Kemudian pada era Sengoku (zaman perebutan daerah kekuasaan), lukisan tora sangat digemari terutama oleh panglima perang tertinggi (shogun). Alasannya, tora melambangkan kekuatan.
Para daimyou (penguasa daerah) juga menyukai lukisan tora karena melambangkan kekuasaan besar.
Pada era Edo, tora banyak dilukis oleh Ito Jakuchuu dan Nagasawa Rosetsu. Memasuki masa lebih modern yaitu era Meiji sampai Showa, lukisan tora karya Oohashi Suiseki sangat populer di masyarakat.
Tora bukan saja menjadi objek seni lukis. Peribahasa pun banyak menggunakannya sebagai objek. Karena 2022 adalah tahun tora, maka saya akan memberikan contoh 5 diantaranya.
"Koketsu ni irazunba, koshi wo ezu"
Arti harfiahnya, kalau mau menangkap anak macan harus berani masuk ke kandang macan. Peribahasa ini mengajarkan kita agar berani mengambil risiko jika ingin sukses.
"Kiko no ikioi"
Arti harfiahnya, sekali kita menaiki macan, maka kita tidak bisa turun karena kalau turun pasti akan dimakan. Peribahasa ini mempunyai makna, apa yang sudah kita mulai harus serius dijalani sampai akhir atau sampai tujuan tercapai. Orang dianjurkan agar tidak menyerah di tengah jalan.
Dua peribahasa tersebut diperlukan terutama untuk menjalani segala kegiatan pada tahun tora, yang diramalkan akan penuh dengan gejolak.
Berikutnya mari kita simak peribahasa untuk pengingat agar kita berhati-hati.
"Tora no o wo fumu"
Arti harfiahnya, menginjak ekor macan. Menginjak ekor kucing saja bisa berabe, bagaimana kalau kita menginjak ekor macan? Anda tentu dapat membayangkan akibatnya kan? Peribahasa ini mengajarkan kita agar berhati-hati dalam setiap langkah maupun sebelum melakukan suatu tindakan.
Terakhir, dua peribahasa berikut adalah peringatan yang menggambarkan tentang orang yang sok.