Kita tahu bahwa kalau tema itu diterjemahkan langsung dalam bahasa Indonesia, tujuan utamanya adalah untuk melindungi segala makhluk hidup.
Tetapi kalau saya boleh membuat kesimpulan berdasarkan pidato dan homili (khotbah saat misa) pada saat kunjungannya ke Hiroshima, Nagasaki dan Tokyo, ada 3 hal penting yang ingin disampaikan oleh Bapa Paus.
Pertama adalah penghapusan nuklir dari muka bumi. Kemudian kedua adalah masalah lingkungan hidup, dan terakhir adalah masalah kemanusiaan.
Saya ingin membahas satu persatu hal tersebut.
Pertama tentang nuklir sebagai alternatif untuk sumber energi. Untuk hal satu ini, saya yakin tentu ada yang setuju, atau sebaliknya banyak juga yang menentang dengan segudang argumentasi dari masing-masing kubu.
Disini, saya tidak akan membahas tentang perkara setuju atau tidaknya.
Saya hanya teringat pada Murphy Law, yaitu kalau ada kemungkinan sesuatu akan gagal, maka itu akan terjadi.
Berdasarkan hal tersebut, secermat apapun pengelolaan atau pengoperasian reaktor nuklir untuk sumber energi, jika ada kemungkinan terjadi sesuatu (yang buruk atau tidak diharapkan), maka cepat atau lambat hal itu bisa menjadi kenyataan.
Faktanya memang ada beberapa kecelakaan dari reaktor nuklir tidak terelakkan. Salah satunya adalah pembaca tentu masih ingat bencana reaktor nuklir yang terjadi di Fukushima (bahasa teknisnya disebut melt down) pada tanggal 11 Maret 2011, bukan?
Saya sendiri merasakan langsung akibat dari bencana itu. Kalau saya mengingat kembali peristiwa tersebut, masih terbayang semrawutnya pikiran karena perasaan panik, cemas, takut, dan lainnya bercampur aduk menjadi satu.