Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Perang Antara Teknologi Vs Pandemi

18 April 2020   21:00 Diperbarui: 19 April 2020   08:53 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wabah pandemi (Cakeio) via Kompas.com

Perang dan pandemi memang erat dalam kehidupan, dan selalu membuat susah manusia. 

Dalam catatan sejarah, perang sudah terjadi sejak abad 2500 SM. Sedangkan pandemi besar yang tercatat dalam sejarah, terjadi saat wabah pes melanda dunia pada abad ke-6 dan kedua kalinya pada abad ke-14.

Puluhan juta orang menjadi korban saat itu. Bahkan pandemi tersebut mengurangi penduduk Benua Eropa sebanyak sepertiganya! Namun, untungnya manusia dianugerahi akal dan pikiran untuk bertahan hidup dalam segala keadaan.

Sehingga, walaupun banyak nyawa manusia yang menjadi korban saat terjadinya pandemi tersebut, namun akhirnya manusia bisa menang perang melawan pandemi. Buktinya, saat ini manusia masih bisa bertahan hidup dan belum lenyap dari muka bumi bukan?.

(sumber : jxpress.net)
(sumber : jxpress.net)
Teknologi sebagai hasil dari akal dan pemikiran manusia, banyak dimanfaatkan untuk menanggulangi berbagai macam masalah. Tidak terkecuali saat pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini.

Sebagai contoh, raksasa teknologi Microsoft sudah menyisihkan dana sebesar 20 juta dolar US (sekitar 309 miliar Rupiah) untuk mempercepat pengembangan teknologi AI (Artificial Intelligence) dalam perang melawan pandemi.

Dengan dana tersebut, yang menjadi fokus utama pengembangan teknologi AI dalam memerangi pandemi adalah untuk membantu diagnosis, pengobatan pasien yang terjangkit, serta pembuatan vaksin untuk mencegah penularan virus di masa yang akan datang.

Kemudian, diharapkan AI juga bisa mengatur alokasi dari rumah sakit bagi penderita, serta pendistribusian secara efektif peralatan kesehatan.

Karena kita tahu di beberapa negara seperti Italia dan Amerika, terjadi kekurangan jumlah rumah sakit untuk menampung penderita, serta langkanya beberapa peralatan kesehatan seperti alat bantu pernapasan buatan.

Di Amerika, perang terhadap pandemi diwujudkan dalam bentuk konsorsium yang bernama "The COVID-19 High Performance Computing (HPC) Consortium" atas inisiatif dari White House.

Anggotanya terdiri dari beberapa universitas, perusahaan teknologi, serta badan pemerintah. Konsorsium ini tujuan utamanya adalah menyediakan akses fasilitas komputer yang berkemampuan tinggi, untuk perang melawan COVID-19.

Caranya adalah dengan memanfaatkan fasilitas tersebut untuk melakukan penelitian dalam segala bidang, misalnya saja bioinformatics (penggunaan teknologi komputasi untuk analisis informasi biologis) dan molecular modeling (pemodelan molekul didasarkan pada pengembangan metodologi teoretis dan komputasi, untuk memodelkan dan mempelajari perilakunya).

Sebenarnya, bukan hanya perusahaan teknologi besar saja yang bisa berpartisipasi dalam perang melawan COVID-19 lho.

Kita sebagai orang biasa pun bisa berpartisipasi dengan "meminjamkan" hape saat tidak sedang dipakai, misalnya pada waktu kita tidur atau saat sedang hape sedang di-charging.

Bagaimana caranya?
Kita bisa install program buatan provider telekomunikasi Vodafone bernama DreamLab, yang tersedia dalam versi android maupun iOS.

DreamLab mulanya hanya digunakan untuk tujuan membantu riset kanker. Namun jika sudah menjalankan programnya, Anda bisa menemukan berbagai macam project yang tersedia. Kemudian Anda bisa memilih Corona-AI project untuk ikut serta dalam membantu riset melawan COVID-19.

Sebelum meng-install program DreamLab, harap diingat bahwa paket data Anda akan dipakai setelah anda menjalankan program, kecuali anda adalah pelanggan Vodafone (Saya kira saat ini Vodafone tidak ada layanannya di Indonesia, kecuali Anda berlangganan Vodafone di luar negeri dan melakukan roaming dari Indonesia).

Namun jangan khawatir. 

Jika Anda mempunyai koneksi WiFi unlimited, atau anda berlangganan internet di rumah, maka anda bisa merubah setting DreamLab agar bisa menggunakan WiFi saat program dijalankan.

Sebenarnya, cara memanfaatkan resource (komputer, hape dan lain) "tidur" alias sedang tidak dipakai dari berbagai lokasi yang berbeda sudah ada sejak lama. Dalam bahasa teknis, teknologi ini disebut sebagai grid computing.

Proyek dari SETI bisa disebut sebagai grandfather-nya grid computing, karena sudah berjalan sejak tahun 1999.

Kala itu, sekumpulan ilmuwan membuat proyek yang bertujuan untuk mendeteksi keberadaan makhluk hidup di angkasa luar (dalam bahasa Inggris disebut SETI, Search for ExtraTerrestrial Intelligence). 

Karena perhitungan yang diperlukan dari hasil observasi objek di angkasa luar termasuk rumit, maka ilmuwan dari University of California di Berkeley membuat grid computing yang dinamakan SETI@Home. Kita bisa ikut proyek ini melalui komputer. Sayangnya, proyek SETI@Home ini sudah dihentikan sejak bulan Maret 2020 lalu.

Selain perang langsung melawan pandemi dengan cara riset, para pelaku bisnis teknologi juga melakukan perang secara tidak langsung. Yaitu dengan memikirkan bagaimana supaya tidak terkena dampak pandemi. 

Dengan cara menggunakan alat atau media yang lain daripada biasanya untuk melakukan sesuatu, dengan tujuan agar bisa mengurangi intervensi manusia, yang secara langsung bisa terkena dampak dengan tertular virus.

Misalnya saja Rakuten (perusahaan teknologi Jepang dengan e-commerce sebagai bisnis utama), merencanakan akan menggunakan drone untuk inspeksi keadaan tower atau antena selular, sebagai ganti dari tenaga manusia.

Tower atau antena merupakan ujung tombak dari bisnis baru mereka sebagai penyedia layanan telekomunikasi seluler ke-4 di Jepang, setelah DoCoMo, Au(KDDI) dan Softbank.

Inspeksi tower atau antena selular di ketinggian merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi. Apalagi saat ini, dengan diberlakukannya keadaan darurat di Jepang, maka orang diminta untuk tidak keluyuran ke luar rumah jika tidak diperlukan.

Drone bisa meningkatkan hasil pekerjaan menjadi lebih akurat, karena kemampuannya untuk mengambil data gambar maupun video dari berbagai arah, serta dengan biaya yang rendah. 

Inspeksi juga bisa dilakukan secara efisien, karena drone bisa dioperasikan pada beberapa lokasi berbeda dalam satu hari, tanpa harus beristirahat.

Rakuten juga sudah merintis pengiriman barang melalui robot pada layanan logistik mereka yang bernaung dibawah perusahaan Rakuten Logistics. 

Dengan cara ini, maka tidak perlu lagi terjadi interaksi antara pengantar dengan penerima kiriman. Sehingga orang bisa dengan leluasa menerima barang kiriman sekaligus bisa terhindar dari tertular virus akibat kontak langsung jarak dekat dengan pengantar barang.

Selain inovasi teknologi digunakan untuk perang melawan virus, krisis yang terjadi karena pandemi saat ini juga merubah cara penggunaan teknologi itu sendiri.

Teknologi cloud, yang definisinya bisa kita ringkas menjadi sekumpulan server (hardware) penyedia layanan berbasis software dan data base yang bisa diakses melalui internet, sudah kita kenal sejak beberapa tahun yang lalu.

Namun pemanfaatan cloud secara intensif dan masif untuk segala macam aktivitas, tidak kita temui sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Saat ini, beberapa perusahaan berupaya untuk membangun dan melengkapi infrastruktur mereka agar bisa menunjang pegawai yang bekerja dari rumah. 

Teknologi cloud menjadi kebutuhan sehari-hari yang vital untuk digunakan sebagai penunjang orang melakukan berbagai macam aktifitas, demi mencapai hasil secara maksimal.

Dengan hampir sebagian besar orang bekerja dari rumah, maka tidak ada lagi pertemuan secara fisik, baik antara sesama kolega maupun partner bisnis yang terjadi sekarang.

Segala macam aktifitas dilakukan melalui cloud, mulai dari rapat menggunakan Zoom atau Webex, kemudian menyimpan data di Google atau Sharepoint, membuat berbagai macam dokumen melalui Office365, sampai dengan melakukan transaksi finansial melalui Salesforce maupun SAP.

Beruntung bagi perusahaan yang sudah berinvestasi secara masif dan optimal untuk cloud, sehingga mereka bisa memanfaatkan fasilitas itu dalam kegiatan sehari-harinya untuk menjalankan tugas-tugas kantor dari rumah. 

Bisa jadi mereka boleh dikatakan sudah separuh jalan menuju kemenangan dalam perang melawan pandemi, dibandingkan dengan perusahaan yang belum mempersiapkan infrastrukturnya secara optimal.

Tetapi kita juga tidak boleh lupa bahwa, mungkin disatu sisi cloud akan mempermudah orang untuk melakukan aktifitas. 

Akan tetapi disisi lain, kita juga harus siap perang melawan peretas, yang ingin mencuri informasi atau data dari komputer yang sedang kita pakai.

Beberapa analis keamanan internet melaporkan bahwa mereka melihat kenaikan yang cukup besar dalam serangan yang mengincar beberapa server perusahaan, maupun pengguna internet sejak terjadinya pandemi.

Dengan makin banyaknya akses dari rumah (karena semua penghuni masing-masing mengakses internet dari gawai atau PC nya), maka makin rentan pula keamanan data dari masing-masing pengguna.

Hal ini mendorong terjadinya perubahan dalam sistem keamanan yang diaplikasikan, menjadi ke arah yang disebut sebagai zero trust security. Gambaran singkat dari zero trust security adalah sebagai berikut.

Biasanya orang selalu mengunci pintu masuk rumah pada malam hari, atau kalau sedang pergi. Anggap saja beberapa orang mungkin ada yang tidak mengunci pintu kamar, karena mereka sudah beranggapan/percaya penuh bahwa dengan mengunci pintu masuk depan sudah membuat segalanya menjadi aman. 

Sehingga jika maling bisa mendobrak pintu masuk rumah, maka maling bisa masuk dengan mudah ke kamar yang tidak terkunci.

Dengan zero trust security, maka kita tidak akan menaruh kepercayaan kepada siapa dan apa pun. Sehingga walaupun kita sudah mengunci pintu depan rumah, namun kita juga tidak boleh lupa (dengan kata lain, harus!) mengunci juga pintu kamar masing-masing. 

Kalau dalam bahasa teknis, kita tidak boleh lupa pada endpoint protection. Sehingga kalaupun pencuri bisa masuk melalui pintu depan rumah, dengan mengunci setiap pintu kamar setidaknya membuat dia lebih susah untuk masuk dan mengambil barang yang ada di dalam kamar.

Caranya dengan menentukan perimeter atau batasan, untuk lebih meperkuat keamanan menggunakan software (istilah teknisnya software-defined perimeter).

Pandemi yang terjadi saat ini juga menjadi semacam peringatan yang membuka mata para penyedia jasa atau perusahaan yang berhubungan teknologi, untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam beberapa hal yang sebelumnya tidak menjadi fokus perhatian.

Misalnya, perusahaan dituntut lebih meningkatkan efisiensi suplai barang (dalam hal ini hardware) untuk memenuhi permintaan yang meningkat, misalnya untuk membangun infrastruktur data center baru. 

Caranya bisa dengan membuat sistem logistik yang terintegrasi dengan semua bagian/departemen yang berkepentingan dalam pelaksanaan delivery (distribusi) barang.

Beberapa perusahaan di Eropa juga sedang berupaya untuk memperkecil ketergantungannya pada produk dari Tiongkok (terutama pada alat-alat telekomunikasi). Alasannya, karena pandemi yang terjadi bisa membuat suplai barang menjadi terhenti.

Apalagi saat ini Huawei sebagai salah satu dari produsen Tiongkok, dicurigai memasang cip yang bisa membocorkan data-data rahasia melalui produk telekomunikasi mereka.

Ditambah lagi, beberapa pekan lalu saat pandemi sedang berada pada titik puncaknya, Huawei mengusulkan untuk mengganti protokol internet yang sudah dipakai sejak lama dengan konsep New IP (Internet Protokol baru).

| Untuk mengetahui lebih jauh mengenai protokol dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Internet, sila simak disini

Ini kemudian dicurigai oleh negara-negara barat karena memungkinkan rezim otoriter menyensor dan mengawasi penduduk. Akibatnya, kegiatan Huawei tersebut menambah "alergi" negara Eropa pada produk dari Tiongkok, terutama untuk produk teknologi.

Walaupun teknologi seperti face recognition telah terbukti sukses digunakan untuk perang melawan pandemi oleh Tiongkok, namun negara lain belum tentu bisa langsung memanfaatkannya. 

Karena teknologi yang menyangkut privasi orang seperti wajah, perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi sebelum digunakan.

Terakhir, penggunaan teknologi secara masif untuk perang melawan pandemi yang terjadi saat ini, justru bisa menjadi katalis yang mempercepat pergantian sumber daya manusia dengan robot/sistem/program.

Ini adalah sebuah ironi yang membuat kita semua prihatin. Misalnya saja, saat ini banyak orang yang berbelanja melalui online. 

Bukan tidak mungkin setelah pandemi berlalu, orang menjadi lebih suka untuk meneruskan kegiatan tersebut karena sudah terbiasa dan merasa lebih praktis dan ekonomis.

Tentu ini bukan berita yang menyenangkan bagi pelaku bisnis yang mempunyai toko secara fisik untuk menjalankan bisnisnya.

Kemudian saat ini, banyak operator yang bekerja dengan telepon dan komputer di call center, maupun teknisi yang tugasnya memonitor apakah sistem atau network berjalan dengan normal, sudah digantikan dengan bot (program dalam network yang dapat berinteraksi dengan sistem atau pengguna secara otomatis melalui internet), maupun sistem dengan teknologi AI.

Apakah mereka bisa mendapatkan kembali pekerjaannya, setelah kondisi ini berlalu? Saat ini belum ada jawabannya.

Dan sebagai penutup, saya tidak tahu sampai kapan perang antara teknologi dan pandemi ini akan berlangsung. Saya juga tidak bisa memprediksi, seberapa besar dampak pandemi terhadap kehidupan manusia setelah ini. 

Terutama dampak negatif terhadap hajat hidup manusia misalnya ketersediaan lapangan pekerjaan, akibat pemanfaatan teknologi yang sudah telanjur terintegrasi secara menyeluruh dalam semua sektor yang berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan manusia.

Namun, ada satu hal yang saya yakin. Yaitu manusia tidak akan kalah dalam peperangan ini. 

Karena dengan memanfaatkan teknologi, sudah terbukti mulai dari zaman nenek moyang kita dahulu, manusia ternyata bisa bertahan hidup mengalahkan pandemi, dan mengarungi ganasnya kehidupan.
Selamat berakhir pekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun