Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pertama Kalinya di Dunia, Kini Menyelam Bisa Sembari Berkirim Pesan

5 Oktober 2019   06:51 Diperbarui: 6 Oktober 2019   06:43 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kabar gembira bagi Anda yang gemar melakukan olahraga selam. Mungkin dalam waktu yang tidak begitu lama lagi, Anda bisa menyiarkan pemandangan dari dalam laut saat Anda menyelam secara real time. 

Kegembiraan Anda bahkan bisa bertambah jika Anda tidak bisa lepas dari smartphone untuk mengakses SNS.

Tim peneliti dari KDDI Research, pada bulan September yang lalu berhasil melakukan percobaan untuk menyiarkan secara langsung pemandangan dari dalam laut yang diambil dengan smartphone. Bahkan tim bisa mengakses SNS dan bertukar pesan sambil menyelam.

Sebagai catatan, KDDI adalah perusahaan telekomunikasi besar di Jepang selain NTT, yang mempunyai anak perusahaan operator seluler dengan nama au. 

Saat ini di Jepang ada 3 operator seluler (atau bahasa teknisnya Mobile Network Operator) selain au, yaitu DoCoMo (grup NTT), Softbank, dan Rakuten Mobile. 

Lokasi uji coba dilakukan di pantai daerah Numazu, yang terletak di Prefektur Shizuoka. Numazu sendiri adalah pelabuhan dengan populasi penduduk yang berprofesi sebagai nelayan lumayan banyak. 

Numazu yang letaknya di teluk Suruga (suruga-wan dalam Bahasa Jepang) memang daerah yang kaya akan hasil laut terutama ikan. 

Teluk Suruga adalah tempat pertemuan 3 arus laut, ditambah lagi ada hulu dari aliran sungai yang airnya berasal dari lelehan salju di Gunung Fuji. Hal ini menjadikan Teluk Suruga sebagai daerah yang kaya akan mineral. 

Kita tahu bahwa mineral ini disukai oleh plankton. Dengan banyaknya plankton yang tersedia, otomatis mengundang banyak penghuni laut termasuk ikan untuk berkumpul di sana.

Lalu, bagaimana cara tim KDDI melakukan percobaan? Untuk lebih jelasnya, sila menyimak skema dari percobaan yang dilakukan pada gambar ilustrasi di bawah ini.

Skema percobaan (diolah dari www.kddi-research.jp)
Skema percobaan (diolah dari www.kddi-research.jp)

Seperti tertulis pada gambar diatas, sistemnya menggunakan teknologi komunikasi nirkabel optik Blue LED. Tim penyelam (diver) membawa smartphone yang dimasukkan ke dalam kotak kedap air, kemudian dihubungkan dengan kabel ke alat transceiver (pengirim dan penerima sinyal) optik nirkabel.

Sementara tim yang bertugas di atas anjungan di permukaan, juga menggunakan alat transceiver optik nirkabel, yang terhubung dengan komputer dan smartphone. Pemandangan bawah laut secara real time bisa dinikmati melalui komputer. 

Sedangkan akses SNS (pertukaran pesan) dilakukan antar smartphone. Dari foto suasana percobaan, mungkin pembaca juga bisa melihat bahwa sepertinya penyelam menggunakan aplikasi LINE untuk berkirim pesan.

Ini merupakan terobosan baru, karena sebelum ditemukan/dicoba dengan cara tersebut, komunikasi nirkabel di bawah (dari dalam) laut umumnya menggunakan teknologi gelombang suara. 

Teknologi gelombang suara mempunyai kelemahan, yaitu terbatasnya jumlah (besaran) data yang bisa dikirim. Sehingga data (gambar maupun video) dengan resolusi tinggi, tidak mungkin untuk digunakan atau dikirim.

Apalagi teknologi gelombang suara mempunyai latency (keterlambatan) yang besar, sehingga tidak cocok untuk komunikasi yang bersifat real time.

Nah, teknologi komunikasi nirkabel optik Blue LED ini, selain bisa mengirim data dengan kapasitas yang besar, latency nya pun kecil. Sehingga memang menguntungkan (cocok) untuk dipakai pada komunikasi yang sifatnya real time.

Akan tetapi, walaupun banyak kelebihan yang dimiliki, namun teknologi komunikasi menggunakan optik Blue LED ini belum banyak diketahui oleh umum. 

Bahkan dikalangan para ahli telekomunikasi sendiri, meskipun penelitian secara teori sudah banyak dilakukan, percobaan secara langsung menggunakan sistem tersebut belum banyak dilakukan.

Sehingga keberhasilan percobaan yang dilakukan oleh tim KDDI pertama kali di dunia ini, merupakan capaian yang penting dan perlu untuk diberikan apresiasi.

Suasana Percobaan dimana dari transceiver memancar sinar blue LED (sumber kddi-research.jp)
Suasana Percobaan dimana dari transceiver memancar sinar blue LED (sumber kddi-research.jp)

Percobaan yang berhasil dilakukan oleh tim KDDI tersebut dilakukan pada kedalaman laut 5 meter. Mereka yakin bahwa ke depan, teknologi itu bisa lebih dikembangkan, sehingga bisa digunakan pada tempat dengan lokasi yang lebih dalam lagi.

Bahkan, ada berita gembira bagi para penyelam yang juga hobi "mencari" WiFi hotspot. Tim KDDI juga berencana untuk mengembangkan teknologi ini, agar bisa menjadi seperti WiFi hotspot. 

Ini berarti nantinya, bukan hanya satu, tetapi beberapa penyelam bisa menggunakan sambungan nirkabel secara bersamaan.

Keberhasilan dari tim KDDI ini merupakan berita yang menggembirakan. Karena laut mempunyai posisi penting, yaitu selain 70 persen dari planet bumi yang kita huni ini berwujud lautan, kita juga tahu bahwa laut merupakan sumber hidup dan kehidupan bagi makhluk penghuni bumi.

Namun sayangnya, dibalik posisi penting laut ternyata hanya sekitar 5 persen saja dari seluruh lautan yang ada di bumi itu pernah atau sudah berhasil dijelajahi oleh manusia.

Ada beberapa faktor yang menjadi penghalang untuk penjelajahan laut (dan dasar laut). 

Di antaranya adalah tekanan air yang tinggi, arus deras di bawah laut, kejernihan air yang bisa mengganggu eksplorasi laut, dan yang terutama adalah masalah teknologi komunikasi antara wahana bawah laut dengan pengendali di permukaan laut.

Suasana Percobaan (sumber kddi-research.jp)
Suasana Percobaan (sumber kddi-research.jp)

Dengan keberhasilan teknologi yang digunakan oleh tim KDDI, maka pada tahun-tahun kedepan masalah komunikasi diharapkan tidak lagi menjadi kendala untuk eksplorasi laut. Sehingga ilmuwan yang ahli dalam bidang kelautan, diharapkan bisa menjelajah laut lebih banyak dan lebih dalam lagi.

Kita berharap para ilmuwan itu nantinya bisa menguak misteri kehidupan, maupun menemukan spesies flora dan fauna baru yang hidup di laut. Tentunya kita juga berharap agar mereka bisa menemukan cadangan mineral/gas/minyak (sumber daya alam) di bawah laut.

Ada juga harapan penerapan teknologi ini untuk bidang hiburan. Siapa tahu nanti kita juga bisa menikmati keindahan laut dengan resolusi tinggi secara real time. 

Misalnya dengan menggunakan head mount display yang mendukung VR/AR, sehingga pengguna bisa merasa seperti menyelam di laut sungguhan.

Indonesia sebagai negara maritim tentu diharapkan bisa memanfaatkan teknologi ini. Apalagi jika kita juga bisa bersama-sama ikut ambil bagian untuk mengembangkan teknologi ini lebih lanjut. 

Sehingga nantinya kekayaan flora dan fauna laut (termasuk kekayaan alam di dasar laut) bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan kita dan dunia tentunya.

Selamat berakhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun