Era kemajuan teknologi informasi. Semuanya sudah serba modern. Salah satu contoh adalah semua ketrampilan tersebut terampas oleh kemajuan dan perkembangan alat-alat komunikasi seperti handphone yang bisa diguanakan kapan saja dan dimana saja untuk menyampaikan pesan. Semakin hebat lagi, ketika internet menjadi alat komunikasi tercepat dan termurah, orang-orang tidak perlu lagi secara mendayu-dayu menulis di selembar kertas yang menjadi sepucuk surat itu.
Internent membuat pengiriman pesan, bukan hanya tulisan, tetapi juga lisan yang langsung bisa mencapai sasaran. Orang-orang tidak lagi menyampaikan kata-kata romantis lewat surat cinta, Â tetapi kini bisa langsung dengan bicara bahkan face to face di depan laptop atau alat komunikasi lainnya. Mereka bisa bermesra-mesraan. Jadi, surat cinta itu sudah hilang.
Hilangnya surat cinta, surat pembaca dan surat kepad orang tua saat ini, memang sudah menjadi pilihan zaman. Memang akan selalu ad yang tergilas oleh setiap kali zaman berubah. Seperti kata pepatah, sekali banjir datang, sekali tebing berubah. Semua ada hikmahnya. semua ada hal positif dan negatifnya. Begitu pulalah denganhilangnya keniasaan orang menulis surat, seperti surat kepada orangtua, guru dan wali kelas serta kepada pacar. Â Hilangnya kebiasaan menulis surat tersebut, berarti hilangnya sebuah ketrampilan menulis surat.
Ya sudahlah. Itulah realitas kita saat ini. Sebuah kearifan lokal (local wisdom) akan hilang, ketika zaman berubah. Karena ketika zaman berubah, kita memang harus beribah. Mau bilang apa lagi. ya sudahlah. Kita nikmati saja nikmat perubahan tersebut. Apalagi kita memang tiak pernah mau kembali ke masa lalu, kecuali terus mengejar masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H