Pesawat akhirnya lepas landas sesuai jadwal. Saya duduk sambil memejamkan mata karena badan penat. Sehingga tidak ada pula keinginan untuk menikmati hiburan yang disajikan di dalam pesawat. Memang, saya kurang beristirahat selama liburan di Indonesia.
Namun, pikiran tentang pahlawan tidak bisa hilang dari kepala, karena saya pikir kita memang masih butuh banyak pahlawan.
Pahlawan yang tidak memanfaatkan jabatan. Pahlawan yang berwibawa dan bisa melawan para "tikus" penjilat yang merongrong negara. Pahlawan yang cekatan mengatasi segala sesuatu jika terjadi musibah, dan sanggup bertanggung jawab akan keselamatan masyarakat.
Pahlawan yang bisa memberikan harapan dan menyiarkan kebenaran, bukan menyebar hoax tanpa meralat.
Pahlawan yang bisa bertindak cepat tepat, tegas, adil dan benar, bukan cuma bermain kata-kata "akan" dan "nanti".
Begitu bunyi iklan di koran yang saya baca. Tapi, setelah membolak-balik halaman koran, mengapa kalimat yang sama memenuhi kolom-kolom di seluruh halaman koran?
Saya panik, dan berpikir sudah sebegitu gentingkah keadaan negeri ini, sehingga kalimat itu memenuhi seluruh halaman koran?
"Tou hikouki wa buji ni Haneda Kokusai Kuukou ni chakuriku itasimashita. Nagaraku no tabi otsukare sama deshita. Mata no goriyou wo omachi shite orimasu". *)
Pengumuman dari pramugari ANA itu membangunkan saya dari tidur. Saya baru sadar bahwa ternyata tadi adalah mimpi. Mimpi membaca koran yang isinya hanya iklan yang berbunyi begitu diseluruh halaman.
Saya bergegas keluar, sambil mengucapkan terima kasih kepada pramugari yang tidak kelihatan capek berdiri di pintu pesawat, seraya memberikan senyum kepada semua penumpang yang akan turun.