Puutaro pusing tujuh keliling.
Pusingnya bukan karena kehebohan di negara sebelah, setelah seseorang pamer buku dengan judul "How Democracies Die".
Karena sebagai seorang yang hidup di Kleponsia--negara kecil di tengah garis Katulistiwa-- dibanding membaca buku karangan Levitsky, Puutaro lebih suka membaca buku kisah petualangan tentang Lewinsky. Ya, si Monica Lewinsky yang punya skandal dengan Bill Clinton, presiden Amerika ke-42.
Lagipula, Puutaro kurang suka judul buku dengan akhiran kata kerja "die". Â Dia lebih suka ungkapan dengan akhiran kata sifat "dead". Itu lebih membuatnya bergetar.
Karena kalau cuma frasa "die", maka Puutaro tidak akan ambil pusing lagi. Biar sajalah, pikirnya.
Namun, dia tidak bisa tenang dan akan sedikit berpikir bila ada frasa "dead".
Contohnya, Puutaro terperanjat saat membaca berita dedengkot Sex Pistols Johnny Rotten berkata "Rock is Dead".
Kemudian contoh lainnya, ada getaran di tubuhnya sewaktu membaca buku karangan Nietzsche berjudul "Thus Spoke Zarathustra", yang ada frasa "God is Dead".
Saking gugupnya, setelah membaca dia rasanya ingin bertanya, apa benar sih?
Kembali pada pusing Puutaro. Sebenarnya sumber pusingnya adalah peraturan larangan minol (minuman beralkohol). Sebab dia adalah pemilik sakagura (pabrik sake).
Hari ini Puutaro mendapat pesanan beberapa botol sake dari negara tetangga. Dia harus berpikir keras bagaimana mengirimkannya, karena di perbatasan negara harus melalui pos penjagaan yang ketat.