Sambil berjalan di garbarata, saya memandang keluar. Para petugas dengan sigap memeriksa pesawat ataupun membongkar muatan, walaupun suhu diluar hanya 5 dejarat celcius, seperti yang diinformasikan pramugari saat pesawat mendarat.
Pramugari, dan para pekerja itu, mungkin juga adalah pahlawan, misalnya bagi keluarganya masing-masing.
Saya mengeluarkan jaket Uniqlo dan memakainya, kemudian bergegas berjalan menuju antrean imigrasi. Setelah semuanya selesai, dengan membawa 2 koper (berisi penuh makanan), saya naik bis yang melewati pemberhentian di dekat apartemen dimana saya tinggal.
Dalam perjalanan, saya sudah tidak memikirkan tentang pahlawan lagi.
Yang ada dalam pikiran adalah, bagaimana saya harus tahan melewati hari-hari sibuk lagi, membalas puluhan email per hari, hadir pada meeting yang tak kenal waktu, teleconference, dan tetek bengek kantor lainnya. Belum lagi, saya juga harus "berjuang" untuk berdesakan naik kereta saat jam-jam sibuk pagi dan sore hari.
Ah, tapi kan saya masih punya waktu beberapa hari lagi untuk istirahat sebelum masuk kantor.
Jadi, saat ini saya hanya mau membayangkan makan krupuk dan ayam goreng, plus rendang dan krecek yang semuanya dimasak khusus oleh ibu, serta menikmati stok makanan lain yang saya bawa, di apartemen.
--
*) Terjemahan bebas : Pesawat telah mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Haneda. Terima kasih telah terbang bersama kami. Kami menantikan anda untuk menggunakan lagi jasa kami dilain waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H