Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tokyo 2020, Antara Kodoku, Playbook dan Wajah Kita

18 Juli 2021   12:00 Diperbarui: 18 Juli 2021   16:05 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Playbook untuk atlet dan ofisial (olympics.com)

Memang pandemi Covid-19 telah banyak mengubah pola hidup masyarakat, tak terkecuali saat olimpiade. Orang Jepang menyebut olimpiade kali ini sebagai terebi-olimpikku, alias masyarakat hanya bisa menonton olimpiade melalui televisi (bahasa Jepangnya, terebi).

Makin bermunculannya varian baru virus juga membuat masyarakat semakin khawatir.

Untuk mengatasi kekhawatiran, dan terutama untuk menjaga agar sesama atlet serta penduduk tidak terjangkiti virus. Maka, Jepang menerbitkan playbook (aturan) yang harus ditaati oleh peserta, saat mengikuti segala kegiatan selama masa olimpiade.

Ada tujuh playbook yang diterbitkan, diantaranya untuk atlet dan ofisial, insan pers, agen penyiaran, federasi internasional dan lainnya.

Playbook untuk atlet dan ofisial (olympics.com)
Playbook untuk atlet dan ofisial (olympics.com)
Playbook ini mengatur bagaimana persiapan sebelum datang ke Jepang, saat kedatangan di bandara, ketika mengikuti kegiatan selama olimpiade berlangsung, serta saat pulang ke negara masing-masing nanti.

Isi dari playbook antara lain, peraturan mengenai kapan harus mengenakan masker, bagaimana harus berinteraksi dan menjaga jarak, cara meng-install software COCOA dan OCHA yang merupakan kewajiban, dan beberapa konsekuensi jika tidak mematuhi aturan. Jika ditilik lebih jauh, playbook ini mengharuskan orang untuk beraktifitas dalam bubble (gelembung, atau ruang lingkup) masing-masing. 

Ketika tiap atlet beserta ofisial melakukan aktivitas dalam bubble masing-masing, bisa dikatakan bahwa mereka itu kodoku. Elemen dari masing-masing (baca: insan) bubble tiap negara terkungkung. Sehingga mereka tidak bisa berinteraksi dengan sesama atlet dari negara lain, bahkan tidak bisa berinteraksi dengan masyarakat Jepang!

Lima hari lagi olimpiade Tokyo akan dimulai. Konsep acara pembukaan dan penutupan olimpiade (termasuk juga paralimpiade) adalah moving forward.

Inti dari konsep tersebut, menjadikan olahraga sebagai tenaga penggerak untuk menyatukan dunia, dan arena pertandingan sebagai tempat untuk melahirkan harapan menuju hari depan. 

Jepang sebagai penyelenggara juga berharap agar dengan dilaksanakannya olimpiade (dan paralimpiade), maka semua orang bisa memperoleh energi untuk menyongsong hari depan.

Dengan kata lain, Jepang ingin agar kita tidak putus asa saat menghadapi situasi sulit saat ini. Energi dari olimpiade, hendaknya bisa digunakan oleh setiap orang untuk menaklukkan rasa khawatir akan hari depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun