Kemudian untuk memotret sakura, saya juga sering menggunakan kamera eksentrik. Contohnya, saya pernah menggunakan kamera Horizon Perfekt.
Kamera ini menggunakan format panorama (panjang foto kira-kira 2 kali foto biasa dengan kamera 35mm).Â
Mekanismenya juga unik, karena untuk menghasilkan format panorama, lensa berputar dari ujung kiri kamera ke kanan. Sehingga kamera jenis ini sering disebut juga sebagai swing camera.
Foto di atas saya ambil di kompleks kuil Zoujouji, di mana lokasinya hanya berjarak 200 meter dari Tokyo Tower.Â
Saya juga pernah menggunakan kamera pinhole untuk memotret sakura.Â
Seperti bisa Anda lihat pada foto di bawah, hasil fotonya tidak begitu fokus. Karena seperti namanya, kamera jenis ini tidak mempunyai lensa. Namun hanya ada lubang sebesar jarum sebagai pengganti lensa (kamera jenis ini dalam bahasa Indonesia disebut kamera lubang jarum).Â
Apalagi pada foto itu, saya sengaja memotret dengan menggerakkan kamera dari kanan ke kiri, sehingga pada hasil foto terlihat ada garis-garis gerakan.
Selain menggunakan kamera analog manual, saya juga sering menggunakan kamera analog otomatis. Artinya saya tidak perlu mengatur fokus lensa dan kecepatan shutter untuk menjepret.
Seperti foto di bawah, saya menjepret dengan kamera analog saku cardia mini Tiara buatan Fuji. Kamera jenis ini sangat praktis karena saya bisa menjepret langsung ketika momen yang saya tunggu tiba, tanpa harus berlama-lama mengatur fokus lensa maupun kecepatan shutter.Â