Kebersamaan dan kerukunan kami tidak berhenti saat lebaran saja. Tapi juga pada masa-masa sulit keluarga kami. Saat ayah sakit dan harus berobat ke luar negeri, adik saya dan suaminyalah yang menemani karena pertimbangan keleluasaan waktu kerja.
Apakah ayah keberatan karena adik dan suaminya non muslim?Â
Apakah ayah memaksa mereka memeluk agama yang sama agar semuanya lebih mudah? Jawabannya : tidak. Beliau tidak memaksa semua anaknya harus satu keyakinan. Beliau menghargai pilihan semua anaknya itu.
Saya punya keluarga besar yang berbeda-beda, tidak hanya soal keyakinan yang berbeda namun juga warna kulit dan bahasa yang berbeda. Keluarga saya mungkin mirip Indonesia pada tataran yang lebih kompleks.Â
Indonesia juga punya bermacam perbedaan yang tidak saja budaya namun juga bahasa, warna kulit dan keyakinan.Â
Pendiri bangsa kita punya visi yang jauh di depan ; tidak pernah menyempitkan persaudaraan hanya berdasarkan identitas primordial. Sama halnya dengan ayah saya yang menghargai pilihan anak-anaknya, yang membuat kami beragam tapi tidak meretakkan hubungan persaudaraan kami.
Sejatinya itulah makna keluarga sebenarnya; sebagaimana makna kebangsaan kita, Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H