Mohon tunggu...
Tabitha Gerbra Lois Daniar
Tabitha Gerbra Lois Daniar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Man Jadda Wajada

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bukan Buku Seorang Filsuf

21 November 2021   23:02 Diperbarui: 21 November 2021   23:14 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hidup bebas dari emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan lain-lain), mendapatkan hidup yang tenteram. Ketenteraman ini hanya bisa diperoleh dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.” (hal 27)

Berkat gaya penulisan yang memudahkan pembaca, buku ini sangat membantu dalam menjawab beberapa pertanyaan seputar konflik dalam diri. 

Dengan menggunakan contoh kehidupan sehari-hari seperti masalah terjebak macet, marah-marah di media sosial, dan masalah yang dihadapi seseorang ketika menjadi orang tua, cara menjalani hidup yang lebih baik, menuntun diri dalam mengatur sudut pandang terhadap orang lain. Karena mengubah opini diri sendiri jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengubah persepsi orang lain.

Buku Filosofi Teras ini sangat layak untuk direkomendasikan terutama bagi generasi masa kini. Kalimat yang paling membekas ada pada bagian akhir buku ini, yaitu pembahasan mengenai stoisisme memandang kematian, dengan konsep dikotomi kendali bahwa kedatangan dan kepergian kita didunia ini sebagai hal yang diluar kendali kita. 

“Saya harus mati, jika sekarang saatnya, biarlah saya mati sekarang. Jika masih nanti, maka saya harus makan siang dulu sekarang, karena jam makan siang sudah tiba. Soal mati, nantilah saya urus” Epictetus.

Jika hanya di dengar dan di baca, kalimat filosofi pada buku ini memang tidak ada yang spesial. Tetapi setelah diresapi dan dipikirkan banyak sekali makna yang dapat kita ambil. 

Namun, buku ini juga tidak terlepas dari beberapa kekurangan. Misalnya dibagian judul, adanya kata Filsafat yang membuat buku ini terkesan susah dipahami dan membosankan, font yang menggunakan rata kiri sedikit terkesan tidak rapi, jarak spasi juga terlihat sangat rapat yang membuat mata saya lebih cepat lelah. Namun setelah dibaca, buku ini sangat mengagumkan dan mengajarkan banyak hal baru. 

Gaya bahasa yang tidak kaku memudahkan pembaca untuk memahami dan membuat pesan dari buku ini tersampaikan, ditambah dengan ilustrasi yang menarik membuat buku ini tidak seperti buku filsafat pada umumnya.

Meskipun memiliki kekurangan, tidak mengurangi esensi dari isi buku ini. Sang illustrator buku ini pun patut diberikan apresiasi, Levina Lesmana yang mendesain dan menggambar buku Filosofi Teras sehingga lebih menarik. 

Selain itu buku ini menggunakan hasil penelitian yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, penulis mewawancarai berbagai orang yang kompeten seperti, Psikiater, Psikolog Anak dan Pendidikan. 

Buku ini juga dilengkapi dengan ringkasan atau rangkuman di setiap akhir babnya, yang tidak semua buku memilikinya. Ringkasan ini sangat membantu pembaca untuk mengingat kembali poin-poin yang disampaikan di setiap bab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun