BUKAN BUKU SEORANG FILSUF
Judul asli : Filosofi Teras
Filsafat Yunani-Romawi Kuno
Untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis : Henry Manampiring
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun terbit : 2019
Kota terbit : Jakarta
Jumlah halaman : 320 halaman
Harga : Rp. 98.000,00
Filsafat di pikiran masyarakat itu sesuatu yang rumit, sesuatu yang membutuhkan konsentrasi lebih untuk membaca dan memahaminya. Namun, buku ini melunturkan persepsi saya.
Nyatanya ajaran yang ada di dalam buku Filosofi Teras ini sangat cocok untuk berbagai kalangan, mudah dipelajari dan diterapkan oleh orang awam.
Cukup empat hari waktu yang saya butuhkan untuk menyelesaikan dan meresapi ajaran Filosofi Teras. Saya merasa pikiran lebih terbuka, hati merasa damai seperti menemukan jawaban atas persoalan yang sedang saya hadapi.
Henry Manampiring pada tahun 2017 di diagnosis oleh seorang psikiater menderita Major Depressive Disoder. Untuk berjuang dari penderitaannya, ia menjalani terapi obat-obatan. Selama masa pengobatan itu berlangsung, ia menemukan buku How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci.
Sesudah membaca buku Pigliucci tersebut, pikirannya terbuka dan menemukan cara ampuh “terapi tanpa obat”. Ia mempraktikkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofi Teras lahir di sebuah teras yang berpilar dihiasi lukisan, seperti alun-alun di Athena sehingga nama ajaran yang dipelopori oleh Zeno ini disebut Filosofi Stoa atau Filosofi Teras.
“Some things are up to us, some things are not up to us”. -Epictetus
Ada hal-hal di bawah kendali (tergantung pada) kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali(tidak tergantung pada) kita.
Prinsip utamanya adalah manusia tidak sepantasnya melawan hukum alam. Harus hidup selaras untuk bersikap lapang dada dan fokus pada apa yang dapat dikendalikan, karena manusia tidak dapat mengendalikan segala hal.
Di buku Filosofi Teras ini kita diajarkan untuk mencari kedamaian dalam hidup melalui diri sendiri bukan dari ekspektasi diluar kendali kita.
Pesan dari buku ini adalah, mengenai cara mengatur emosi pada diri sendiri, melatih diri untuk mempersiapkan jika hal-hal buruk terjadi, untuk tidak mendiskriminasi orang lain, hidup selaras dengan alam, dapat membedakan fakta dan opini.
“Hidup bebas dari emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan lain-lain), mendapatkan hidup yang tenteram. Ketenteraman ini hanya bisa diperoleh dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.” (hal 27)
Berkat gaya penulisan yang memudahkan pembaca, buku ini sangat membantu dalam menjawab beberapa pertanyaan seputar konflik dalam diri.
Dengan menggunakan contoh kehidupan sehari-hari seperti masalah terjebak macet, marah-marah di media sosial, dan masalah yang dihadapi seseorang ketika menjadi orang tua, cara menjalani hidup yang lebih baik, menuntun diri dalam mengatur sudut pandang terhadap orang lain. Karena mengubah opini diri sendiri jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengubah persepsi orang lain.
Buku Filosofi Teras ini sangat layak untuk direkomendasikan terutama bagi generasi masa kini. Kalimat yang paling membekas ada pada bagian akhir buku ini, yaitu pembahasan mengenai stoisisme memandang kematian, dengan konsep dikotomi kendali bahwa kedatangan dan kepergian kita didunia ini sebagai hal yang diluar kendali kita.
“Saya harus mati, jika sekarang saatnya, biarlah saya mati sekarang. Jika masih nanti, maka saya harus makan siang dulu sekarang, karena jam makan siang sudah tiba. Soal mati, nantilah saya urus” Epictetus.
Jika hanya di dengar dan di baca, kalimat filosofi pada buku ini memang tidak ada yang spesial. Tetapi setelah diresapi dan dipikirkan banyak sekali makna yang dapat kita ambil.
Namun, buku ini juga tidak terlepas dari beberapa kekurangan. Misalnya dibagian judul, adanya kata Filsafat yang membuat buku ini terkesan susah dipahami dan membosankan, font yang menggunakan rata kiri sedikit terkesan tidak rapi, jarak spasi juga terlihat sangat rapat yang membuat mata saya lebih cepat lelah. Namun setelah dibaca, buku ini sangat mengagumkan dan mengajarkan banyak hal baru.
Gaya bahasa yang tidak kaku memudahkan pembaca untuk memahami dan membuat pesan dari buku ini tersampaikan, ditambah dengan ilustrasi yang menarik membuat buku ini tidak seperti buku filsafat pada umumnya.
Meskipun memiliki kekurangan, tidak mengurangi esensi dari isi buku ini. Sang illustrator buku ini pun patut diberikan apresiasi, Levina Lesmana yang mendesain dan menggambar buku Filosofi Teras sehingga lebih menarik.
Selain itu buku ini menggunakan hasil penelitian yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, penulis mewawancarai berbagai orang yang kompeten seperti, Psikiater, Psikolog Anak dan Pendidikan.
Buku ini juga dilengkapi dengan ringkasan atau rangkuman di setiap akhir babnya, yang tidak semua buku memilikinya. Ringkasan ini sangat membantu pembaca untuk mengingat kembali poin-poin yang disampaikan di setiap bab.
Buku Filosofi Teras ini sangat saya rekomendasikan terutama kepada mahasiswa seperti saya, karena dapat membantu untuk menjadi pribadi bermental tangguh, menghilangkan sifat negatif seperti pemarah, baperan, susah move on, dan lainnya.
Buku ini layak untuk dibaca bagi yang ingin belajar mengenai cara hidup selaras dan mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Filosofi Teras bukanlah sebuah buku filsafat yang kaku dan bahasa yang digunakanpun sangat ringan, bahkan orang awam tentang filsafat dapat membaca buku ini dengan mudah.
Diharapkan setelah membaca buku ini, kita dapat lebih bijak dalam bersosial media, cuek dan bodo amat terhadap hal yang diluar kendali kita, maka strespun akan terhempas. Selamat Membaca!
BIODATA PERESENSI
Nama : Tabitha Gerbra Lois Daniar
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 26 April 2003
Alamat : Jl. Tiuh Toho III Blok C 1 No. 2
Kecamatan Menggala
Kabupaten Tulang Bawang
Propinsi Lampung
Studi : Universitas Muhammadiyah Malang
Program Studi Farmasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI