Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerinduan dalam Penantian

11 Desember 2021   16:00 Diperbarui: 11 Desember 2021   16:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petualangan merupakan hal mengasyikkan, baik untuk dinikmati melalui bacaan atau film, bahkan melalui pengalaman pribadi.

Dari masa kita kanak-kanak sampai menjadi remaja dan dewasa pun, petualangan berupa cerita mengenai penemuan benda yang terkubur ribuan tahun, petualangan tak terduga dan menegangkan, pemecahan masalah atau misteri, pengalaman di dunia fantasi, merupakan sesuatu yang menarik dan dapat memberi hiburan.

Untuk sekadar memberikan contoh, mungkin sewaktu kecil Anda senang membaca buku "Journey to The Center of The Earth" karangan Jules Verne. Mungkin membaca petualangan Tintin maupun Lima Sekawan. Kemudian saat beranjak remaja, Anda gemar menonton petualangan Indiana Jones, ketika dewasa gemar menonton James Bond, misalnya serial terbaru "No Time To Die".

Kata adventure dalam bahasa Inggris untuk padanan kata petualangan, kalau kita selisik berasal dari kata adventurus, yang berakar dari kata advenire dalam bahasa Latin.

Kalau menyelisik lebih jauh lagi, maka kita akan menemukan hal menarik. Ternyata advenire juga menjadi akar dari kata Latin adventus, yang merupakan asal kata advent dalam bahasa Inggris.

Advent atau dalam bahasa Indonesia adven, arti harfiahnya adalah kedatangan. Masa adven adalah masa penantian selama empat minggu sebelum kelahiran Kristus.

Sebagai penganut Katolik, saya mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Sang Penebus melalui perayaan liturgi (ibadat) masa adven, dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua.

Adven dan petualangan, memang memiliki akar kata sama dalam bahasa Latin yaitu advenire. Namun, ada perbedaan mendasar dari keduanya.

Petualangan berhubungan dengan kegiatan yang berasal dari rasa ingin tahu. Kita kenal tokoh Indiana Jones berpetualang karena ingin menemukan sesuatu yang dia belum tahu wujudnya, dengan panduan beberapa petunjuk.

Orang yang melakukan petualangan, tidak bisa memprediksi kejadian apa yang akan terjadi. Sehingga dapat dipastikan mereka melakukan petualangan dengan perasaan waswas.

Sedangkan dalam masa adven, kita menantikan kedatangan hal yang sudah pasti, bukan sesuatu dimana kita tidak tahu wujudnya.

Kristus telah datang dan tinggal bersama manusia. Masa adven merupakan masa penantian akan kedatanganNya kembali ke dunia. Kita tidak menantikan dengan rasa ingin tahu, apalagi rasa waswas. Akan tetapi, manusia menantikan kedatanganNya dengan penuh kerinduan.

Saya ingin menegaskan kembali bahwa dalam masa adven, kerinduan dalam penantian adalah koentji.

Anda tentu tahu bagaimana rasa rindu itu. Cobalah mengingat kembali bagaimana rasanya rindu saat Anda berusia remaja, ketika pertama kali jatuh cinta kepada lawan jenis. Sehingga saya tidak perlu lagi bercerita tentang bagaimana rasa rindu itu, bukan?

Apalagi jika Anda suka mengoleksi lagu lawas tahun 80-an dalam bentuk kaset maupun kepingan CD (compact disk). Pasti sudah paham bagaimana rasa rindu itu, melalui lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Dian Piesesha, Rafika Duri maupun Betharia Sonata.

Perihal penantian, kita bisa membaginya menjadi dua sudut pandang, yaitu sebagai subjek dan objek. Artinya apakah kita sedang melakukan penantian, atau objek yang dinanti.

Jika Anda penggemar karya sastra Jepang dan pernah membaca novel "Hashire Meros (Run Meros)" karya Dazai Osamu, niscaya paham dengan baik bagaimana pergolakan batin antara subjek dan objek penantian.

Meros, sang tokoh cerita, ditawan dan dijatuhi hukuman mati karena berusaha membunuh raja zalim. Sang raja terkenal sebagai orang yang tidak percaya bahwa manusia punya niat baik. Diceritakan bahwa dia juga tahu, Meros merencanakan pergi ke pesta perkawinan adiknya di kampung halaman yang letaknya jauh.

Karena sang raja ingin membuktikan bahwa manusia tidak punya niat baik, maka dia mengizinkan Meros pergi ke pesta pernikahan adiknya. Dengan syarat Meros harus kembali ke istana dalam waktu 3 hari. 

Kemudian raja memerintahkan pengawal kerajaan untuk menahan Selenentius, teman karib Meros untuk menggantikannya. Jika Meros tidak kembali dalam waktu 3 hari, maka Selenentius akan dihukum mati.

Saya tidak akan menggambarkan secara detail jalan cerita. Jika punya waktu, maka Anda dapat membaca dan merasakan bagaimana kisah pergolakan batin antara keduanya dari dua sisi. Yaitu bagi Meros, objek yang dinanti, sementara Selenentius adalah subjek dalam penantian.

Untuk manusia normal, kita mungkin merasa bahwa penantian bukan hal sulit. Akan tetapi, kita juga paham bahwa penantian, terkadang bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. 

Contoh kecilnya saja, dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang Indonesia, tentu kita harus memiliki kesabaran berlapis untuk mengatasi "momok" yang kita tidak tahu kapan punah, yaitu jam karet.

Bagi orang beriman, terutama saya yang sedang menjalani masa adven, penantian bisa berjalan dengan mudah jika kita mempunyai akal budi, hati nurani, dan dibantu dengan wahyu ilahi yang tertulis dalam alkitab dan pengajaran dari magisterium (otoritas gereja terdiri dari paus dan para uskup yang bersekutu dengannya, untuk menafsirkan kitab suci dan pengajaran tradisi dalam gereja).

Pada situasi dunia tidak menentu karena pandemi Covid-19, terutama karena bermunculannya banyak varian baru (seperti omicron yang ditemukan di benua Afrika), maka dalam masa penantian saat ini, rasa kerinduan kita akan kehadiran Kristus bertambah dalam. Kerinduan ini harus menjadikan kita untuk lebih berjaga-jaga dalam menyambut kedatanganNya. 

Masa adven bertepatan dengan bulan terakhir dalam setahun, yaitu Desember. Sehingga layak bagi kita untuk melakukan refleksi batin, atas segala hal yang telah kita lakukan selama tahun ini.

Jika sepanjang tahun ini lebih mementingkan hal-hal yang bersifat duniawi, maka jangan lupa membangun sikap tobat, dan membangun kembali hubungan erat dengan sang pencipta.

Dalam hal hubungan, kita juga tidak boleh melupakan hubungan dengan sesama. Misalnya hubungan dengan rekan kerja di kantor, dengan tetangga di mana pun Anda berada. 

Untuk catatan, kanji yang mempunyai arti hubungan (koneksi atau pertalian) ternyata menjadi favorit untuk diberikan kepada anak yang lahir pada tahun 2021 di Jepang, baik pria maupun wanita.

Sebagai penutup, mungkin ada pembaca yang penasaran  atas nasib Meros dan sahabatnya Selenentius pada cerita. Anda boleh melewati penjelasan berikut kalau dianggap dapat mengurangi kepuasan saat membaca novel nanti.

Meros akhirnya menepati janjinya untuk kembali dalam 3 hari ke istana. Raja akhirnya percaya, bahwa manusia ternyata punya niat baik. Sehingga dia membebaskan keduanya dari tahanan.

Cerita "Hashire Meros" merupakan fiksi, namun niat baik tentu bukanlah fiksi. Meskipun kita tidak menafikan bahwa niat jahat itu ada, niat baik bisa ditemukan di dunia nyata.

Manusia memperoleh karunia akal budi dari Tuhan. Kita punya hati nurani dan pastinya niat baik. Dengan bekal iman dan kepercayaan, marilah kita melalui masa adven ini dengan penantian penuh rasa tobat, dan juga kerinduan.

Sehingga nantinya kita dapat bersukacita merayakan kelahiran Kristus, dalam solidaritas dan kesederhanaan.

Selamat berakhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun