Saya merasa geli sendiri, bagaimana seorang penyewa pelampung tidak menghitung berapa banyak pelampungya. Tapi ya sudahlah, itu tidak terlalu penting bagi saya. Saya masih ingin terus bertanya pada perempuan itu.
Nah, karena saya melihat dia melakukan aktivitas itu sendirian, tidak ditemani anak dan suami, saya langsung bertanya, mengapa ibu melakukan aktivitas ini sendirian? Suami ibu mengapa tidak ikutan bersama ibu?
“ Saya sudah pisah dengan suami. Saya mengajukan cerai dan menuntut ia di pengadilan. Sekarang suami saya di penjara”. O ya? Tanya saya lagi.
Ya, katanya. Saya pun melanjutkan pertanyaan, “ Mengapa ibu menuntut ke pengadilan?” dan memenjarakan suami ibu? Ia menjelaskan lebih banyak lagi. Katanya begini. Suaminya itu sangat suka melakukan tindak kekerasan. Dia bukan saja berbicara kotor, kasar dan memaki-maki, tetapi juga angat ringan tangan. Kalau maarah, dia menghempaskan barang-barang yang ada. Juga suka main tonjok saja, hingga muka saya lebam dan menegalami luka. Ia pelaku KDRT. Akhirnya saya ditemani kakak, melaporkan kasus kekerasan ini ke pihak berwajib, lalu diproses dan akhirnya, mengantarkan dia ke penjara. Begitu tutur perempuan paruh baya tersebut.
Ternyata, KDRT yang ia alami bukan baru saja terjadi di dalam hidupnya, akan tetapi mulai dialami sejak lahirnya anak yang pertama hingga ia memiliki 4 orang anak. Oleh sebab itu, kini, walau harus menanggung beban hidup dua orang anaknya yang kini masih duduk di bangku SMA dan yang satu lagi masih duduk di sekolah SD itu, walaupun berat, ia tetap teguh dan tegar membesarkan anaknya dan tetap bersekolah. Penghasilannya yang kecil, memang tidak bisa membuat kedua anaknya mungkin bisa merasakan hidup yang lebih sejahrera. Namun, ia merasa punya tanggung jawab yang besar akan hal itu. Ia meras lebih enak tanpa ada lagi tindak kekerasan yang meghadang dirinya. Namun, Ia masih merasa takut, kalau nanti suaminya keluar dari penjara, akan melakukan balas dendam atau melakukan tindak kekerasan lagi terhadap dirinya.
Kini, ia masih terus melanjutkan aktivitasnya meyewakan pelampung, walau hasilnya sekrang semakin sedikit. Katanya, jumlah pengunjung sudah tidak seperti dahulu yang bisa menghasilkan lebih dari Rp 500.000 sehari. Kalau dua hari saja kita mendapatkan dari jumlah itu, maka satu juta rupiah itu bisa membuat nasib anak-anak lebih baik. Tentu saja begitu, apalagi kegiatan menyewakan pelampung itu dilakukan dari pagi hari hingga sore hari. Untunglah ia tidak harus menyewa lapak tempat ia menyewakan pelampung. Kalau harus menyewakan lagi, akan sangat memberatkan baginya. Semoga Ibu Kh bisa terus mendapatkan rezeki lebih banyak, agar bisa menyekolahkan anak hingga sukses.
Oleh Tabrani Yunis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI