Banyak petani yang belum mengenal inovasi mengenai pemanfaatan jerami atau residu pertanian, sehingga sisa hasil panen dianggap sebagai limbah pertanian dan tidak memiliki nilai ekonomis. Teknik pembakaran dinilai lebih efektif karena cepat, murah, dan praktis dibandingkan dengan membuka lahan tanpa membakarnya.
Menurut Ahmed dkk. (2015), praktik pembakaran lahan pertanian jauh lebih murah jika dibandingkan dengan praktik lainnya. Dengan teknik ini, petani memakan biaya 34% lebih murah dibandingkan harus mengelola dan membuang residu hasil panen.
Akan tetapi, tradisi ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan masyarakat ataupun bagi lingkungan. Sehingga, praktik pembakaran lahan pertanian ini perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah maupun masyarakat luas.
Dampak Pembakaran Lahan Pertanian
Polusi udara menjadi dampak yang langsung dirasakan masyarakat dari adanya pembakaran lahan pertanian. Pencemaran udara dapat mengganggu kesehatan masyarakat, seperti batuk, infeksi saluran pernapasan, sakit mata, hingga berakibat pada menurunnya kualitas air. Sementara itu, kabut asap yang menutupi atmosfer dapat mengganggu jarak pandang pengguna jalan dan berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Dari segi lingkungan, pembakaran yang dilakukan dalam jangka panjang dapat memperparah pemanasan global dan perubahan iklim. Kandungan senyawa organik yang tersimpan pada tanaman akan lepas ke atmosfer menjadi emisi gas rumah kaca. Emisi karbon ini yang menyebabkan suhu bumi semakin panas sampai dengan mempercepat perubahan iklim bumi.
Tommy dan Hidayat (2014) berpendapat bahwa sisa hasil pertanian, khususnya jerami, sebaiknya tidak dibakar karena menyebabkan pencemaran udara dan hilangnya unsur hara. Selanjutnya, dampak yang ditimbulkan dari pembakaran dalam jangka panjang adalah rusaknya kualitas tanah.
Pembakaran lahan dapat menimbulkan kenaikan suhu tanah, sehingga karakteristik tanah pada sawah dapat berubah. Hal tersebut berpengaruh terhadap perubahan keadaan lingkungan di dalam tanah yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme dan antropoda.
Menuju Pertanian Berkelanjutan
Pengelolaan sumber daya alam yang baik perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan, termasuk meminimalkan polusi udara, air, dan tanah. Melindungi tanah pertanian dari polusi dan membiarkan organisme tetap hidup dapat memecahkan berbagai permasalahan pertanian.
Petani seharusnya mulai menyadari dampak buruk dari pembakaran lahan pertanian dan mulai beralih kepada pertanian berkelanjutan. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan mulai menggunakan pupuk dan pestisida organik, serta memanfaatkan residu hasil pertanian sebagai produk dengan nilai ekonomis.
Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan untuk mewujudkan pertanian keberlanjutan di Indonesia. Selain itu, pengenalan teknologi dan inovasi yang lebih terjangkau dan cepat diperlukan masyarakat untuk menggantikan sistem pembakaran lahan pertanian.