Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kagurazaka, Labirin Antara yang Sakral dan Duniawi

11 April 2021   07:00 Diperbarui: 11 April 2021   12:54 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh lain jalan menurun di pintu labirin dari jalur utama(Dokumentasi pribadi)

Tahukah Anda bahwa "gang senggol" bukan cuma ada di sinetron Tukang Ojek Pengkolan? Di Jepang, juga ada lo!

Kali ini saya mengajak Anda jalan-jalan melewati "gang senggol" di daerah bernama Kagurazaka. Bagi pembaca yang belum pernah mendengar nama Kagurazaka, saya akan membawa Anda berkeliling, sambil cerita sedikit tentang sejarah daerah ini.

Kagurazaka sebenarnya nama daerah dengan lokasi di kelurahan Shinjuku. Letaknya di ujung timur, persis berbatasan dengan kelurahan Bunkyo.

Baiklah, langsung saja saya antar Anda berjalan dari stasiun terdekat, yaitu Stasiun JR Suidobashi. Setelah keluar dari stasiun, kita harus berjalan ke arah kanan untuk bisa sampai ke Kagurazaka. 

Sebelum ke sana, kita belok kiri sebentar ya, untuk melihat tumpukan batu (bahasa Jepangnya, ishigaki), sisa dari gerbang ushigome-mon, yang merupakan salah satu akses penting menuju ke Kastel Edo.

Bagian ari Gerbang ushigome-mon (Dokumentasi pribadi)
Bagian ari Gerbang ushigome-mon (Dokumentasi pribadi)
Ushigome-mon, dahulu letaknya di dekat kanal dan menjadi titik temu (pusat) jalur distribusi pada era Edo. Sehingga banyak barang, serta orang yang datang maupun keluar lewat sini. 

Sambil melihat batu-batu besar yang tersusun rapi, saya mencoba membayangkan keramaian orang lalu lalang dengan gerobak maupun jalan kaki, sambil membawa berbagai macam barang kebutuhan. Kalau Anda suka sejarah, maka lokasi ini layak untuk Anda masukkan dalam daftar tujuan jika datang ke Jepang (Tokyo).

Setelah puas memandangi ishigaki, kita kembali lagi ke arah stasiun dan terus berjalan lurus. Kira-kira 50 meter berjalan, kita akan sampai di jalan masuk area Kagurazaka. 

Kata "zaka" pada Kagurazaka, asalnya dari kata "saka" yang artinya tanjakan. Ini bisa kita lihat dengan mudah karena jalan utama di area Kagurazaka, namanya Jalan Kagurazaka (Kagurazaka-doori), adalah jalan menanjak yang menghubungkan Jalan Sotobori (Sotobori-doori) dengan Jalan Waseda (Waseda-doori) dan Jalan Ookubo (Ookubo-doori).

Di seberang adalah jalan masuk ke area Kagurazaka yang disebut Kagurazaka-shita (Dokumentasi pribadi)
Di seberang adalah jalan masuk ke area Kagurazaka yang disebut Kagurazaka-shita (Dokumentasi pribadi)
Jalan di area Kagurazaka mempunyai bentuk unik. Kita bisa menganalogikan jalan di area ini seperti pohon. Batang pohonnya adalah Jalan Kagurazaka. Dari sini, banyak jalan kecil ke arah kiri maupun kanan di sepanjang Jalan Kagurazaka, bak ranting pohon. 

Kemudian pada area sekitar "ranting pohon" tersebut, kita bisa menemukan rumah penduduk, maupun tempat usaha, yang bisa kita anggap sebagai "daun".

Salah satu jalan bak ranting yang bercabang dari jalan utama (Dokumentasi pribadi)
Salah satu jalan bak ranting yang bercabang dari jalan utama (Dokumentasi pribadi)
Sekarang mari kita menyusuri jalan utama di Kagurazaka. Berbeda dengan daerah lain di Tokyo misalnya Shibuya, Ikebukuro dan lainnya, jalan utama di Kagurazaka ini tidak begitu lebar. 

Akan tetapi, seperti bisa Anda lihat pada foto di bawah ini, jalan utama yang sempit itu tidak pernah sepi orang. Apalagi ketika saya berkunjung ke sana, sedang ada acara tahunan setiap musim panas, yaitu Festival Kagurazaka (Kagurazaka Matsuri). 

Anda bisa melihat banyak lampion (chouchin) berwarna merah dan putih dipasang sepanjang jalan, sebagai tanda festival sedang (atau akan) berlangsung.

