Mikroplastik ini bisa menimbulkan masalah kalau kemudian masuk ke rantai makanan, dan hewan tercemar itu kemudian dikonsumsi oleh manusia.
Nah, Bapa Paus mengingatkan bahwa bumi dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya (kekayaan flora dan fauna) bukan merupakan hak milik kita saat ini saja.
Anak cucu kita, puluhan bahkan ratusan tahun lagi, tentu mempunyai hak juga untuk menikmatinya.
Sehingga segala perbuatan dan tindakan kita saat ini, tidak boleh didasarkan hanya pada nafsu dan untuk kepentingan pribadi saja.
Namun kepentingan bersama, terutama untuk masa depan juga harus diperhatikan. Demi menjaga kelangsungan hidup dari semua makhluk di bumi ini.
Bagaimana caranya?
Saya jadi teringat tentang satu kata dalam bahasa Jepang yaitu mottainai. Artinya kira-kira tidak boros atau tidak menyia-nyiakan.
Mottainai adalah salah satu cara atau upaya yang bisa dicoba. Supaya kita dapat melaksanakan segala kegiatan saat ini dengan tidak mengorbankan kualitas kehidupan, sekaligus menjaga agar generasi berikutnya juga bisa menikmati (atau bahasa kerennya sustainability) kehidupan layak di bumi.
Apalagi karena mottainai tidak menambah, bahkan bisa mengurangi volume sampah.
Contoh dari mottainai misalnya mematikan lampu/penerangan kalau tidak digunakan, mematikan air ledeng dengan benar (jangan sampai air masih menetes).
Atau tidak segera membuang barang (pakaian, tas, sepatu) yang masih bisa (layak) untuk dipakai, tidak membuang tas yang didapat setelah berbelanja untuk digunakan kembali, dan masih banyak lagi.