Buku bercerita tentang sang penulis yang notabene adalah pembuat roti, selalu melakukan perubahan, namun tujuannya adalah untuk tidak berubah.
Mungkin kedengarannya agak aneh ya. Bagaimana ceritanya berubah kok untuk tidak berubah? Bukankah ini suatu paradoks?
Akan tetapi jika kita menggunakan sudut pandang berbeda, maka hal tersebut sangat mudah untuk dipahami. Yang berubah itu ternyata cara pembuatan rotinya. Sedangkan yang tidak berubah adalah tujuan, yaitu menjaga kepuasan pembeli (pelanggan). Jadi perubahan yang dilakukan tujuannya untuk tidak merubah (dengan kata lain, menjaga) kepuasan pelanggan.
Bukankah kita mengenal adagium, "Banyak jalan menuju Roma"? Jalan (baca:cara) yang kita pilih boleh berubah (beragam), namun tujuan akhir tidak berubah.
Dunia saat ini mengalami perubahan dalam banyak hal. Misalnya dalam bidang teknologi, perdagangan, transportasi, bahkan dalam hal peta geopolitik.
Akan tetapi kita tahu bahwa semua perubahan itu, tujuannya adalah untuk tidak berubah dari tujuan awal.
Setiap negara mempunyai keinginan untuk mencapai "Gemah ripah loh jinawi". Artinya agar bisa membangun negara yang tenteram dan makmur, serta sangat subur tanahnya. Sehingga rakyat bisa bahagia dan sentosa, lahir serta batin.
Oh ya, saat Anda membaca ini, saya mungkin sedang berada di atas Teluk Jakarta (catatan: waktu tayang artikel saya buat sama dengan jadwal keberangkatan pesawat, menggunakan fitur tayang).Â
Sambil memandang untaian Kepulauan Seribu, saya juga bertekat untuk melakukan perubahan. Akan tetapi tujuan hidup yang sudah saya tetapkan, tentu tidak berubah.
Hampir bisa dipastikan bahwa dalam perjalanan menuju Tokyo, saya akan menyanyikan lagu Koes Plus yang berjudul "Kembali ke Jakarta", meskipun hanya di dalam hati.Â
Semoga semua berjalan lancar tahun ini, sampai tahun-tahun berikutnya, karena saya selalu menaruh harapan:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!