Suasana di Jalan Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Suasana di Jalan Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Sekarang, saya akan membawa Anda menikmati Kagurazaka sambil menyimak perjalanan sejarahnya.

Kagurazaka sudah berkembang sejak era Edo. Pada saat itu, di area ini banyak rumah samurai (buke-yashiki). 

Samurai banyak tinggal di area ini karena seperti saya sudah ceritakan diawal tulisan, Kagurazaka merupakan salah satu jalur masuk ke Kastel Edo. Akan lebih mudah bagi samurai untuk bermukim di area ini karena dekat dengan jalan menuju ke tempat mereka bertugas, yaitu di kastel.

Salah satu jalan di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Salah satu jalan di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Memasuki era Meiji, kekuasaan atas Edo (Tokyo) dikembalikan dari Shogun Tokugawa yang berkuasa, ke tangan kaisar (Meiji-Tennou). Peristiwa ini dalam sejarah biasa disebut taisei-houkan. 

Akibatnya, samurai dengan tugas utama berbakti kepada shogun yang bermukim di area Kagurazaka, pulang ke daerahnya masing-masing. Sehingga penduduk Kagurazaka menjadi sedikit berkurang. 

Bangunan yang dahulu digunakan sebagai rumah untuk samurai, kemudian dialihfungsikan menjadi restoran, tempat usaha (toko), bahkan untuk tempat usaha geisha. 

Salah satu Ryotei yang ada di Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Salah satu Ryotei yang ada di Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Karena beberapa bangunan beralih fungsi menjadi toko, maka jumlah bangunan untuk tempat usaha menjadi bertambah. Toko di Kagurazaka juga pelopor, dengan masih membuka usahanya pada malam hari. 

Saat itu, umumnya toko akan tutup ketika matahari terbenam. Yang membuat kita menjadi lebih takjub lagi adalah, beberapa dari toko ini masih ada sampai sekarang!

Misalnya saja kita masih bisa menemukan toko Maruoka Touen, penyedia peralatan makan dari keramik yang didirikan pada tahun 1892. Ada toko belut bakar Shimakin, yang sudah membuka usaha mulai tahun 1869. Lalu toko Kinozen, yang mulai menjajakan kudapan manis pada tahun 1860.

Di era Meiji juga, beberapa orang pionir sastra Jepang modern, tinggal di Kagurazaka. Misalnya saja, Ozaki Kouyo, kemudian Natsume Souseki penulis novel Botchan, yang namanya mungkin pernah Anda dengar. 

Hal ini menjadikan Kagurazaka bukan saja sebagai pusat kuliner dan hiburan, melainkan juga sebagai pusat kebudayaan.

Gang Senggol di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Gang Senggol di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Memasuki era Taisho sampai dengan Showa awal, Kagurazaka tumbuh sebagai salah satu pusat hiburan besar di Tokyo. Selain rumah geisha muncul bak jamur di musim hujan, rumah makan kelas tinggi yang disebut ryoutei, juga berkembang di sini.

Sebagai catatan, ryoutei adalah rumah makan yang mempunyai ruangan khusus bagi para tamu (tamu satu berbeda ruangan dengan tamu lain). Umumnya tamu berasal dari kalangan pejabat, politisi maupun selebriti. 

Menu makanannya mewah, disajikan dengan alat makan yang juga mewah. Pada tiap ruangan, biasanya dipajang lukisan dan benda seni lain yang mempunyai nilai sejarah tinggi dan tentu harganya mahal.

Gang senggol lagi di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Gang senggol lagi di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Jika mereka makan, geisha lazim dipanggil untuk menghibur. Sehingga pada zaman ini, di sekitar ryoutei banyak berdiri rumah geisha.

Seperti bisa anda lihat pada foto, jalan di sekitar area Kagurazaka (selain jalan utama), tidak begitu lebar. Selain itu, jalannya berkelok-kelok bak labirin. Jika Anda terus saja melangkah tanpa memperhatikan arah jalan, maka bisa tersesat dan susah untuk kembali ke jalan utama.

Labirin yang berkelok di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Labirin yang berkelok di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Struktur jalan seperti ini justru menguntungkan. Alasannya, jika Anda adalah selebriti, maka dengan mudah bisa masuk ke salah satu ryoutei tanpa diketahui, atau menggunakan jasa geisha dengan diam-diam. 

Karena banyaknya belokan, maka pandangan akan terhalang. Sehingga jika ada orang yang berjalan di depan Anda, maka akan sulit untuk mengetahui ke mana orang itu pergi, ketika tiba-tiba dia menghilang setelah belokan.

Lagi pula orang yang tidak punya kepentingan jarang datang ke area ini, sebab jalannya sempit dan agak merepotkan jika kita berpapasan.

Karena topografinya, maka seperti sudah saya ceritakan, labirin yang menyebar dari jalur utama kebanyakan berupa jalan menurun dari jalan utama, yang merupakan area paling tinggi dibanding daerah sekitar. Dalam bahasa Jepang, topografi jalan seperti ini disebut onemichi.

Jalan menurun di pintu labirin dari jalur utama (Dokumentasi pribadi)
Jalan menurun di pintu labirin dari jalur utama (Dokumentasi pribadi)
Tipe jalan seperti ini, tentu menyulitkan dan menguras energi saat berjalan hendak menuju, atau kembali dari jalan utama. Lantaran orang itu harus meniti banyak tangga di tanjakan.

Pada jalan utama yang letaknya di ketinggian bila dibandingkan dengan jalan labirin di sekitar, ada dua kuil utama yang sering dikunjungi orang. Yaitu Fushimi Inari Hibuse Jinja dan Zenkoku-ji (atau Bisyamonten). Dua kuil ini ramai dikunjungi, terutama oleh para geisha pada saat era kejayaan mereka di zaman Meiji dan Taisho.

Kuil Zenkoku (Bisyamonten) (Dokumentasi pribadi)
Kuil Zenkoku (Bisyamonten) (Dokumentasi pribadi)
Sebaliknya di area labirin, ada banyak ryoutei, rumah geisha, dan juga tempat permandian umum. 

Para geisha, umumnya mandi di tempat pemandian umum ini. Kemudian sebelum pergi ke tempat tamu yang mengundangnya, mereka biasanya mengunjungi kuil yang telah saya sebutkan di atas.

Saya kira perjalanan geisha menapaki tangga dari labirin menuju ke kuil, bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Ada beberapa alasan tentang itu.

Geisha yang umumnya memakai kimono, tentu agak sulit berjalan menapaki tangga. Karena kita semua tahu, jika orang memakai kimono, maka berjalan di jalan datar pun bukan perkara mudah.

Kemudian saya membayangkan, mungkin geisha itu mengalami pergolakan batin saat naik tangga menuju kuil, kemudian setelah itu turun tangga menuju ke tempat tamu menunggu. 

Ah, saya kok jadi penasaran bagaimana cara mereka mengubah suasana hati dan pikiran saat naik tangga untuk pergi ke kuil, kemudian mengubahnya lagi nanti saat turun tangga menuju tempat tamu yang menunggu.

Contoh lain jalan menurun di pintu labirin dari jalur utama(Dokumentasi pribadi)
Contoh lain jalan menurun di pintu labirin dari jalur utama(Dokumentasi pribadi)
Kuil yang letaknya di dekat jalan utama, bisa kita sebut sebagai area sakral. Kemudian rumah makan, tempat pemandian umum, maupun rumah geisha yang berada di labirin, bisa disebut sebagai area untuk memuaskan manusia secara duniawi.

Ini persis seperti kehidupan. Adakala kita terperangkap di kehidupan duniawi di bawah, namun sesekali mungkin orang juga ingat akan hal sakral yang bisa mendekatkan jarak kepadaNya. Manusia sering kali mondar-mandir antara dua hal itu, seperti seorang geisha.

Meskipun saat hidup di dunia ini kita berhubungan erat dengan segala sesuatu yang sifatnya duniawi, namun hal-hal yang sifatnya sakral tidak bisa kita lupakan.

Kunci untuk membuat manusia bahagia lahir dan batin adalah, keseimbangan antara duniawi dan sakral.

Salah satu jalan di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Salah satu jalan di area Kagurazaka (Dokumentasi pribadi)
Kagurazaka saat ini sudah menjadi merek yang dikenal orang sebagai tempat untuk mengenang masa lalu (terutama saat era Showa), baik melalui bangunan, maupun melalui segala sesuatu yang tersedia di sana.

Perjalanan menelusuri labirin di Kagurazaka, bukan hanya membawa saya menapaki sejarah. Akan tetapi, perjalanan itu bisa menjadi bahan untuk bermenung, tentang hal sakral dan duniawi, juga tentang apa yang bisa saya perbuat dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga Anda bisa memenungkan hal yang sama, jika ada kesempatan untuk mengunjungi Kagurazaka nanti.

Selamat berakhir pekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun