Sebagai catatan, saya menjepret "sakura goyang" pada foto dibawah ini menggunakan "kamera-bikin-pundak-pegal" Zenith 80 buatan Soviet.Â
Karena saya juga seorang "pemalas" yang tidak suka membawa tripod, ketika menjepret momen itu saya menaruh kamera di batang pohon sakura yang kebetulan agak menjulur rendah.
Kemudian foto di bawah ini adalah foto sakura saat tidak bergoyang, yang saya jepret di daerah Kandagawa. Lokasinya memang disekitar sungai Kanda (gawa/kawa adalah sebutan sungai dalam bahasa Jepang).Â
Seperti saya sudah bahas sebelumnya, kalau Anda mau lihat sakura maka sebaiknya pergi ke tempat dimana ada sungai mengalir (meskipun tidak semua sungai ada pohon sakuranya).
Saat musim sakura, orang banyak berkumpul di sekitar pohon sakura. Sehingga saya biasanya menjepret dengan arah lensa agak keatas, agar kepala dari orang-orang yang sedang hanami tidak masuk kedalam frame.Â
Pada foto di bawah, saya meletakkan kamera Mamiya 645 di atas besi jembatan yang (sekali lagi) kebetulan ada di dekatnya dan mengarahkan lensa agak keatas. Untunglah jauh dibelakang kerumunan bunga sakura, ada gedung yang saya bisa jadikan titik pengisi latar.
Begitulah sedikit cerita tentang sakura dalam jepretan kamera analog. Mudah-mudahan bisa mengobati kerinduan Anda kepada sakura tahun ini.
Sebagai penutup, saya berpendapat sebuah momen bisa disimpan dalam bentuk apa saja dan mengabadikan dengan alat apa saja.Â
Misalnya Anda bebas menyimpannya, baik dalam bentuk digital, maupun dalam bentuk foto print.Â
Kemudian sebagai alat, Anda bisa menggunakan kamera digital, kamera analog, dengan smartphone canggih maupun hape jadul. Bahkan Anda bisa memilih untuk mengabadikan dengan mata, lalu menyimpannya saja dalam memori ingatan.