Akan tetapi, sekali lagi untuk memberi penekanan, pemahaman adalah soal terpenting. Kita tentu tidak mau menyebarkan pemahaman kurang tepat, atau malah membingungkan, bukan?
Contohnya, yang sedang tren saat ini, yaitu kehebohan tentang nikuba.
Banyak orang yang tidak memahami esensi teknologinya, apalagi tentang energi hidrogen, memberikan komentar. Kebanyakan komentar (menurut pengamatan pribadi), tidak paham pokok permasalahan dan hanya membuat suasana makin runyam.
Saya tidak ingin masuk pada detail masalah tentang nikuba. Secara singkat, yang namanya temuan teknologi harus dapat dibuktikan secara ilmiah, berdasarkan kaidah baku yang sudah ada. Ini bukan masalah "pembantaian", tidak ada penghargaan, dan hal-hal semacamnya.
Sebelum mengakhiri tulisan, saya hendak menulis pendapat, apakah ada minat pindah kewarganegaraan?
Jawabannya tegas, "Tidak!"
Alasannya singkat saja, karena merasa memiliki ikatan batin dengan orang-orang yang saya cintai di Indonesia.
Memori masa kecil, sesekali bernostalgia tentang berbagai peristiwa, mulai dari yang menyenangkan maupun menyebalkan serta menyakitkan, tidak berhenti ingin saya lakukan.
Tentu ikatan ini bukan hal yang supernatural belaka. Hubungan batin ini hendak saya rasakan terus, secara langsung. Terutama saya mau agar nantinya, selalu merasakan melalui pancaindra, alias berada langsung di tanah kelahiran.
Meskipun bekerja di luar negeri, saya ingin masih punya tempat untuk pulang. Artinya saya hendak terus merasakan udara, bau tanah selepas hujan, kebisingan, suara jangkrik, dan lain-lain, terutama "pelukan hangat" dari ibu pertiwi.
Kyoushuu atau rasa kerinduan akan kampung halaman, dan kemudian pulang ke pangkuan ibu pertiwi, adalah hal yang tidak mungkin saya tinggalkan.