Filosofi "Think Different" digunakan Apple antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2002, dan itu juga yang menjadi slogan pemasarannya. Kala itu, Steve Jobs baru saja "pulang kandang" setelah dipecat dari Apple pada tahun 1985. Jobs ingin mendobrak cara pandang orang tentang komputer, dari sekedar "kotak mainan canggih", menjadi alat yang diperlukan manusia dalam segala hal, baik untuk hiburan, pendidikan, membantu pekerjaan, untuk penelitian dan lainnya.
Terlebih lagi, Jobs ingin "mengawinkan" antara teknologi dan humanisme. Sehingga, komputer bukan sekedar "mainan" bagi orang-orang yang mengerti tentang komputer saja, namun dia ingin membuatnya agar mudah digunakan atau dioperasikan oleh siapa saja, dan dari kalangan mana saja. Dia ingin menyajikan kemajuan teknologi (melalui produknya seperti komputer) dengan cara yang baru.
Lalu, apa saja sih peristiwa yang mengindikasikan (atau membuat saya jadi curiga) bahwa filosofi itu dipakai oleh paslon 02? Berikut adalah beberapa contohnya.
Kalau kita hitung misalnya dia sudah menjelajahi Indonesia sejak Agustus 2018 (dihitung saat dia diusulkan untuk jadi cawapres), maka sampai Februari kemarin ada 210 hari (kita hitung saja satu bulan = 30 hari). Kalau dia full berkeliling tanpa istirahat Sabtu dan Minggu, dengan hitungan kasarnya, maka dalam sehari minimal dia harus mengunjungi 6 titik.Â
Kalau orang biasa (alias orang normal) mungkin cuma bisa berkeliling kurang dari 5 titik dalam sehari. Alasannya ada banyak, misalnya karena cuma naik mobil atau pesawat/kapal laut untuk pindah dari satu daerah (titik) ke daerah (titik) lain.
Akan tetapi kalau bagi paslon 02, tampaknya sehari menjelajahi 6 titik terus menerus selama 7 bulan bukan masalah. Saya menduga, mungkin mereka pakai Quantum Teleportation untuk perpindahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Hebat kan?. "Think Different!".
Lalu ada juga pernyataan bahwa kalau sampai paslon 02 kalah, itu berarti KPU atau Pemilu curang.
Kalau orang kebanyakan (alias orang normal) sih, biasanya memberi imbauan bahwa kita harus melangsungkan pemilu dengan jujur (jangan curang). Lalu nanti setelah pemilu selesai, kalau tidak puas akan hasilnya, bisa "protes" (tentunya menggunakan data dan fakta yang benar) dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Misalnya melalui Bawaslu, atau ke Mahkamah Konstitusi.
Tetapi sekali lagi, itu kalau orang normal. Kalau mereka kan lain. Jadi, kita tidak usah heran kalau mendengar mereka punya opini bahwa kalau kalah, ya (pasti) ada kecurangan. Hebat kan?. "Think Different!".