"Iya Pak. Dokter Pelor bilang, dia tidak mau kursi dan taplak mejanya bolong-bolong kena rokok Bapak!"
*****
Hujan turun deras di luar. Karena pengunjung sepi, Puutaro menghampiri loket pembayaran yang berlokasi di sebelahnya. Dia mendengar ada sedikit kegaduhan.
"Saya keberatan dengan ongkosnya. Masak tambal gigi aja biayanya 200 ribu?" Seorang ibu muda protes sambil mencari sesuatu di dalam tas Lotega (versi KW dari Bottega Veneta).
"Ini, coba kamu baca. Disitu tertulis biaya nol persen kan?" katanya sambil menyerahkan selembar kertas yang kelihatannya reklame.
"Iya bu, disini memang tertulis biaya nol persen. Tapi kalau Ibu baca lebih teliti lagi, ada tulisan kecil, De-Pe. Artinya ibu bisa bayar mencicil kalau keberatan biaya, tanpa harus bayar DP. Alias Depe nol persen. Ibu bisa bayar 50 ribu sekarang, sisanya dibayar nanti tiap bulan."
"Ah, ada-ada aja. Emangnya kredit panci pakai DP segala," kata ibu itu sewot.
"Ya udah Bu, kalau keberatan balik aja ke tempat Dokter Mat Solar. Ibu bilang keberatan bayaran, dan minta tambalan giginya dicabut aja," ujar Puutaro kalem sambil ngeloyor pergi.
*****
Meskipun hanya bekerja sebagai resepsionis (bukan perawat ataupun dokter) di Rumah Sehat, Puutaro senang membaca tulisan tentang kesehatan. Beberapa hari lalu dia membaca di majalah, jika minum ASI sejak bayi, maka orang bisa sehat dan membuat bentuk fisik yang bagus.
Dia teringat itu ketika seorang berbadan tegap mendatanginya, dan bertanya nomor ruang rawat temannya. Pucuk dicinta ulam tiba pikirnya, sehingga dia langsung bertanya untuk memastikan apa yang dibaca.
"Mas, saya ingin tanya sesuatu. Boleh kan? Soalnya kan badan mas bagus banget. Tapi jangan marah ya?" kata Puutaro sedikit kikuk.
"Iya boleh. Ada apa ya?"