Contohnya, sebelum peleburan LPNK, saya mengamati ada banyak tumpang-tindih pada teknologi yang diurus oleh masing-masing lembaga. Pengalaman pribadi ketika pernah berurusan dengan proyek Sistem Informasi Geografi (SIG), saat itu sedikitnya ada 3 LPNK yang terlibat yaitu BPPT, LAPAN dan BIG (dahulu bernama Bakosurtanal). Alasannya, masing-masing LPNK tersebut punya divisi/unit yang berhubungan dengan SIG.
Dengan dileburnya LPNK menjadi BRIN, maka saya berharap tidak ada lagi tumpang-tindih penelitian dan pengembangan (litbang). Dengan kata lain, tidak ada lagi proyek sejenis yang dilakukan oleh banyak lembaga negara. Peleburan ini diharapkan bisa meningkatkan efisiensi, dan yang terpenting adalah anggaran negara bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Apalagi jika kerumitan birokrasi dapat diberbaiki (baca: dirampingkan dan dioptimalkan), sehingga pengawasan atas hasil dari proyek pun bisa dilakukan secara maksimal.Â
Kalau berbicara tentang anggaran terutama untuk dana litbang, maka Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga berdasarkan GERD (besaran persentase dana yang dialokasikan untuk litbang jika dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto).
Menurut data lanskap Iptek di Indonesia yang dikeluarkan Kemenristekdikti pada tahun 2017, Indonesia mempunyai indeks GERD sebesar 0,2. Angka in sedikit diatas Filipina yang nilainya 0,1. Singapura mempunyai indeks GERD sebesar 2,2 dan Korsel adalah negara dengan GERD tertinggi, yaitu 4,2.
Masih menurut data yang sama, jumlah peneliti di Indonesia juga paling sedikit diantara negara Asia, meskipun penduduk Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia.
Sebagai contoh, coba kita bandingkan dengan negara yang letaknya di utara Indonesia. Berdasarkan data tahun 2017, penduduk Filipina hanya setengah dari populasi Indonesia. Akan tetapi, Filipina mempunyai jumlah ilmuwan 2 kali lipat dibandingkan Indonesia!
Nah, data-data (kenyataan di lapangan) ini merupakan tantangan bagi besar bagi BRIN.
Dengan peleburan 4 LPNK maka diharapkan alokasi dana penelitian bisa disebar secara merata dan efisien. Artinya, BRIN harus bisa menyeleksi dengan tepat, mana litbang yang memang benar-benar membutuhkan dana.
BRIN seyogianya bisa menciptakan iklim persaingan sehat, agar dapat menjadi pemicu bagi para peneliti untuk bisa menghasilkan proposal, kemudian produk akhir yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.
Mengapa saya katakan untuk kepentingan orang banyak? Sebab, iptek itu bukan melulu tentang hal-hal bersifat teori yang rumit. Tulisan yang bisa termuat di jurnal internasional bergengsi itu penting. Akan tetapi, jurnal tidak secara langsung bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya yang berhubungan dengan pangan.