Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerinduan dalam Penantian

11 Desember 2021   16:00 Diperbarui: 11 Desember 2021   16:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kristus telah datang dan tinggal bersama manusia. Masa adven merupakan masa penantian akan kedatanganNya kembali ke dunia. Kita tidak menantikan dengan rasa ingin tahu, apalagi rasa waswas. Akan tetapi, manusia menantikan kedatanganNya dengan penuh kerinduan.

Saya ingin menegaskan kembali bahwa dalam masa adven, kerinduan dalam penantian adalah koentji.

Anda tentu tahu bagaimana rasa rindu itu. Cobalah mengingat kembali bagaimana rasanya rindu saat Anda berusia remaja, ketika pertama kali jatuh cinta kepada lawan jenis. Sehingga saya tidak perlu lagi bercerita tentang bagaimana rasa rindu itu, bukan?

Apalagi jika Anda suka mengoleksi lagu lawas tahun 80-an dalam bentuk kaset maupun kepingan CD (compact disk). Pasti sudah paham bagaimana rasa rindu itu, melalui lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Dian Piesesha, Rafika Duri maupun Betharia Sonata.

Perihal penantian, kita bisa membaginya menjadi dua sudut pandang, yaitu sebagai subjek dan objek. Artinya apakah kita sedang melakukan penantian, atau objek yang dinanti.

Jika Anda penggemar karya sastra Jepang dan pernah membaca novel "Hashire Meros (Run Meros)" karya Dazai Osamu, niscaya paham dengan baik bagaimana pergolakan batin antara subjek dan objek penantian.

Meros, sang tokoh cerita, ditawan dan dijatuhi hukuman mati karena berusaha membunuh raja zalim. Sang raja terkenal sebagai orang yang tidak percaya bahwa manusia punya niat baik. Diceritakan bahwa dia juga tahu, Meros merencanakan pergi ke pesta perkawinan adiknya di kampung halaman yang letaknya jauh.

Karena sang raja ingin membuktikan bahwa manusia tidak punya niat baik, maka dia mengizinkan Meros pergi ke pesta pernikahan adiknya. Dengan syarat Meros harus kembali ke istana dalam waktu 3 hari. 

Kemudian raja memerintahkan pengawal kerajaan untuk menahan Selenentius, teman karib Meros untuk menggantikannya. Jika Meros tidak kembali dalam waktu 3 hari, maka Selenentius akan dihukum mati.

Saya tidak akan menggambarkan secara detail jalan cerita. Jika punya waktu, maka Anda dapat membaca dan merasakan bagaimana kisah pergolakan batin antara keduanya dari dua sisi. Yaitu bagi Meros, objek yang dinanti, sementara Selenentius adalah subjek dalam penantian.

Untuk manusia normal, kita mungkin merasa bahwa penantian bukan hal sulit. Akan tetapi, kita juga paham bahwa penantian, terkadang bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun