Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tentang Bunga Ume, Sastra, dan Harapan

13 Maret 2021   12:03 Diperbarui: 13 Maret 2021   21:09 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ume dan Pesawat Terbang (dokpri)

Di musim semi dan pada bulan baik
Dengan udara yang menyegarkan
Saat angin bertiup lembut
Bunga ume seperti gadis cantik dengan bedak putih
Sedang berkaca di depan cermin
Sambil menebarkan bau harum

Tidak banyak orang tahu bahwa sebelum era Edo, ume merupakan bunga paling terkenal dibanding sakura. Bahkan istilah hanami (menikmati bunga yang mekar), saat itu digunakan untuk bunga ume, bukan sakura.

Jika Anda datang ke Jepang pada akhir bulan Februari sampai pertengahan Maret, bunga ume yang sedang mekar bisa ditemukan di jalan, dekat sekolah, taman dan di area kuil tertentu.

Bagi Anda yang tidak terbiasa melihat ume, mungkin agak sulit untuk membedakan antara sakura dan ume. Sekadar informasi, Anda bisa melihat perbedaan mencolok, yaitu bunga ume tumbuh langsung di batang pohon dan kelopak bunganya bulat. Sedangkan sakura tidak tumbuh langsung di batang pohon, melainkan pada tangkai dan kelopak bunganya berbentuk hati.

Untuk lebih jelas melihat bagaimana bentuknya, sila saksikan video dibawah yang saya buat minggu lalu ketika berburu bunga ume.

Tahukah Anda bahwa bunga ume yang mekar pada awal bulan Maret seperti saat ini, merupakan bunga istimewa karena mempunyai hubungan erat dengan penamaan tahun Jepang saat ini?

Ada dua alasan kenapa saya katakan ume itu istimewa.

Jepang menggunakan penamaan tahun yang disebut gengou (nengou). Saat ini nama gengou adalah Reiwa, dan tahun 2021 merupakan tahun Reiwa ke-3.

Nama Reiwa diambil dari manyoushuu, yaitu kumpulan puisi (waka) tertua di Jepang yang ditulis pada era Nara (sekitar tahun 700). Kata "Reiwa" merupakan penggalan kalimat puisi dari buku manyoushuu jilid ke-5, pada bagian ke-32 kumpulan puisi tentang ume. Nah, nama Reiwa yang diambil dari kumpulan puisi tentang ume merupakan keistimewaan ume pertama.

Manyoushuu merupakan karya sastra klasik Jepang. Nama Reiwa yang diambil dari manyoushuu pada bagian puisi tentang ume, merupakan keistimewaan kedua ume. Alasannya, nama gengou biasanya diambil dari peristiwa atau literatur Tiongkok. Baru kali ini gengou menggunakan nama yang diambil dari produk (karya sastra) Jepang.

Ume dan burung Mejiro (dokpri)
Ume dan burung Mejiro (dokpri)
Kalau Anda penasaran bagaimana bunyi puisi yang diambil sebagai dasar penamaan gengou, sila baca kembali puisi diawal diawal tulisan yang sudah saya terjemahkan bebas.

Seperti sudah saya tulis, sebelum era Edo bunga ume lebih terkenal dibanding sakura. Bakan banyak karya sastra klasik Jepang memuat tulisan yang berhubungan dengan ume.

Contohnya pada karya sastra klasik "Makura-no-soushi" karya Seisho Nagon. Ada juga cerita "Genji Monogatari", yang  ditulis oleh Murasaki Shikibu.

Ume dan rambu jalan (dokpri)
Ume dan rambu jalan (dokpri)
Selain banyak diambil sebagai tema untuk karya sastra klasik, ume digemari karena bunganya merupakan lambang keberuntungan. 

Semerbak bau bunga ume bertebaran saat angin berembus pada bunga, merupakan lambang kemuliaan. Kemudian kekuatan dan energi kehidupan dipancarkan oleh ume untuk berbunga saat awal musim semi yang masih dingin, melambangkan juga umur panjang.

Di samping mengantarkan musim semi, sejak zaman dahulu sampai sekarang pun, bunga ume bisa menjadi inspirasi untuk membuat karya sastra seperti puisi. 

Kita semua tahu bahwa Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia. Namun kita juga tahu bahwa orang Jepang memegang tradisi lama, dan masih melakukannya saat ini, bahkan melestarikan budaya mereka secara turun-temurun.

Budaya dan seni merupakan dua hal yang berhubungan erat. Seni, tentu membuat orang menjadi lebih fleksibel. Dengan menjaga tradisi dan budaya, secara tidak langsung menjadikan orang suka akan seni. Dengan kesukaan orang Jepang terhadap seni, maka ini bisa menjelaskan bahwa orang Jepang sebenarnya tidak "kaku" seperti terlihat dari luarnya saja. 

Bunga ume (dokpri)
Bunga ume (dokpri)
Saya sudah banyak menulis bahwa orang Jepang selain gemar seni, juga humoris.

Untuk memberikan satu contoh bahwa orang Jepang gemar seni terutama sastra, pada edisi hari Sabtu koran Nikkei, ada satu halaman penuh yang menampung puisi hasil karya pembaca. 

Orang dari seluruh pelosok Jepang mengirimkan puisinya untuk diseleksi, kemudian dimuat. Saat awal musim semi seperti sekarang ini, saya bisa dengan mudah menemukan satu atau dua puisi yang mengambil ume sebagai tema.

Berjalan menikmati bunga ume pada awal musim semi memang bisa membuat perasaan gembira. Saya yakin bau harum samar-samar terbawa angin yang berembus, dapat merangsang otak kanan untuk menghasilkan karya sastra apik, baik zaman dahulu maupun sekarang. 

Terkadang saya juga menulis beberapa baris puisi, sambil duduk di taman setelah menikmati bunga ume. Anda tentu tidak bisa menikmati karya puisi itu karena saya kurang pede untuk menuliskannya pada ruang publik, dan lebih suka menyimpan coretan puisi dalam buku kecil untuk catatan dan kepuasan pribadi. Mungkin nanti setelah minum ume-shu, saya ada keberanian untuk menuliskannya disini.

Oh ya, ume-shu adalah minuman beralkohol yang dibuat dari buah ume. Minuman ini rasanya manis dan sedikit asam. Kandungan alkoholnya, setara dengan wine maupun nihon-shu (orang luar Jepang biasa menyebutnya o-sake), yaitu sekitar 8 sampai 15 persen.

Berbeda dengan sakura, berjalan menikmati ume merupakan hal mudah dan relatif aman dilakukan, karena tidak begitu banyak orang yang melakukan hal sama. Sehingga pada masa pandemi seperti sekarang ini, kita tidak perlu khawatir kerumunan orang di tempat-tempat bunga ume mekar.

Ume dan Pesawat Terbang (dokpri)
Ume dan Pesawat Terbang (dokpri)
Ume memang kalah tenar dibandingkan sakura. Namun saya berharap agar ume yang hadir pada musim semi tahun ini, bisa mengantar dan memberikan harapan lebih baik kepada kita semua. Karena tanpa harapan, maka hidup kita akan terasa kering dan hampa, seperti berjalan di gurun yang tidak berujung.

Meskipun pada masa sulit seperti saat ini, mari kita semua berjalan tegap dan riang dengan penuh harapan. Seperti ume yang sudah mengantarkan musim semi, memberikan kegembiraan dan menumbuhkan harapan pada kita semua.

Selamat berakhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun