situasi yang ada di sekitar kita dan di lingkungan yang lebih besar. Jadi, kalau ingin memiliki rasa kepekaan dan kepedulian yang tinggi serta ingin mendapatkan sumber bahan dan inspirasi menulis, maka sekali lagi menulis, menulis dan menulislah.

Menulis itu membuat perjalananku menjadi lebih panjang  mendatangkan uang

Selain keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat menulis yang sudah disebutkan di atas, teranyata menulis itu adalah sumber rezeki dan sumber pendapatan. Bagi seorang penulis yang handal, tidak ada kata menganggur kalau mau menulis. Karena kegiatan menulis adalah sumber rezeki, sumber pendapatan yang bisa diperoleh dengan tanpa harus menggunakan kekuatan otot seperti para pekerja kasar atau seperti pekerja kantoran yang hanya menunggu upah dan gaji dari hasil ketja yang dilakukan setiap hari sepanjang waktu. Ternyata, aktivitas menulis itu bisa mendatangkan uang yang bisa lebih besar dari upah atau gaji yang diterima. 

Bukan hanya itu, hasil dan proses menulis dan dampaknya juga bisa menambah perjalanan lebih jauh dan panjang. Biasanya penulis-penulis hebat seperti Andrea Hirata, Eka Budianta, Asma Nadia, Arwendo Atmowiloto dan rbuan penulis lainnya, sakan sering diudang oleh banyak pihak untuk diminta sebagai trainer atau nara sumber yang hasilnya bukan hanya menambah isi dompet, tetapi juga menambah panjang daftar perjalanan anda. Nah, kalau ingin banyak berjalan dan dapat uang, menulis adalah salah satu jalan yang mudah untuk dilakukan. Maka, jangan malas menulis.

Tentu masih banyak lagi manfaat menulis yang bisa kita dapatkan bila kita mau menulis. Anda pun bisa menambahnya di bawah tulisan ini. Nah, karena menulis  itu banyak manfaatnya. Jadi wajarlah bila  aku jatuh cinta. Anda pun juga harus jatuh cinta pada menulis. Ayo, jangan tunggu lagi. Jangan tunggu ide yang sudah anda miliki hilang. Kini saatnya kita menulis dan setelah itu anda pun wajib menebar cinta menulis kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun