Saya tidak paham hal-hal detail tentang kesehatan, karena memang tidak mempunyai latar belakang profesional dalam bidang ini.
Sehingga, saya tidak bisa memberi anjuran agar tidak usah pakai masker tapi sering-seringlah makan buah. Kemudian saya juga tidak bisa memberi saran agar orang minum empon-empon maupun jamu, atau sering-sering berolahraga agar kita selalu sehat.
Saya tidak bisa memberi anjuran atau saran tersebut, karena pendapat saya begini.
Tentang tidak memakai masker.
Setiap hari saya harus naik kereta api. Tentu Anda sudah tahu bagaimana situasi kereta api saat jam kerja pada pagi dan sore/malam hari di Jepang.
Dalam situasi bak ikan sarden yang berdempetan di dalam kereta api, tentu saya tidak bisa mengatur posisi. Sehingga jika ada orang yang wajahnya hanya berjarak 10 sentimeter di depan (wajah) saya, bersin dan memuncratkan semua cairan dari hidung dan mulutnya, apakah saya harus memaafkan saja sambil menyeka muka dengan saputangan, dan manggut-manggut saja jika dia meminta maaf?
Tentu memakai masker adalah pilihan. Apalagi tangan saya sering pegang handrail, kaca, atau dinding kereta untuk menahan dorongan orang, atau sekadar menjaga posisi badan jika kereta goyang.
Sehingga dengan adanya masker, saya tidak langsung memegang hidung atau mulut jika terasa gatal. Paling tidak gerakan refleks memegang hidung, mulut dan wajah jika dalam perjalanan, bisa saya hindari.
Kemudian tentang sehat.
Sehat tentu parameternya ada berbagai macam. Yang pasti secara medis, kita dinyatakan sehat jika misalnya setiap cek kesehatan rutin, kadar gula darah, trombosit, leukosit, BMI (Body Mass Index, yaitu skala ideal antara tinggi dan berat badan) dan lainnya berada dalam batas normal.
Tetapi masalah sehat tentu bukan hanya diukur dari keadaan fisik (jasmani) tubuh saja. Keadaan jiwa (rohani) juga penting.