Â
Ku tuliskan bait- bait puisi ini, karena tidak ada lagi kata yang bisa membuka hati
Para penguasa negeri semakin tak mampu mengerti nasib kami seperti ini
asap terus mengepul di negeri kami
penguasa hanya sibuk sendiri mengurus kepentingan sendiri
Dimana hati nurani para penguasa negeri?
Â
Ku tuliskan untaian kata ini kepada para penguasa negeri yang kian hilang hati nurani
Bisa jadi sebagai seuntai kata dalam surat cinta yang telah kehilangan arti
tenggelam kelam dalam gumpalan asap yang tak pernah berhenti
hanya kami yang bisa menghirup setiap gumpalan asap yang lewat hidung kami