Seperti tertulis pada gambar diatas, sistemnya menggunakan teknologi komunikasi nirkabel optik Blue LED. Tim penyelam (diver) membawa smartphone yang dimasukkan ke dalam kotak kedap air, kemudian dihubungkan dengan kabel ke alat transceiver (pengirim dan penerima sinyal) optik nirkabel.
Sementara tim yang bertugas di atas anjungan di permukaan, juga menggunakan alat transceiver optik nirkabel, yang terhubung dengan komputer dan smartphone. Pemandangan bawah laut secara real time bisa dinikmati melalui komputer.Â
Sedangkan akses SNS (pertukaran pesan) dilakukan antar smartphone. Dari foto suasana percobaan, mungkin pembaca juga bisa melihat bahwa sepertinya penyelam menggunakan aplikasi LINE untuk berkirim pesan.
Ini merupakan terobosan baru, karena sebelum ditemukan/dicoba dengan cara tersebut, komunikasi nirkabel di bawah (dari dalam) laut umumnya menggunakan teknologi gelombang suara.Â
Teknologi gelombang suara mempunyai kelemahan, yaitu terbatasnya jumlah (besaran) data yang bisa dikirim. Sehingga data (gambar maupun video) dengan resolusi tinggi, tidak mungkin untuk digunakan atau dikirim.
Apalagi teknologi gelombang suara mempunyai latency (keterlambatan) yang besar, sehingga tidak cocok untuk komunikasi yang bersifat real time.
Nah, teknologi komunikasi nirkabel optik Blue LED ini, selain bisa mengirim data dengan kapasitas yang besar, latency nya pun kecil. Sehingga memang menguntungkan (cocok) untuk dipakai pada komunikasi yang sifatnya real time.
Akan tetapi, walaupun banyak kelebihan yang dimiliki, namun teknologi komunikasi menggunakan optik Blue LED ini belum banyak diketahui oleh umum.Â
Bahkan dikalangan para ahli telekomunikasi sendiri, meskipun penelitian secara teori sudah banyak dilakukan, percobaan secara langsung menggunakan sistem tersebut belum banyak dilakukan.
Sehingga keberhasilan percobaan yang dilakukan oleh tim KDDI pertama kali di dunia ini, merupakan capaian yang penting dan perlu untuk diberikan apresiasi.