Nama lain yang sering digunakan orang Jepang untuk musim gugur adalah bungaku-no-aki. Yaitu saat kita bisa menikmati karya kesastraan.
Saya setuju dengan penamaan tersebut. Jika merasa capai setelah jalan-jalan di taman saat musim gugur, biasanya saya duduk sambil membaca.
Bacaan pas pada situasi itu adalah karya-karya Dazai Osamu, novelis yang namanya sudah tidak asing lagi di Jepang.
Kebanyakan novel karangan Dazai mengungkapkan sisi gelap dan terkadang misterius manusia. Sehingga jika kita membaca novelnya di taman saat musim gugur, suasana sekitar bisa menambah keasyikan dan membangkitkan imajinasi akan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kita pikir maupun rasakan.
Kalau diizinkan, maka saya punya julukan sendiri bagi musim gugur, yaitu musim imajinasi.
Seperti saat melantunkan lagu yang telah saya bahas diawal tulisan. Imajinasi tentang jatuh cinta berkali-kali, entah mengapa saat musim gugur terasa seperti kejadian nyata.
Akhirnya saya ingin menutup tulisan dengan puisi pendek karya penyair bernama Takahama Kyoshi.Â
Kompleksitas keromantisan musim gugur dan rasa jatuh cinta berkali-kali dalam suasana musim gugur yang senyap, menurut saya digambarkan dengan singkat, namun dalam, sehingga membangkitkan kemenungan dan tentunya apik.
"Sehelai daun momiji/jatuh/dalam kesunyian".