Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah dan Kehidupan

8 April 2023   09:00 Diperbarui: 8 April 2023   08:58 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur Paskah dan Bunga Sakura (dokpri)

Bukan rahasia lagi bahwa salah satu inti ajaran Kristen (saya menggunakan kata ini untuk merujuk pada Katolik, Ortodoks dan Protestan) adalah kasih.  

Akan tetapi, kasih bukan monopoli orang Kristen saja. Saya yakin semua agama mengajarkan kasih, dengan caranya masing-masing.

Jika demikian, apa keistimewaan Kristen? Salah satu jawabannya adalah, peristiwa kebangkitan.

Hari Minggu 9 April 2023 umat Kristen merayakan Paskah, hari kebangkitan Yesus Kristus. Paskah merupakan puncak perayaan tiga hari yang oleh umat Kristen Katolik disebut Trihari Suci, dimulai dari Kamis Putih kemudian Jum'at Agung.  

Kristus dan salib, bersama peristiwa kebangkitan, merupakan bukti nyata karya keselamatan Tuhan. Peristiwa tersebut mempunyai makna juga bahwa Allah selalu beserta kita.

Penderitaan dan kematian adalah bukti yang menunjukkan Yesus sungguh menjadi manusia. Dia rela untuk menanggung dosa-dosa manusia. Kemudian melalui misteri kebangkitan yang merupakan pokok iman Kristen, kita bisa merenungkan karya agung keselamatan Tuhan.

Saya ingin menceritakan dua hal tentang hubungan antara Paskah dan kehidupan. Pertama, kita bisa memaknai Paskah berdasarkan pribadi Yesus sebagai manusia.

Ketika Yesus diadili dihadapan orang banyak dan para pemuka agama Yahudi, ada kalimat yang diucapkan oleh Pontius Pilatus. Kalimatnya dalam bahasa Latin berbunyi "Ecce Homo", artinya "Lihatlah Manusia ini".

Untuk catatan, beberapa pelukis menggunakan Ecce Homo sebagai tema lukisan, terutama di era renaisans.

Dari banyak lukisan diantaranya karya Titian, Antonio Ciseri maupun Tiziano Vecelli, saya menyukai karya Ecce Homo yang dilukis oleh Caravaggio.

Penggambaran Yesus oleh pelukis renaisans dari Italia itu menurut saya sempurna, dalam merepresentasikan "manusia" Yesus sebagai orang yang lemah, rapuh, letih dan tak berdaya.

Uniknya, dibalik lukisannya kita mampu melihat Yesus bukan hanya sebagai manusia. Akan tetapi kita melihat Tuhan yang tidak kelihatan, bisa mewujudkan diri. Hal seperti ini tidak dapat ditemukan pada lukisan karya pelukis lain.

Tidak menutupi sisi kemanusiaan yang lemah merupakan perbuatan patut ditiru. Melalui Yesus yang menunjukkan diri apa adanya, bahkan merasakan penderitaan, maka orang terbebas dari dosa, maut dan kejahatan.

Sudah menjadi hal lumrah di zaman internet, orang terbiasa memamerkan sesuatu yang sebenarnya bukan dirinya. Terkadang orang rela melakukan hal-hal bertentangan dengan norma masyarakat bahkan kehendak Tuhan, demi memperlihatkan identitas palsu yang sekilas tampak mewah.

Pengalaman Trihari suci hendaknya menjadikan manusia mampu menunjukkan diri tanpa tedeng aling-aling.

Hal kedua dalam hubungannya dengan kehidupan, Paskah merupakan peristiwa untuk mengingatkan kita agar tidak mudah putus asa.

Ada kalimat terkenal yang diucapkan Yesus ketika disalib. Bunyinya "Eloi, Eloi Lama Sabachthani". Artinya, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku".

Sekilas nampak ada rasa putus asa disana. Akan tetapi, ini bukanlah ungkapan putus asa.

Kalimat itu diucapkan Yesus, untuk menunjukkan penerimaanNya atas derita dan sakit saat disalib. Dia rela untuk menerima, alasannya karena penderitaan dirasakan oleh umat manusia.

Dengan kata lain, melalui kalimat itu dapat juga dirasakan keinginanNya untuk bertahan dalam penderitaan, mewakili penderitaan kita.

Bagi orang Kristen, kematian bukanlah titik akhir atas kehidupan. Justru kematian merupakan titik awal, untuk bersatu dengan Tuhan dalam hidup yang kekal.

Manusia seharusnya belajar dari Yesus, sehingga tidak gampang putus asa. Orang harus gigih bertahan, meskipun sedang mengalami penderitaan.

Dengan kebangkitanNya, manusia harus memaknai bahwa ada kesempatan untuk memulai hidup baru, yaitu  kehidupan sesuai dengan semangat serta perjalanan hidup Kristus.

Kebangkitan hendaknya dipahami sebagai bukti cinta Tuhan kepada manusia. Cinta kasih juga harus menjadi sumber untuk harapan dan kehidupan baru.

Karl Rahner, seorang teolog Katolik mengatakan kebangkitan merupakan titik awal sekaligus titik akhir.

Menurutnya, kematian tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap manusia. Sebaliknya, kita percaya atas kehidupan kekal dibalik kematian.

Peristiwa kebangkitan hendaknya jangan dipandang sebagai sekadar peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Akan tetapi, hendaklah dimaknai sebagai pengalaman spiritual yang diterima dan dialami oleh umat Kristiani.

Oleh karena itu, hendaklah kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum mengikuti misa Vigili Paskah dan Paskah nanti. Apalagi dalam misa, umat bukan hanya memperingati dan merasakan apa yang sudah terjadi pada masa lampau.

Tujuan hadir pada misa Vigili Paskah dan Paskah bukan untuk menyaksikan rangkaian prosesi, juga bukan untuk memuaskan diri atas visualisasi dari apa yang telah Tuhan lakukan pada masa lampau.

Melalui kehadiran di misa, kita harus memaknai bahwa apa yang telah dilakukan Tuhan pada masa lampau, akan terus terlaksana pada masa kini dan yang akan datang.

Berkat kebangkitanNya, maka disitu ada kesinambungan. Yaitu, Dia terus menerus ada, dan mendampingi manusia.

Umat harus hidup seturut teladanNya, menjadi diri sendiri dan tidak mudah putus asa.

Perayaan Paskah sepatutnya memberi kita kepenuhan anugerah kasih serta pengampunan. Kemudian diharapkan untuk menindaklanjuti melalui perbuatan, ketika menjalani kehidupan sehari-hari.

Selamat menyongsong Hari Paskah 2023. Alleluia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun